MasukSetelah diiming-imingi uang yang cukup besar serta investasi di perusahaan ayahnya, Alicia menerima perjodohan itu dengan catatan dia harus menaklukkan hati River dan mengandung anaknya. Ia berpikir semua akan berjalan mudah. Namun, ia salah besar. River bukan sekadar pria dewasa—ia adalah sosok dingin yang tak tersentuh. "Jangan pernah berani menyentuhku, atau kau akan menyesal." Penolakan terus-menerus dari River justru membangkitkan rasa penasaran Alicia. Dalam usahanya mengungkap misteri di balik sikap dingin River, sebuah fakta mengejutkan terkuak. Fakta apakah yang ditemukan Alicia? Dan akankah ia memilih untuk melanjutkan pernikahan ini, atau mundur sebelum terlambat?
Lihat lebih banyak“Jadi itu maksud kedatanganmu ke sini?” suara Steven bergetar tapi sarat akan amarah.“Hanya untuk membelaku—atau lebih tepatnya membela River seperti biasanya? Tidak heran! Dari dulu, apa pun yang terjadi, kau selalu di pihaknya. Tidak pernah sekalipun di pihakku!”Monica menatapnya tajam, tidak tergoyahkan sedikit pun oleh ledakan emosinya.“Dan bagaimana aku bisa berpihak padamu, Steven, kalau semua yang kau lakukan hanya membuat River murka? Kau tidak pernah berhenti menusuknya dari belakang, memanfaatkan kelemahan orang lain demi keuntunganmu sendiri.”Steven menghempaskan gelas ke meja. Cairan merah berceceran di atas kayu, tapi dia tidak peduli.“Aku juga cucumu, Monica! Cucu! Bukan hanya River seorang! Apa kau pikir dunia ini hanya berputar di sekitar dia? Kau selalu menyanjungnya, mengangkatnya sebagai pewaris segalanya, seolah aku ini sampah yang tidak layak dihitung!”Nada suaranya meninggi, matanya merah penuh dendam.Monica berdiri perlahan, tubuh tuanya memancarkan wibaw
Pagi itu, sinar matahari yang hangat menembus tirai ruang tamu rumah River, tapi suasana di dalam rumah sama sekali tidak mencerminkan ketenangan.Alicia duduk di sofa, kedua tangannya menutupi wajah yang masih sembab. Malam tadi masih berputar di kepalanya—ucapan Steven, tatapan kecewa River, dan keputusannya yang menyesal.Pintu pagar depan berbunyi. Tak lama, ketukan terdengar di pintu utama.Alicia buru-buru bangkit dan mengusap sisa air matanya lalu membuka pintu.Sosok Monica berdiri di sana dengan penampilan rapi seperti biasa, tas tangan di lengan kirinya.“Alicia,” sapa Monica dengan senyum tipis, meski matanya langsung menyapu ruangan tengah mencari seseorang. “River ada?”Alicia tercekat lalu menundukkan wajahnya. “Nenek … River … dia tidak ada di rumah.”Monica mengernyit. “Tidak ada? Pagi-pagi begini ke mana dia?” tanyanya kemudian.Pertanyaan itu menusuk hati Alicia. Sejenak ia ragu, tetapi rasa bersalah menekannya. Wajahnya memucat dan bibirnya bergetar.“Kami … berteng
“Kalau aku terus di sini,” gumamnya dalam hati, “…aku takut aku akan mengucapkan hal-hal yang tak seharusnya.”Dengan langkah pelan namun mantap, River memutar tubuhnya menuju pintu.Alicia memperhatikannya dari tepi tempat tidur. Wajahnya tetap kaku, seolah tak ingin menunjukkan sedikit pun kelembutan.Ia tidak bertanya mau ke mana, tidak memanggil, tidak mencoba menghentikan.Tangan River menyentuh kenop pintu. Untuk sesaat, dia hampir membalikkan badan, hampir berkata sesuatu untuk terakhir kali.Tapi kemudian dia menelan semua kata itu, menggantinya dengan diam yang terasa berat.Klik.Pintu kamar terbuka, dan River melangkah keluar.Langkahnya bergema di lorong rumah yang sepi. Tak ada suara yang mengikutinya, tak ada panggilan dari Alicia. Hanya desahan napasnya sendiri yang terdengar.Begitu ia membuka pintu depan, udara malam yang dingin menyapu wajahnya. Ia menarik napas panjang, mencoba membiarkan rasa sesak di dadanya terurai.Namun rasa itu justru makin menekan, seperti aw
Pintu rumah terbuka dengan hentakan keras saat River masuk dengan langkah besar, napasnya masih tersengal karena terburu-buru.Jas yang tadi rapi kini tergantung di lengannya. Matanya langsung menyapu ruang tamu tengah mencari sosok istrinya.Alicia sedang berdiri di dekat jendela sedang menatap keluar seolah tidak peduli siapa yang masuk.Tapi tubuhnya tegang. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh, menahan sesuatu yang jelas-jelas membara di dadanya.“Alicia?” River menghampiri istrinya dengan langkah hati-hati.“Di mana kau tadi?” tanya Alicia dengan suara datarnya.River menaikan alisnya kemudian menjawab, “Di kantor. Kau tahu itu—”“Aku tanya,” potong Alicia dan menoleh perlahan ke arah River.Tatapannya tajam, matanya memerah, entah karena marah atau menahan air mata.“Apa kau masih berhubungan dengan Elena? Atau mungkin lebih dari sekadar rekan kerja? Jawab aku dengan jujur kalau kau memang mencintaiku.”River menghela napas berat kemuidan mendekat. “Alicia, dengarkan aku. Elen


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.