RODA PASTI BERPUTARPart 22"Tapi kami saling mencintai, Tante. Dan Tante tau sendiri kan, siapa saya? Saya adalah keponakannya Bapak Yanto. Kolega bisnis Tante. Dan si Lastri ini siapa memangnya, sampai Tante mau menikahkan Mas Arman dengan dia, yang hanya keturunan dari orang miskin!" Sontak Lastri dan Arman terkejut dengan ucapan Echa. Sedangkan Mama Rini malah kebingungan dengan ucapan yang dilontarkan oleh Echa."Echa, diam kamu! Kurang aj*r kamu! Sudah berani-beraninya ambil suami aku, sekarang kamu malah fitnah, dan bilang aku miskin. Dasar p*l*kor!" Lastri menyela ucapan Echa, sedangkan Arman masih terdiam. Dia sangat bingung menghadapi kejadian yang tiba-tiba saja jadi seperti ini. "Kenapa, Las? Kamu takut kalau Tante Rini tau, kalau kamu itu cuma anak orang miskin! Hah!" Sahut Echa tak mau kalah."Cukup! Apa maksud dari semua perkataan Echa ini, Arman? Apa benar Lastri hanya anak orang miskin? Coba jelaskan sama Mama, Arman! Jelaskan sekarang juga!" Hardik Mama dengan sanga
Roda Pasti BerputarPart 23-Lastri"Nining. Ternyata kamu disini toh," aku langsung menoleh, dan ternyata wanita yang memanggil Nining adalah wanita yang waktu itu membela Nining di acara pesta ulang tahun anaknya Bu Salamah. Lila namanya."Mbak Lila? Iya, Mbak, aku lagi ngobrol sama Kak Lastri," "Oh ini kakakmu yang namanya Lastri, yang nggak punya hati itu?" Mata ini langsung melotot saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Lila."Apa maksud kamu? Nining, kamu udah jelek-jelekin aku ya? Dasar kamu! Adik nggak tau diri!" Hatiku kesal sekali dengan dua orang yang ada di hadapanku ini. Dan langsung saja kusemprot mereka berdua."Tolong ya Mbak Lastri, bersikap sopan sedikit saja. Jangan terlalu sombong jadi orang, karena belum tentu orang yang selalu kamu remehkan, akan seperti itu terus," kini perempuan itu sok-sokan an menasihatiku. Seolah aku adalah orang yang paling bersalah di dunia ini. Aku mencebikkan bibir, menatap sinis mereka berdua."Nggak usah ikut campur kamu! Say
"Aku pengen kamu jauhin dia, Bang. Bisa aja kan, dia hamil bukan anak kamu. Echa itu dulunya temen sekolah aku, anaknya cupu, dan bisa aja saat dia udah seperti sekarang, dia mencicipi banyak laki-laki diluar sana, termasuk kamu. Karena dulu, dia itu wajahnya jelek sekali, jangankan pacaran, satu lelaki pun tak ada yang mau mendekatinya, karena wajahnya yang buruk rupa. Nah, sekarang mungkin saja dia mau melampiaskan hal itu pada semua laki-laki, termasuk kamu," selorohku panjang lebar. Dan cukup sukses membuat Bang Arman tercengang. Puas rasanya hati ini, melihat wajah Bang Arman yang mendadak pias. Semoga saja Bang Arman terpengaruh dengan ucapanku."Aku pergi dulu." Tanpa menjawab penuturanku barusan, Bang Arman malah langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja.****Sore ini, aku berniat untuk menemui Nining. Karena penasaran ada apa sebenarnya Nining dengan Lila? Kenapa Nining bisa begitu akrab dengan Lila? Lila itu kan pengusaha kelas atas, apa mungkin benar kal
RODA PASTI BERPUTAR Part 24Lastri"Ribet amat sih, Pak? Saya itu Kakak kandungnya Nining! Apa mungkin saya mau ketemu Nining aja harus buat janji dulu? Nggak kan!" Hardikku, pada si security si*l*n ini. Kesal sekali, seolah dia mempermainkanku.Lagipula, siapa sih Nining? Kenapa bisa sesulit itu menemui dia sekarang?Si security tak menanggapi ucapanku. Dia malah langsung segera berjalan ke dalam rumah mewah tersenyum. ****Selang beberapa menit kemudian, si bapak security tadi berjalan bersama dengan seorang perempuan yang sudah agak tua. "Mau cari siapa ya, Mbak?" Tanya perempuan tua itu padaku."Saya mau ketemu sama Nining. Kenapa malah ibu yang datang? Bukan Nining?" Cecarku langsung pada wanita tua yang berdiri di depanku ini."Saya ini ibunya Nining. Kamu siapa? Mari, silahkan masuk dulu. Kita ngobrol di dalam saja." Karena bingung dengan ucapan wanita tua ini. Langsung aja aku setuju dengan ajakannya dan mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam rumah.Kini, aku telah sampa
