Share

Kanaya

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 12:57:30

"Emm ... kayanya sih, boleh ... ayo."

Princes turun dari stool diikuti Sean yang begitu antusias dengan ajakannya.

Sean yang berjalan di belakang Princes menyeringai, berjanji di dalam hati harus mendapatkan Kanaya.

Di meja itu ternyata bukan hanya ada Kanaya dan Princes tapi ada seorang gadis yang mirip dengan Kanaya.

"Sean ... ini Kanaya dan itu kembarannya Kaluna, yang di samping Kaluna itu Brian-kekasihnya dan ini Zyandru ... mereka semua sepupu aku ... kecuali Brian." Princes mengenalkan para sepupunya pada Sean.

Sean mengulurkan tangannya menyalami para sepupu Princes di mulai dari Kanaya.

"Tadi kami sudah berkenalan, tapi baru sekarang resmi berkenalannya," celetuk Sean seraya menggerakan tangan yang sedang bertaut dengan tangan Kanaya.

Sean sengaja menahan sebentar tangan Kanaya ketika hendak menariknya membuat Kanaya mendongak dan netra mereka bertemu.

"Sean ini klien bisnisnya papa di New York," sambung Princes memberitau siapa Sean.

Suara Princes menarik Sean dari dalamnya tatapan Kanaya.

Melepaskan tangan Kanaya dan beralih pada yang lain.

"Oooooo ...." Sepupu yang lain bergumam sambil tersenyum penuh arti.

Mereka berpikir ada hubungan spesial antara Princes dengan Sean.

"Selamat ... kamu adalah pria pertama yang dikenalkan Princes pada kami keluarganya," celetuk Zyandru membuat Princes memelototkan mata.

Sean tertawa pelan, mengerti ke mana maksud ucapan Zyandru.

"Tapi aku bukan kekasih dia." Sean yang sudah duduk di antara Kanaya dan Princes pun meluruskan.

"Memangnya siapa yang bilang kamu cowok aku?" Princes langsung nyolot, tidak terima.

"Kita memang bukan pasangan kekasih, tapi kok nyesek ya denger dia bilang begitu duluan?" Princes membatin.

"Jadi, kalau kalian enggak pacaran ... kenapa Sean ada di sini?" Brian yang bertanya.

"Iya ... aku pikir Sean nyusulin kamu ke sini." Kaluna menimpali.

"Aku sedang liburan sekaligus menghadiri Baby shower keponakanku dan tidak sengaja bertemu dia di sini ... sebelumnya kami pernah bertemu di pesta pernikahan kakakku di New York, ada tuan Folke juga di sana ...."

"Lalu di acara Baby shower anaknya pak Kenzo dua hari lalu di Jakarta." Princes menambahkan.

"Iya ... kemudian di sini." Sean melengkapi.

"Dan dalam tiga pertemuan itu dia numpahin minuman di baju aku." Princes mengatakannya di dalam hati.

Ada debaran tidak tahu diri terasa di dadanya.

"Waw ... kebetulan sekali ya?" Zyandru mengatakannya seolah tidak percaya.

"Mungkin jodoh." Kaluna menimpali.

Sean tertawa sambil melirik Kanaya. "Mungkin juga tidak."

Ia berharap Kanaya yang menjadi jodohnya.

"Sialan ... aku ditolak dua kali, doooonk." Princes mengumpat di dalam hati.

Sean masih tetap pada pendirian yang menginginkan gadis asli Indonesia sedangkan Princes memiliki wajah blasteran Indonesia-Jerman.

Mata Sean tidak melepas tatapnya dari Kanaya, gadis itu duduk tenang sambil memandang ke arah luar di mana hamparan sawah terbentang sejauh mana memandang.

Kunang-kurang beterbangan di sana, mungkin Kanaya sedang mengagumi makhluk kecil dengan tubuhnya yang menyala itu sampai seakan-seakan ia berada di dunia lain padahal raganya ada di sini.

