Bagaimana rasanya punya pasangan tukang selingkuh? Sakit? Tentu saja. Itulah yang dialami Nissa, atau lengkapnya Anissa Fatih Zhakia. Nissa terpaksa bertahan dalam perjodohannya dengan seorang playboy bernama Abyan, demi untuk berbakti pada orang tua. Sakit hati sudah jadi makanan sehari-hari untuk Nissa. Meski sebenarnya, bukan Abyan laki-laki yang Nissa cinta, tapi Raid. Pria bule yang selalu menolak halus cintanya karena alasan perbedaan. Kenyataan itu membuatnya makin merepih, karena merasa tidak berharga di sisi mana pun. Baik Abyan atau Raid. Keduanya seakan tak menginginkan Nissa. Apa kehadiran Nissa memang tidak ada harganya sama sekali? Entahlah. Nissa tidak tahu. Namun, Nissa yakini, dia tidak boleh menyerah, kan? Karena hidup ini adalah sebuah perjuangan. Lalu, sampai kapan Nissa harus berjuang? Nissa sendiri belum menemukan jawaban pastinya. Yang jelas saat ini. Nissa masih bertahan dengan memeluk asanya. Meski mungkin itu hanya hampa semata.
Lihat lebih banyak*Happy Reading*"Hahahahaha ...."Tiba-tiba saja tawa Nissa pecah. Raid yang tengah bingung bingung dan merasa bersalah, malah menjadi semakin kebingungan melihat Nissa. "Ya ampun, Bang. Serius banget itu muka. Padahal Nissa cuma becanda, loh." Nissa berucap di sela tawa yang masih berderai. Raid mengerjap pelan. "Becanda?" beonya kemudian. Nissa mengangguk. "Nissa cuma becanda, Bang. Nggak serius kok dengan permintaan lamaran resmi tadi."Hah?!"Kamu jadi nggak mau di lamar resmi?" Raid meminta keyakinan. "Bukan nggak mau. Tapi lebih ke ... ya udahlah. Toh mau ngadain lamaran resmi juga bingung. Nissa kan udah nggak punya orang tua. Sodara juga nggak tahu di mana? Jadi Abang mau minta Nissa ke siapa, coba? Kan, Nissa udah nggak punya saudara. Nissa sebatang kara." Nissa menjelaskan dengan santai. Seolah tanpa beban. Meski begitu, senyum yang Nissa tampilkan tak sampai mata. Bahkan, Raid bisa menangkap binar sendu dari sorot gadis itu sekarang. Pria itu pun menghela nafas panjang
*Happy Reading*"Ck, kalau itu tidak usah dikhawatirkan lagi. Mereka tidak akan bisa menggugat apa pun semua milik Nissa." Raid menyahut santai.Frans pun mengangguk paham. "Lalu, bagaimana dengan Nissa sendiri? Apa dia sudah tahu semuanya? Tentang harta itu dan cerita yang sebenarnya. Apa kau sudah memberitahunya?"Kali ini Raid terdiam. Dia tidak mampu berkomentar apa pun, karena memang belum melakukannya. Raid sadar, dia masih banyak hutang cerita pada Nissa. "Saranku, seger beritahu dia kebenarannya. Dia bisa saja kecewa jika akhirnya tahu dari orang lain." Seolah tahu apa yang Raid pikirkan, Frans pun kembali bersuara memberi usulan. "Aku tahu," jawab Raid singkat. Meski begitu, Raid sendiri sebenarnya yakin jika Nissa sedikit banyak sudah tahu kebenarannya. Raid rasa dia hanya tinggal melengkapinya saja. ***Nampaknya Nissa terlalu menikmati waktunya bersama gadis-gadis bodyguard sekaligus pelatihnya. Hingga tak terasa, ternyata sudah lima bulan berlalu sejak Nissa menjalani
