"Kita harus bicara!" Nissa terkesiap. Kala tiba-tiba saja Abyan datang dan menarik tangannya tanpa ijin. Nissa baru saja sampai di lobby perusahaan, kala Abyan muncul entah dari mana dengan wajah merah padam seolah tengah menahan emosi. "Lepaskan, Abyan!" Nissa tentu saja meronta."Ikut, atau kau bersedia dipermalukan di sini!" Peringatan Abyan sukses membungkam Nissa, hingga gadis itu akhirnya patuh dibawa Abyan keluar gedung kantor lagi dengan cara diseret.Bruk!Abyan mendorong tubuh Nissa kasar ke arah sofa, sesampainya mereka di ruangan pria itu."Kau--""Jadi begini kelakuanmu selama ini, Nissa!" sela Abyan cepat, seraya melemparkan sebuah map coklat ke hadapan Nissa. Membuat Nissa yang bersiap memprotes kelakuan Abyan menggantung di udara.Apa lagi kali ini ya Tuhan. Nissa mendesah berat di tempatnya. Sesungguhnya Nissa sudah lelah dengan drama yang selalu dibawa pria ini. Yang kemarin saja masih belum selesai, sekarang sudah ada lagi pertengkaran yang menanti mereka. Nissa m
*Happy Reading*Abyan pikir, setelah dia menunjukan photo-photo kebusukan Nissa pada sang Mama. Hal itu akan membuat wanita yang sudah melahirkannya ke dunia tersebut mengurungkan niat menjodohkannya dengan Nissa, wanita yang memang tak pernah Abyan inginkan. Akan tetapi ternyata Abyan salah. Sebanyak apa pun bukti yang ia perlihatkan, sang Mama tetap saja kukuh dengan keputusannya. Abyan sampai tak habis pikir di buatnya. Memang si Nissa itu punya apa, sih? Sampai-sampai mamanya sangat mengidolakannya seperti ini?"Mama tahu benar bagaimana Nissa, Byan. Jadi Mama gak akan mudah percaya pada photo-photo itu! Mama yakin semua itu hanya editan!""Photo itu nyata, Mah!""Kalau begitu Nissa pasti sedang dijebak!"Astaga! Abyan pun menjambak rambutnya sendiri dengan kesal menghadapi sikap keras kepala sang Mama. Harus bagaimana lagi Abyan menyadarkan Mamanya?!"Mah, Nissa itu bukan artis! Dia juga bukan orang kaya. Intinya dia bukan siapa-siapa. Jadi, tidak mungkin ada orang yang ingin men
*Happy Reading*"Astagfirullahaladzim ...." Nissa mengusap wajahnya penuh sesal saat sebuah kesadaran menghampiri. Keputusasaan hampir membuatnya khilaf. 'Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.' (An Nisa ayat 29). Islam tidak memperbolehkan dan melarang tindakan bunuh diri, karena hidup dan mati adalah urusan Allah SWT. Mukmin hendaknya paham bahwa kehidupan di dunia hanyalah berisi ujian dan cobaan yang sementara. Di mana Allah SWT terkadang mengeraskan ujian dan cobaan bagi seseorang untuk mengetahui sejauh mana batas kesabaran dan keimanannya.Dijelaskan lebih lanjut, sebagai seorang muslim sepatutnya bersabar dan banyak beribadah apabila dilanda masalah serta cobaan, bukan malah memilih untuk mengakhiri hidup.Selain surah An Nisa ayat 29 di atas yang menjadi dalil larangan bunuh diri, Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits terkait hukum bunuh diri ini. "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari
*Happy Reading*"Jadi simpanan Bapak?" Nissa mengulang tawaran Pak Agung sambil menelengkan kepala."Iya, Nissa jadilah simpanan saya." Pak Agung mengangguk yakin. "Saya jamin gosip ini akan segera hilang dan kamu bisa bekerja dengan tenang lagi. Selain itu, hidup kamu pun akan semakin terjamin. Karena saya bisa memberikan apa pun yang kamu mau. Rumah, mobil, tas mahal, dan plesiran ke mana pun yang kamu mau tiap bulan. Pokoknya apa pun yang kamu mau, saya bisa memberikannya. Bagaimana? Tawaran yang menarik, kan?" Pak Agung tersenyum lebar. Mungkin dia kira senyumnya itu manis di mataku. Padahal sangat memuakan. Aku sampai ingin meludahi wajahnya saking muaknya. Nissa tersenyum tipis menanggapinya. Sungguh tak habis pikir dengan otak pria tua, yang seumuran ayahnya ini. Apa dia tidak sadar kalau usianya sudah hampir renta? Bukannya memperbanyak pahala malah nambah dosa."Bagaimana, Nissa? Daripada kamu jadi pengangguran dan tidak ada yang menafkahi lahir batin, kan?" Alis pria tua i
