"Selamat malam semua..." Samantha menyapa dengan lantang, dia tahu bahwa dia jangan berbicara dengan nada normal jika tidak ingin dikenali.
"SELAMAT MALAMMMMM." Semua yang hadir kompak membalas salam Sang Diva."Selamat dan sukses buat PT MSS Global, terima kasih sudah mengundang Alana untuk bersama-sama merayakan keberhasilan PT MSS Global yang kembali meraih penghargaan tertinggi di bidang pertambangan."Terdengar sorak Sorai menyambut ucapan selamat dari Sang Diva."Thank you juga buat semua yang sudah hadir di tempat ini, thank you buat support kalian selama ini sudah menjadi fans setia Alanaaaa, love youuuu."Kembali para fans menjadi histeris mendengar salam dan ucapan cinta dari Alana Drew."Masih ada lagu spesial yang aku akan nyanyikan buat kalian semua."Lalu kembali intro lagu kedua mengalun kali ini kembali suara merdu Alana Drew menyanyi begitu indah, menghipnotis seluruh pengunjung yang hadir, tak seorang pun yang berlalu lalanSamantha sangat terkejut bagai disambar petir mendengar panggilan Tristan. Untunglah suasana masih riuh rendah hingga sepertinya Chase yang sedang berjabat tangan dengan seseorang di bawah panggung tidak mendengar apa yang Tristan ucapkan. Samantha menguatkan hatinya untuk tidak berbalik. Dia yakin begitu dia melihat mata Tristan dia tidak akan memperdulikan penyamarannya, statusnya dan apapun juga, dia hanya akan berlari mendapatkan Tristan dan memeluknya. Samantha pun langsung memberi tanda kepada para pemain band untuk langsung lanjut ke lagu berikutnya.Kali ini Samantha tidak perlu memaksa diri menjiwai lagunya karena mengingat Tristan dan panggilannya saja sudah membuat Samantha nyaris menitikkan air mata. Lalu sampailah Samantha di lagu terakhir, lagu yang sedang merajai pasar internasional...yaitu 'solitaire' yang menggambarkan kesendirian, kesepian, lagu yang mewakili jutaan perasaan penggemarnya yang mungkin memiliki pasangan tapi tetap merasa send
"Ok, antarkan aku cepattttt, Nold.""Tenanglah !""Aku sangat berharap kau punya kemampuan supranatural yang bisa membawa kita tiba di pesta hanya dalam waktu 30 menit.""Aku bisa membawamu lebih cepat dari itu.""Janji palsu!" "Kalau sampai bisa beneran aku dapat apa?""Maunya apa?" "Kenalin aku dengan salah satu pria klan Navarell yang terkenal dengan aura maskulin yang memukau itu, salah satu aja." "Aku kenalin kamu dengan penata riasku yang baru, kerenn abis.""Pria?" Tanya Arnold dengan suara ditarik. "Wanita! Cantik dan baik hati.""No thanks." "Kau selalu menolak, berbaik hatilah terhadap diri sendiri...siapa tahu kau bisa bergairah setelah mengenal mereka lebih dekat." "No thanks, Tha!" "Coba dulu, jangan terlalu cepat menolak.""Okay, aku akan mengikuti saranmu, aku akan mencoba.""Gitu dong.""Minggu depan, hari Jumat kosongkan jadwalmu.""Aku? Mau kursus kilat? Nggak usah teori...buang buang wa
"Yah, mari kita selesaikan urusan kita sesegera mungkin semoga malam ini aku bisa menemukan ayah Tristan, supaya kami tidak menjadi beban mu, kau tidak harus repot-repot mencari tempat tersembunyi hanya untuk menyembunyikan kami," Samantha berusaha menahan rasa nyeri di hati. "Kenapa kau berpikir aku menyembunyikan kalian dari yang lain?""Semua orang juga tahu tempat dudukmu seharusnya di depan bersama dengan para jajaran komisaris dan direksi tapi lihatlah... kau memilih tempat yang begitu tersembunyi, terhalang oleh pilar, aku bisa maklum...sangat amat memakluminya, yang aku heran kalau kau begitu malu terlihat bersamaku kenapa kamu memaksa aku untuk datang? Tidak bisakah kau mengadakan acara yang lebih private hanya untuk keluarga saja yang datang?"Samantha memuntahkan semua unek-uneknya, nampak Chase berusaha mengendalikan emosinya."Kau salah menterjemahkan situasi!" ujar Chase dalam desisan.Samantha hanya memandang Chase.Segera Chase bangkit berdiri kemudian dia mengambil