Sean mengamati sorot mata Kanaya lalu cara dia duduk juga bergerak dan baru kali ini melihat seorang gadis yang unik seperti Kanaya.

Hanya diam dan berkedip saja, Kanaya mampu membuat junior Sean menegang di bawah sana.

"Kamu tahu, Sean?" Pertanyaan Kaluna mengembalikan Sean dari bayangan erotis tentang Kanaya di atas ranjang.

"Ya? Apa?" Sean tergagap.

"Kami semua kuliah di Universitas New York."

Sean menatap Kaluna selama beberapa detik, mencerna informasi yang baru diterimanya kemudian menoleh pada Princes.

"Benarkah?" Sean mencari keyakinan pada Princes.

"Iya." Princes menjawab singkat.

"Jadi waktu kita pertama kali bertemu itu ...." Sean sengaja menggantung kalimatnya.

"Aku masih jadi mahasiswa baru ... itu kenapa papa bisa menghadiri undangan tuan Maverick, papa sama mama lagi di New York ... nganterin aku kuliah." Princes melanjutkan kalimat Sean.

"Pantas saja, aku heran kenapa tuan Folke bersedia datang jauh-jauh dari Jerman karena selama ini kami komunikasi hanya melalui telepon atau video Call."

Sean menyerongkan posisi duduknya menghadap Kanaya.

"Kamu juga kuliah di New York?"

Kanaya melirik sekilas kemudian mengangguk tanpa senyum.

"Waw ... ini baru namanya kebetulan," gumam Sean tampak senang.

Sean tidak kesulitan bergabung dengan para sepupu Princes, apapun yang mereka bicarakan Sean pasti mengerti termasuk ketika bermain game truth or dare—Sean begitu semangat memutar botol.

Ujung botol berhenti tepat di Kanaya.

"Dare." Kanaya langsung memilih sebelum ditanya ingin melakukan tantangan apa.

Kanaya memang terkenal introvert.

"Cium Sean!" Kaluna berseru sambil bertepuk tangan gemas.

Princes menoleh dramatis, tanpa sadar menahan napas dan kepalanya nyaris menggeleng saat menatap Kanaya memohon untuk tidak melakukannya.

Sean bukan milik siapapun tapi rasanya tidak terima jika Kanaya mencium Sean.

Kanaya menegakan punggung, mencondongkan tubuhnya perlahan pada Sean yang tampak menunggu bersama seringai tipis di bibir.

Kanaya memaku tatap dengan Sean begitu juga sebaliknya.

"Ayo ... ayo ...." Yang lain malah memberi semangat seperti perlombaan tujuh belas Agustus.

Princes mulai resah, demi Tuhan ia tidak rela kalau Sean sampai mencium Kanaya.

Ia benci dirinya sendiri yang bahkan sudah ditolak dua kali oleh Sean masih berharap pada pria itu.

Jarak wajah Kanaya dan Sean semakin dekat, Kanaya yang memang bertampang dingin sama sekali tidak terlihat gugup namun sebaliknya yang terjadi pada Sean.

Pria itu dengan sering mengedipkan mata, jantungnya juga berdebar kencang, Sean mulai terintimidasi.

Padahal bisa dibilang dirinya adalah pria brengsek yang memiliki banyak kekasih tapi kenapa pada saat menghadapi Kanaya—ia dibuat salah tingkah walau tidak sekalipun Kanaya menggodanya bahkan Sean tidak melihat senyum di bibir Kanaya semenjak bertemu dengan gadis itu.

Prang!

Botol minuman yang telah kosong jatuh ke lantai, tidak pecah tapi menimbulkan suara nyaring hingga membuat semua orang di sekitar meja mereka menoleh.

Kanaya menarik tubuhnya kembali dan Sean menoleh ke arah sebaliknya di mana Princes sudah berdiri kemudian membungkuk untuk memungut botol kaca tersebut.