***Ayem bek ....***"Mbak? Udah siap belum?" Eca memunculkan kepalanya dari balik pintu kamar Nissa, setelah sang pemilik mengijinkannya masuk paska mengetuk tadi. "Udah, kok. Ini tinggal pake hijab aja," sahut Nissa sambil meraih hijab instan yang tersampir di kepala ranjang. "Cakep! Kuy lah kalau begitu. Anak-anak juga udah nungguin, tuh!" ucap Eca memberikan jempolnya sambil melebarkan daun pintu yang ada di kamar setelah melihat Nissa mengenakan hijabnya.Eca cukup paham akan kondisi Nissa yang memang harus menjaga auratnya. Hingga ia pun tak sembarangan masuk kamar Nissa dan membuka lebar daun pintunya. Meski sering di katai bodoh, tapi Eca cukup peka kok untuk hal itu. "Ayo!" sambut Nissa kemudian. Menghampiri Eca dan menyambut uluran tangan gadis itu. Setelah mengunci pintu ruangan yang menjadi kamar Nissa di rumah ini. Mereka berdua pun melenggang dengan riang ke tempat yang biasa digunakan untuk berlatih. Ya! Setelah melakukan pertimbangan yang cukup dan atas dukungan Na
*Happy Reading*Nissa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur king size dalam kamar yang sudah Raid sediakan khusus untuknya. Kamar yang luas, megah dan indah. Sayangnya, saat ini Nissa belum bisa menikmati keindahan yang di tawarkan kamar ini, karena pikirannya terus terngiang ucapan Raid beberapa jam lalu. "Nissa, aku tidak tahu seberapa jauh kamu sudah mengenalku. Tapi, aku yakin kamu pasti tau kalau aku bukanlah orang baik, bahkan bisa dikatakan aku termasuk orang banyak dosa. Sudah banyak kejahatan dan kekejaman yang aku lakukan. Karenanya, sudah sejak lama hidupku penuh dengan bahaya. Banyak musuh yang selalu mengincarku dan orang-orang sekitarku. Itulah alasan utama kenapa dulu aku berusaha keras menolak dan menjauhkanmu dari hidupku. Aku tidak ingin kamu terlibat dalam bahaya, Nissa."Raid menjeda kalimat, menghela napas berat sejenak sebelum melanjutkan kalimat yang masih ingin di sampaikan. Dari raut wajah pria itu, terlihat Raid seperti punya beban sendiri. "Tapi siapa l
*Happy Reading*"Yeaayyy ... sampai ..."Sementara Eca berseru heboh setelah membelokan mobil dan masuk ke sebuah gerbang tinggi berwarna hitam. Nissa malah tertegun di tempatnya melihat bangunan di balik gerbang tersebut, yang Eca sebut rumah ternyata bentukannya Mansion guede banget.Ah, untung saja Nissa pernah bertandang ke rumah Dokter Karina yang besar dan megahnya serupa, jadinya Nissa tidak kelihatan norak-norak amat menjumpai kemewahan yang ada di hadapannya saat ini. "Ayo, Mbak! Kita turun! Tuh, udah pada nungguin kayaknya." Eca berucap lagi. Menyita perhatian Nissa hingga matanya melirik pada arah tunjuk Eca.Benar saja, di sana, di depan pintu sudah berjejer delapan orang, termasuk Raid yang berdiri di tengah. Pria itu tersenyum menyambut kehadiran mobil Eca yang mendekat. Ketika mobil berhenti. Seorang pria mendekat dan membuka pintu bagian Nissa. Membuat Eca di sebelahnya cemberut dan menggerutu, "Dasar pilih kasih!" katanya. Nissa hanya menggeleng tak habis pikir. La
*Happy Reading*"Kau membunuh pria itu?"Raid yang baru saja menyimpan ponselnya setelah bertelepon dengan Nissa, menaikan alisnya satu sisi mendengar tanya barusan dari pria di hadapannya. "Pria mana yang kau maksud?""Yang di dalam penjara.""Jepri?" Raid memastikan."Ya.""Kenapa aku harus membunuhnya?" tanya balik Raid akhirnya. Membuat alis pria dihadapannya kini gantian bertaut. Ia adalah Frans. Pria itu sudah kembali ke tanah air kemarin."Dia mengganggu Nissa, kan? Kau pasti tak akan membiarkan pria itu hidup tenang, setelah melakukan hal tersebut, bukan?" Raid mengangguk setuju dengan dugaan Frans. "Ya, aku memang sangat ingin membunuhnya.""Kalau begitu benar, kau yang melakukannya?""Tidak," bantah Raid tegas. Lipatan di kening Frans semakin dalam. Raid menghela napas kasar di tempatnya, sebelum memberi penjelasan, "Awalnya, aku memang sangat ingin membunuh pria itu. Tapi dia sudah terlanjur masuk dalam daftar orang pencarian di kantor polisi. Apalagi yang menangani kasu
