MasukBagaimana rasanya punya pasangan tukang selingkuh? Sakit? Tentu saja. Itulah yang dialami Nissa, atau lengkapnya Anissa Fatih Zhakia. Nissa terpaksa bertahan dalam perjodohannya dengan seorang playboy bernama Abyan, demi untuk berbakti pada orang tua. Sakit hati sudah jadi makanan sehari-hari untuk Nissa. Meski sebenarnya, bukan Abyan laki-laki yang Nissa cinta, tapi Raid. Pria bule yang selalu menolak halus cintanya karena alasan perbedaan. Kenyataan itu membuatnya makin merepih, karena merasa tidak berharga di sisi mana pun. Baik Abyan atau Raid. Keduanya seakan tak menginginkan Nissa. Apa kehadiran Nissa memang tidak ada harganya sama sekali? Entahlah. Nissa tidak tahu. Namun, Nissa yakini, dia tidak boleh menyerah, kan? Karena hidup ini adalah sebuah perjuangan. Lalu, sampai kapan Nissa harus berjuang? Nissa sendiri belum menemukan jawaban pastinya. Yang jelas saat ini. Nissa masih bertahan dengan memeluk asanya. Meski mungkin itu hanya hampa semata.
Lihat lebih banyakAuthor Note:
Dear Readers,
Since English is not my first language, there will be tons of grammatical mistakes. Please continue reading this book only if you don't have any issue with that. Rest I could guarantee you that you won't get bored with the storyline.
The following are my books which are completed until now if interested do give a look over them.
.
Pravi’s POV
.
‘Classical Dance.’ I love dancing especially classical dance especially Kathak. Not because he used to like this, because I love punishing myself for loving him so much. Whenever I start dancing, I dance non-stoppable for hours until my legs hurt or bleed. Even now, I am dancing but the sound of claps made me realized that I have ended my performance.
Finally, I smiled gently, looking toward the audience who are here to see my show. I waved my hand gracefully. After that, I left the stage to freshen up. After a few moments, when I changed my clothes and came out of the changing room, I saw Miraan Ghosh, the owner of this Dance Academy standing outside the room, also my sponsor.
“Miraan?”, I asked in confusion. “Why are you standing here?” For how long he has been standing here?
“Thank God, Pravi. I wanted to announce something important in front of everyone.”, He spoke. “Let’s go”. He gripped my hand, but I immediately pulled it back. “I am sorry.”, He gave me a warmed smile, but it cannot melt my icy heart.
“I am sorry.”, I apologies as well politely and gave a small smile which I am sure hasn’t reached my eyes. You see, I am an amazing actor who is too good at giving fake smiles. In a minute or two, we were back on the stage wondering what important announcement Miraan wants to make?
“First of all, I want to thank you Ms. Pravi Basu for her amazing performance.”, He said on which crowd cheered and cradled my hand and kissed it. ‘Control Pravi, Control. You can hit him publicly.’
“Thank you.”, I again gave a fake polite smile. Immediately he kneeled down in front of me, making me surprised and confused.
“Ms. Pravi Basu, my life is wonderful because you are with me, you make me happy even if I feel sad and low. Your smile lightens up my life and all the darkness disappears. Your love has made me crazy. I will love you till the end of my life. And I want to be with you all my life. I love you!”, My eyes widened in shock after listening to these words from him. “Our parents have already said yes to our Marriage but I want your yes as well.”, Saying this, he opened a small box revealing a beautiful ring. “Will you marry me?”. Everyone started hooting for saying yes while tears started welling in my eyes, not because I found this proposal cute, but it reminded me of HIM. It reminded me of the carefree days I once knew.
“Even our parents are staring at us. Pravi say YES.”, Miraan said, on which I look around only to find that he was saying nothing but the truth. I gaze toward my mother, who was giving me a hopeful smile. She knew what am I thinking?
“Yes”, I finally said, trusting in my parent’s choice. Everyone cheered after listening to my YES. Miraan grinned like an idiot. Just like I had grinned after HIS listening to yes. He inserted the ring in my ring finger. I started feeling like I am cheating on HIM.
“Shit.”, I heard Miraan cursing. “Ring is loose, but I remembered correctly that I had given the jeweler the correct size.” He talked with himself, and gladly he was right the ring was too loose which could have slipped from my finger anytime. I know why? But this incidence made me happy.
Time Skip
I left from there because I was tired of giving fake smiles and thank you, but one student of the Academy approached me.
“Ma’am, I need your autograph.”, She said and forwarded a tissue toward me. “My name is Priyanka.”, She replied before I could have asked her. I was about to sign on it but something caught my eyes ‘I want to meet you near elevator-ASR.’ I remember the short form of HIS name. I looked toward the girl, but she was nowhere to be found. Before I could have realized my legs had already started walking toward the Elevator, but no one was there near the Elevator. I was a bit disappointed and immediately heard the sound of ‘DING’ and someone pulled me inside the elevator.
I stared at HIS brown eyes and then his face. It’s been 6 years since I have last seen him. He has changed little at all, still handsome, ambitious, and composed. Those who didn’t know him could never guess his age.
“I have patiently waited for all these years to let a caterpillar turned into a butterfly. And Hell, I will let anyone claim what is Mine.”, I heard him speaking on which I felt legs being jelly. Thank god. He has held me in his arms carefully, but I have to act strong. I can’t let him affect me. My gazed fall on his kissable lips which used to be prohibited areas for me when I was a teenager. I wonder ‘Am I eligible to kiss on his lips?’. He observed me carefully. “Do you want me to kiss you?”