* Happy Reading*Nissa kembali ke mejanya dengan hati yang masih panas. Dadanya terasa akan meledak dengan gelegak amarah yang masih menyelimuti. "Gimana? Deal diharga berapa lo sama si Bos? Terus berapa hari jadi booking-nya?" Dan rasa dongkol Nissa pun semakin menjadi kala mendengar olokan dari Rani. Meski begitu, Nissa tetap bersikap tenang. Wanita itu bahkan menampilkan senyum manis ke arah Rani yang tengah berdiri angkuh dengan tangan berlipat di bawah dada. Sengaja menghalangi langkah Nissa. "Calm, Ran." Nissa menepuk bahu wanita lenjeh itu pelan. "Gue tahu lo lagi butuh cuan banget sekarang. Makanya nggak gue ambil kok, tawaran si bos. Dia masih tetep milik elo. Jadi, jangan cemburu lagi, ya?"Mendapati sahutan Nissa yang kelewat santai dan lantang. Mata Rani pun membola horor. "Maksud lo apa? Lo kata gue--""Sstttt!" Nissa sengaja menyela omelan Rani dengan desisan panjang dan tangan berada di depan bibir. "Udah-udah, nggak usah ngegas, ya?" tandas Nissa masih sangat santai
*Happy Reading*Kata orang, move on akan lebih cepat jika kita membuang, atau menjauhi semua hal yang berhubungan dan akan mengingatkan kita pada orang tersebut. Pokoknya kalau bisa jangan bertemu lagi, gitu, deh.Lalu bagaimana dengan Nissa? Bagaimana bisa dia move on dari Raid dan menjauhinya, sementara Naira ada di tengah-tengah mereka sebagai penghubung? Tidak jarang, Naira bahkan membuat mereka terpaksa berinteraksi dan ada di kondisi yang membuat Nissa semakin canggung. Seperti saat ini. Pulang dari cafe, Naira memaksa Nissa ikut bersama mereka yang katanya ingin makan malam bersama. Tidak jauh, tapi sukses membuat Nissa merasa jadi nyamuk selama acara makan. "Niss, tumben dikit makannya. Lo nggak lagi sok jaim depan Raid, kan?" celetuk Naira, entah sengaja mengolok atau sekedar candaan agar Nissa ikut nimbrung ngobrol dengan mereka. "Ngapain amat gue jaim sama dia. Bukan siapa-siapa gue pun," sahut Nissa asal. Seraya menyesap teh manis miliknya. Berusaha tak melirik Raid yan
*Happy Reading*Kedua mata Nissa terbelalak lebar saking kagetnya. Namun, setelah beberapa saat otak Nissa mencerna, baru Nissa sadar jika ini adalah sebuah jebakan. Ya! Sebuah jebakan yang telah direncakan oleh si bandot tua ini, untuk membalas dendam pada Nissa, tentunya. Ternyata, dia masih tak puas dengan kejadian kemarin. "Kamu cantik-cantik ternyata memang rusak, ya!" Oloknya dengan seringai mencemooh. Sialan!"Anda menjebak saya, Pak?" desis Nissa dengan tatapan nyalang yang menunjukan kemarahan. "Siapa yang menjebakmu, Nissa? Bungkusan ini kami temukan di tas kamu!" Kilahnya di sertai seringai menjijikan. Pada saat itu, rekan kerja Nissa mulai berdatangan. Mereka menatap pertikaian Nissa dan Pak Agung dengan tatap bingung dan penasaran. "Jangan menipu saya. Bungkusan itu tak pernah ada sebelumnya di tas saya. Kalianlah yang menaruhnya di sana, kemudian berniat memfitnahku. Dasar iblis!" Nissa hendak merangsek maju untuk menyerang bandot tua tak tahu malu itu, yang kini
*Happy Reading*Sesampainya di kantor polisi. Nissa digiring turun dari mobil untuk menjalani pemeriksaan. Melawan perasaan hancur di dalam dada, Nissa menunjukan wajah yang tegar sepanjang proses pemeriksaan. Penampakan sebuah mobil pajero hitam yang baru saja tiba di depan kantor polisi, membuat Nissa sedikit bisa bernafas lega. Karena dari dalam mobil, terlihat Naira turun diikuti seorang pria gagah berwajah datar. "Niss?" Naira langsung menghampiri dan memeluk Nissa erat. "Lo nggak papa, kan? Mereka nggak ngapa-ngapain lo, kan?""Enggak, kok." Nissa melerai pelukan. "Cuma baru nanya-nanya aja."Nissa lalu melirik pria yang masih berdiri tegap di belakang tubuh Naira. Seolah membiarkan waktu pada dua sahabat yang nampak saling menguatkan. "Oh, ya, kenalkan ini Mas Alan. Pengacara keluarga Setiawan." Seolah mengerti arti tatapan Nissa. Naira pun memperkenalkan pria yang ia bawa. Kenapa? Kalian kecewa ternyata Naira tidak membawa Raid? Sama. Nissa juga sebenarnya sedikit kecewa,