*Happy Reading*[Mission complete][Segera keluar dari sana. Lima menit lagi polisi akan datang menggerebek tempat itu]Kiki yang baru saja melapor pada Raid tak lagi memberi balasan. Dia mengamankan gamis dan hal lain yang semula ia pakai, kemudian bergegas menyelinap untuk bisa segera keluar dari markas Victor. Meninggalkan sang pemilik tempat itu dalam keadaan mengenaskan dan sudah tidak bernyawa. Sementara itu di tempat lain. Seorang pria tengah menginjak kepala seseorang, yang teridentifikasi sebagai mata-mata Victor. Ia adalah Boy, salah satu orang yang di tugaskan Raid menjaga Nissa dari kejauhan. "Bagaimana, Bos? Harus ku apakan bajingan kecil ini?" Boy saat ini tengah menghubungi Raid. "Aku serahkan dia padamu. Tapi jangan eksekusi di lingkungan tempat Nissa. Jangan sampai timbul kecurigaan. Bawa pergi jauh-jauh dari sana." Raid menjawab acuh. "Siap, Bos!" Boy mengulas senyum penuh makna. Setelah itu menurunkan kakinya dari si mata-mata Victor, yang tidak lain adalah OB b
*Met buka ayang-ayangku .... hayo, udah pada kalah belum, nih?*Setelah kendaraan-kendaraan tadi menghilang dari pandangan. Raut bengis Eca sedikit memudar. Satu sudut bibirnya bahkan sudah terangkat meski samar. Kena kalian!Satu yang harusnya Victor sadari. Raid tidak mungkin meletakan hanya satu orang di sebelah Nissa. Pria bule bucin itu bahkan meletakan setengah losin penjaga di sekitar Nissa tanpa gadis itu sadari. Cukup hanya Eca saja yang Nissa tahu.Lebih dari itu, oh ayolah, Eca tidak selemah itu! Masa hanya menumbangkan lima orang saja tidak mampu. Dia selama ini di latih untuk melawan 20-30 orang sekaligus. Victor terlalu menganggap enteng Raid dan anak buahnya. "Ca, apa kita lapor polisi saja?" Suara Isti menginterupsi. Membuat Eca kembali merubah mimik wajah menjadi seperti orang marah."Tidak usah! Jangan libatkan polisi, Mbak. Takutnya malah penculiknya nekad menyakiti Mbak Nissa!""Lalu, bagaimana sekarang? Kita nggak mungkin biarin Mbak Nissa diculik gitu aja, kan?
*Happy Reading*Seorang pria tertawa puas setelah mendengar keberhasilan anak buahnya. Matanya berbinar dan bibirnya menyunggingkan seringai penuh kemenangan, seraya membayangkan rival terberatnya pasti saat ini tengah meraung, menangis, dan marah mendapati sang pujaan telah hilang. Oh, akhirnya dewi fortuna berpihak padanya. Setelah selama ini tidak adil dan terus pilih kasih. Rasakan! Siapa suruh terlalu sombong dan meremehkannya. "Di mana dia sekarang?""Di lantai atas. di kamar yang Tuan perintahkan."Senyum itu semakin melebar. Dengan langkah riang, pria itu pun gegas menghampiri gadis yang sudah berhasil mengaduk-aduk emosinya selama beberapa bulan ini. 'Tunggulah, Nissa! Setelah ini kamu tak akan bisa lari dan menolakku lagi!' gumamnya riang dalam hati. Seraya dalam kepala menyusun berbagai rencana untuk menaklukan gadis berhijab yang awalnya hanya sekedar mainan, tapi kini sangat ia inginnya. Anissa Fatih Zhakiya. Ya, setelah sekian bulan terus di tolak. Kini ia, Victor sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.