Kaluna, Brian dan Zyandru seketika berhenti menyuraki Kanaya dan Sean.

"Sorry ... aku kebelet pipis." Princes meninggalkan mereka semua dengan terburu-buru.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bertahan Di Sampingmu   The End

    Mansion milik keluarga Alterio yang terletak di Florida-Negara bagian Amerika Serikat tidak pernah seramai sekarang.Itu terjadi karena liburan musim panas tahun ini, keluarga Alterio dan keluarga Gunadhya kompak melakukan liburan bersama.Bisa dibayangkan bila The Gunadhya yang banyak itu berkumpul ditambah keluarga Alterio yang juga merupakan keluarga besar maka sudah bisa dipastikan Mansion dengan dua puluh kamar tersebut nyaris tidak dapat menampung mereka.Beberapa lajang harus tidur di ruang televisi atau perpustakaan yang di sulap menjadi kamar yang nyaman.Tapi keseruan bisa berkumpul bersama belum tentu bisa terulang lagi.Tahun ini banyak sekali kelahiran baik di keluarga Alterio maupun Gunadhya, jadi tangis bayi menggema hampir di seluruh ruangan."Ryleeeey!" Kanaya berseru memanggil suaminya yang entah ada di mana.Dia kelelahan mencari ayah dari Arthur itu di Mansion yang luas ini sambil menggendong sang putra yang tidak berhenti menangis."Liat Ryley enggak, Bang?" Kanay

  • Bertahan Di Sampingmu   Baby Boy

    Chapter 59 – BABY BOY "Hai," suara serak Ryley menjadi yang pertama kali Kanaya dengar begitu dia tersadar."Ry ... ley," panggil Kanaya parau."Yes babe." Ryley menggenggam tangan Kanaya erat.Kanaya mengernyit ketika perih terasa di kulit bagian perut.Dia pun melihat ke sana kemudian refleks memegang perutnya."Bayi kita ... mana bayi kita," kata Kanaya di antara tubuhnya yang lemah."Dia sedang di ruangan bayi ... kamu berhasil mengeluarkannya." "Benarkah?" Kanaya tampak tidak percaya.Ryley mengecup kening Kanaya, membungkukan tubuhnya lebih dalam untuk memeluk Kanaya."Aku pikir aku akan kehilanganmu, aku takut sekali." Ryley berbisik lirih.Kanaya malah terkekeh tapi tak ayal membalaskan pelukan suaminya."Apa benar anak kita laki-laki seperti hasil USG terakhir?" Kanaya hanya memastikan.Ryley mengurai pelukan setelah sebelumnya mengecup kening Kanaya.Dia pergi menjauh menuju pantri mengambil air minum untuk Kanaya."Aku tidak tahu, aku belum melihatnya." Ryley menyahut sei

  • Bertahan Di Sampingmu   Ibu Muda

    Karena takut kehilangan Princes lagi, Sean melengkapi setiap sudut rumahnya dengan CCTV.Dari kantor dia bisa melihat apa saja yang dilakukan Princes seharian.Dan itu kenapa juga dia selalu bisa menemukan Princes setiap pulang kerja tanpa perlu berteriak memanggilnya.Meski sibuk, Sean tidak pernah lupa untuk mengecek kondisi Princes dan bayi perempuan mereka yang diberi nama Brielle Taleigha Maverick melalui CCTV.Sean menyesal kalau hari ini dia harus lembur sehingga tiba di rumah saat malam sudah larut.Dia langsung menuju kamar utama, Sean melihat istrinya dan putri mereka sudah terlelap dengan posisi sama yang ia lihat sebelum pulang melalui aplikasi ponsel yang tersambung ke kamera CCTV kamar.Bergegas Sean pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaian.Brielle atau Elle nama kecil panggilan kedua orangtuanya—tengah terlelap begitu pulas di samping Princes.Sean menarik selimut untuk membalut tubuh sang istri yang seharian ini sudah bekerja keras merawat p