Selang beberapa menit kemudian, Ibu paruh baya tadi telah kembali. Di tangannya membawa nampan yang berisikan cangkir teh."Silahkan diminum dulu." Lagi dan lagi, aku pun menuruti ucapan Ibu tua tersebut. Sekilas aku memperhatikan wajahnya yang sangat ayu dan juga ramah."Jadi, kamu siapanya Nining? Dan ada urusan apa dengan Nining?" Tanyanya, memulai pembicaraan."Hhmm … saya, saya kakaknya Nining, Bu," seketika Ibu paruh baya itu terkejut mendengar penuturanku barusan."Kakaknya? Kok saya baru tau ya? Kalau Nining ternyata punya Kakak," ujarnya lagi, agak bingung."Iya, Bu. Saya memang jarang bertemu dengan Nining. Oh iya, Niningnya mana ya, Bu? Saya ada perlu dengan Nining," jawabku langsung to the point."Niningnya lagi nggak ada di rumah. Dia sedang pergi bersama anak dan juga suaminya. Tapi tadi dia berpesan sama saya, katanya kalau kamu ada pesan, sampaikan saja sama saya," aku tercekat dengan penuturan Ibu paruh baya yang sedang duduk di depanku ini.Sebenarnya Nining itu kerj
"Jadi Ibu, adalah Ibunya Adnan? Bukannya Ibunya Adnan sudah meninggal ya?" Tanyaku langsung karena penasaran."Iya, saya istrinya yang sekarang. Dan saya mempunyai anak laki-laki yang bernama Arham. Dan Arham mempunyai istri yang bernama Lila. Apa kamu kenal dengan Lila?" Bebernya, dan cukup membuat aku shock.'Lila? Jadi, Nining dan Lila sekarang jadi saudara? Dan ini? Ini adalah rumah Ayahnya Adnan? Ya ampun! Ternyata Adnan keturunan orang kaya! Si*l, kenapa hidup Nining selalu aja beruntung sih? Kenapa sekarang malah aku yang harus ketiban sial! Sudah diselingkuhi, dan sekarang malah usaha Bang Arman semakin merosot tajam dan hampir bangkrut. Arrgghh! Pokoknya aku nggak terima, nggak terima!' Pekikku dalam hati. Tak terima dengan semua kenyataan yang ada di dalam cerita ini. Setelah tau dengan cerita yang sebenarnya. Aku pun berpamitan pulang pada ibunya Adnan. Tak disangkal, bahwa kini hatiku semakin terasa gundah saja.****Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya aku memikirkan
Apaan! Boro-boro dinikahin! Dia aja belum mau cerai sama istrinya. Huft! Mas! Kamu keluar dong, Mas! Kenapa malah ndekem di dalam sih?" Irna semakin kesal. Dan melangkahkan kaki menuju ke arah mobilnya lagi. Segera aku mengikutinya, penasaran juga, kenapa calon suaminya malah ngumpet. Apa aku kenal ya? Jadinya suaminya malu ketemu aku?Irna segera membuka pintu mobil, dan aku masih setia nengekorinya dari belakang. Penasaran juga kan jadinya. "Mas! Keluar dong! Di dalem aja ih! Ini gimana mobil aku jadi rusak gara-gara ditabrak si Mbak ini? Huh!" Aku menghembuskan nafas gusar. Aneh aja melihat tingkah absurd Irna.Tak lama, karena mungkin dia kesal. Dia berusaha menarik calon suaminya dari dalam mobil. Dan ternyata …."Bang Arman?!" Sontak saja aku langsung berteriak. Sedangkan Bang Arman hanya menunduk."Kamu kenal sama calon suami aku?" Dia malah bertanya balik padaku."Dia itu suami aku, Mbak! Bang Arman, kamu tega tau nggak! Kamu nggak mikirin perasaan anak-anak kamu. Kamu tega!"
Hati ini benar-benar telah hancur sampai tak berbentuk lagi. Seketika aku jadi teringat keluargaku, yang telah lama kusia-siakan. Ibu, Ayah, dan juga Nining.Entah kenapa, seakan memori berputar lagi memenuhi isi kepalaku. Ibu, sebenarnya dia selalu menyayangi anak-anaknya, tapi memang lebih cenderung sayang ke Nining. Tapi Ibu tetap saja peduli dan perhatian padaku. Sedangkan Ayah juga sama. Dia malah bahkan lebih sayang denganku. Dan aku juga merasakan itu semua. Tapi, kenapa diri ini sampai tega menghabisinya ya Allah? Aku sangat-sangat berdosa dengan Ayah. Semua kulakukan agar aku dapat mewujudkan mimpiku untuk menjadi orang kaya. Yaitu menikah dengan Bang Arman. Setelah bertengkar hebat dengan Bang Arman. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Sedangkan Bang Arman tidur di kamar utama.Seakan anak-anak tau tentang pertengkaran kedua orang tuanya, mereka tak menghampiri aku sama sekali. 'Maafin Mama, Nak. Hati ini benar-benar lagi kacau' sesalku dalam hati.****Tak terasa ak