“Whatever, I don’t care.” This was the flat lie. Hell, I will let no one kiss me except him. He cupped my face with so much care and kissed me so passionately as his life depends on it. His warm breath was melting the ice with which I had placed around my heart, which I had built with so much difficultly. He just used his lips while kissing me, not his tongue. “Aarvik…”, I moaned his name and pushed him away before I lose my mind.
“I love you, Pravi”, He blurted, panting heavily, trying to have caught his breath.
“Until when? As usual, you will find out any reason to leave me again.”, I may sound pissed because I am. I saw Aarvik smiling bitterly. I wanted to say ‘I love you too’ but I could not say that. Not until I get a few of my questions. I have heard many things about him in these years.
#TBC
Malam itu, setelah kejadian dengan Nichole, Nissa sama sekali tak bisa tidur.Ia berbaring menatap langit-langit, tapi yang terlihat justru wajah Raid — pria yang paling ingin ia lupakan, sekaligus yang paling tak bisa ia lepaskan.Suara tawa itu, cara Raid memanggil namanya dengan lembut, bahkan aroma tubuhnya yang dulu menenangkan… semuanya masih lekat, menolak pergi.Nissa menutup mata, menggigit bibir bawah, mencoba menahan sesak yang menumpuk di dada.“Kenapa sih aku masih begini…” bisiknya pelan.Ia memutar tubuh, tapi semakin mencoba melupakan, bayangan itu malah kian jelas. Pelukan yang dulu membuatnya tenang kini justru menjadi luka yang paling menyakitkan.Malam terasa panjang. Di tengah kesunyian, hanya satu kenyataan yang sulit ia tolak: ia merindukan suaminya.Dan rindu itu membuat dada terasa sesak — campuran antara cinta dan benci yang sama-sama menyiksa.Setiap kali mengingat tatapan penyesalan Raid di depan ruang rawat dulu, Nissa merasa seperti diremas dari dalam.Ia
Raid keluar dari kamar rawat dengan langkah berat. Di luar, Darius dan Naira masih menunggu. Wajah Naira masih penuh amarah, tapi ia tidak mengatakan apa-apa."Kamu diusir?" tebak Darius, menepuk bahu Raid.Raid tidak menjawab, hanya mengangguk pelan."Bagus," Naira mendengus. "Harusnya dia usir kamu lebih jauh lagi."Raid mendongak, menatap Naira tajam. Tapi ia tidak dalam posisi untuk membalas. Apa pun yang dikatakan wanita itu benar."Aku akan menunggu." Hanya itu yang Raid ucapkan sebelum berjalan pergi.Naira mendengus muak. "Terserah."Hari-hari berikutnya, Raid tetap setia di rumah sakit. Ia tidak masuk ke kamar Nissa, tapi ia selalu ada di luar, setia menunggu. Setiap kali dokter atau perawat keluar dari kamar itu, Raid akan bertanya tentang kondisi istrinya itu dengan detail sekali. Sementara itu, seiring hari berganti Nissa sendiri semakin pulih secara fisik, tapi tidak untuk hatinya. Sebongkah daging dalam dadanya itu masihlah sangat terluka. Wanita itu masih belum bisa m
Suara sirene ambulans memecah keheningan malam, membawa Nissa yang tak sadarkan diri menuju rumah sakit terdekat. Raid mengikuti dari belakang dengan perasaan kalut, bayangan Nissa yang terbaring berlumuran darah terus menghantuinya.Di ruang tunggu rumah sakit, Raid mondar-mandir dengan gelisah. Setiap detik terasa seperti siksaan, menunggu kabar dari tim medis yang tengah berjuang menyelamatkan istrinya. Pikirannya dipenuhi penyesalan; andai saja ia tidak asal tarik tadi, mungkin semua ini tak akan terjadi.Faktanya yang terjadi hanyalah kesalahpahaman semata. Raid yang tadi sedang menunggu Nissa di ruang vvip, tiba-tiba matanya ditutup sebuah tangan yang lembut. Raid kira itu Nissa, makanya dia main tarik saja tangan itu hingga jatuh dalam pangkuan. Raid pun syok saat akhirnya tau tangan tadi ternyata milik Nichole, bukan istrinya.Sialnya, Nissa malah datang di saat tidak tepat. Raid yang masih syok pun butuh beberapa detik menyadari kesalahpahaman itu hingga akhirnya gegas mengej
"Sayang, hari ini Abang ada urusan di knightsbridge. Kamu mau ikut nggak?""Di mana itu, Bang? Jauh nggak dari sini?""Knightsbridge terletak di jantung kota London yang modis, menggabungkan jalur Hyde Park yang dilalui kuda, kedutaan besar Belgravia, museum Kensington, dan kediaman seniman Chelsea. Saat ini, lingkungan itu dipenuhi dengan berbagai toko, restoran, townhouse bersejarah kelas dunia, dan merupakan rumah bagi dua properti Jumeirah . Di sana, kita juga bisa melihat sejarah Knightsbridge dan bagaimana ia bisa mempertahankan reputasi yang dimilikinya saat ini." Raid menjelaskan dengan sabar dan panjang lebar. "Nggak tahu ah, Bang. Nggak ngerti juga. Udahlah, Abang aja yang pergi. Nissa lagi mager," sahut Nissa kemudian dengan malas. Raid mengerutkan keningnya bingung. Beberapa hari ini entah kenapa Nissa memang berubah jadi pemalas. Tak seperti biasanya yang selalu antusias jika di ajak ke tempat baru. Apa mungkin Nissa sudah bosan tinggal di sini? Akan tetapi, mereka baru












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Peringkat
Ulasan-ulasanLebih banyak