  • Bertahan Di Sampingmu   Mommy And Daddy

    Hampir seminggu Kanaya tidak bicara dengan suaminya semenjak malam pesta pernikahan mereka, setiap kali Ryley bertanya—Kanaya tidak pernah menjawab.Dia akan menunjukkan wajah masam dan sering melempar-lempar barang untuk menunjukkan kekesalannya.Ryley harus menerima sikap Kanaya dengan lapang dada karena dia telah membuat singa betina marah.Meskipun berulang kali Ryley minta maaf dan menjelaskan alasannya bersikap kasar malam itu namun tidak ada ampun bagi Kanaya.Dia akan berprilaku seperti ini sampai suasana hatinya membaik.Bisa satu bulan, satu tahun atau mungkin sepuluh tahun.Walau mendiamkan Ryley, Kanaya tetap berbelanja menggunakan kartu kredit unlimited milik pria itu.Kanaya menghabiskan banyak uang suaminya untuk membeli pakaian, sepatu, tas, accesories, makeup sampai perhiasan.Dia berdalih kalau itu semua untuk membeli sakit hati yang ditorehkan sang suami padanya.Ryley tidak mempermasalahkan, dia senang-senang saja Kanaya menghabiskan uangnya.Dia beranggapan kalau

  • Bertahan Di Sampingmu   Overprotective

    Di pesta pernikahan yang digelar sangat mewah dan meriah di kota New Yor, Kanaya mengundang teman-temannya yang beberapa bulan lalu sempat dia jauhi.Atau lebih tepatnya dia yang mengucilkan diri dari circle anak Crazy Rich New York.Pasalnya menikah dan langsung memiliki anak tidak pernah terlintas dalam benak Kanaya apalagi menjadi rencananya.Lalu bagaimana nanti tanggapan para pria teman bercintanya di masa lalu bila mengetahui hal ini?Mereka tidak pernah diberikan kesempatan oleh Kanaya untuk menjalin hubungan asmara karena Kanaya selalu berdalih kalau dia tidak percaya akan cinta.Beruntung Kanaya menikahi seorang Konglomerat, level Ryley sangat jauh di atas para pria teman bercintanya Kanaya yang dulu.Jadi mungkin opini mereka tentang Kanaya tidak akan terlalu buruk.Mereka pasti beranggapan bahwa jelas saja Kanaya mengubah prinsipnya karena dipinang oleh Konglomerat Negri ini.Dan hal itu menjadi alasan kenapa Kanaya kembali menjalin hubungan dengan para sahabatnya.Kanaya b

  • Bertahan Di Sampingmu   Baby Shower

    "Kamu saja yang datang ... ah, tidak ... aku saja ...." Kanaya berulang kali mengatakan hal tersebut sambil mondar-mandir di kamarnya yang luas.Ryley sudah terbiasa melihat pemandangan ini jadi dia hanya bisa meluruskan kakinya di sofa kemudian bersandar nyaman dengan kedua tangan di lipat di belakang kepala. "Ryley!" seru Kanaya menghentikan langkah."Yes Babe." Ryley menegakan punggung juga menurunkan kakinya."Bantu aku memikirkan apakah aku atau kamu yang datang ke Baby shower anaknya Princes? Atau kita tidak perlu datang saja sekalian?" Kanaya menghentakan kakinya kemudian duduk menyamping di atas pangkuan Ryley.Kedua tangannya melingkar di leher Ryley namun sayangnya wajah cantik itu terus memberengut. "Bagaimana kalau kita berdua datang ... kamu dan Princes adalah sepupu, kita sudah mendapat kebahagiaan kita sendiri ... kamu tidak perlu cemburu lagi dengan Princes dan aku juga tidak akan mengungkit masa lalu kamu dengan Sean."Tentu saja Ryley bisa dengan mudah mengatakan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status