Samantha mendongak dan terkejut!Dia sedang menatap wajah suaminya versi lebih muda dan lebih ceria.Mereka berdua saling menatap tanpa suara, akhirnya Samantha yang terlebih dahulu bersuara. "Kau begitu mirip! Kalian bak pinang di belah dua, kau pasti saudaranya........ suamiku," gumam Samantha tanpa sadar.Pria muda dan ceria itu tersenyum lebih lebar kemudian sambil mengangkat keningnya dia menjawab pertanyaan Samantha. "Yah, aku memang saudaranya... suamimu!" Dia menekankan kata terakhir sambil perlahan membalikkan tubuhnya memandang wajah Chase.Samantha sadar kalau dia tidak dengan sengaja telah menyuarakan apa yang ada di pikirannya.'astagaaa...kenapa juga bibir ini pakai nyebut tentang suami segala! Padahal jelas jelas dia tidak menganggap ku sebagai istri, buktinya dia malu menunjukkanku pada orang-orang di dunianya!' Samantha geram dengan dirinya sendiri yang refleknya akhir-akhir ini seakan Chase adalah benar-benar suaminya, dia sering
LIMA BULAN KEMUDIAN."Kau jadi pulang jam berapa?" tanya Chase pada istrinya."Aku...flight terakhir.""Kenapa?""Tidak dapat tiket yang lebih awal.""Aku bisa kirim pesawatku.""Thank you, aku sudah dapat ticket." "Jangan lupa besok hari ulang tahun Daddy, semua berkumpul." "Pasti, aku akan datang, aku ingat waktu kita tinggal satu bulan bukan?" "Bukan itu maksudku!" 'aku hanya ingin kau pulang,' batin Chase. Yah, setelah tiga bulan menikah mereka pindah ke Indonesia, kebetulan Chase harus mengawasi pembukaan Kantor Cabang terbesar juga karena sebagian besar pria klan Navarell ada di Indonesia. Hanya saja yang makin membuat Chase gusar adalah setiap dua minggu sekali Samantha akan terbang meninggalkan Indonesia, dan kalau dahulu dia pulang Minggu siang maka kini Samantha baru sampai Minggu malam...malam menjelang pagi! Seperti Minggu ini, Samantha belum tiba padahal hari sudah akan berganti.Chase terlelap di sofa dengan TV masih menyala. Tiba-tiba Chase merasa ada yang mem
Chase memaksa otaknya yang kabur untuk berpikir, tadinya dia melepaskan Samantha karena ada yang mengganggu pikirannya. Akan tetapi walau berusaha keras tetap saja bayangan kenikmatan bibir Samantha lebih mendominasi dan membuatnya enggan memikirkan yang lain. Akhirnya Chase menyerah dan kembali memeluk Samantha. Mereka berciuman dengan dahaga yang dalam untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya dengan terengah-engah Chase menegakkan tubuhnya, sambil bertolak pinggang mengatur nafas... Chase memandang Samantha yang seperti biasa menunduk tidak mau menatap mata Chase.Jarang sekali Samantha mau lama-lama menatap mata Chase. Biasa itu adalah bahasa tubuh orang yang tidak percaya diri, akan tetapi Chase yakin Samantha bukan orang yang tidak percaya diri.Hanya orang dengan kepercayaan diri yang tinggi yang berani menyemprot Chase, hanya orang yang yakin dengan diri sendiri yang berani membanting telepon setelah berteriak PARAH!Dia akan mencari tahu. Tidak mungkin Samantha menghind
Pinggang yang dipeluknya begitu langsing, tanpa lemak sedikitpun! Tadinya dia sibuk dengan dada istrinya yang memang besar dan berat di tangannya hingga dia kurang memperhatikan yang lain. 'Tapi kenapa istrinya menyembunyikan tubuh indahnya di bawah pakaian berlapis yang menyembunyikan bentuk tubuh indahnya?'Chase merenung sambil memeluk tubuh Samantha lebih erat. Gairahnya bangkit kembali! Chase terkejut.Dengan posisi memeluk Samantha dari belakang tangan Chase bebas bermain di area dada Samantha yang menggiurkan.Chase dengan sengaja melakukannya bukan hanya karena rasa penasaran yang besar akan tetapi lebih karena gairah besar yang kembali bangkit.Setelah yakin Samantha telah sadar sepenuhnya Chase langsung mendorong 'masuk' dan kembali mereka bersatu. Perasaan bersatu yang sangat nikmat itu kembali menguasai panca indra Chase.Entah berapa lama mereka terhubung, hingga akhirnya untuk kali kedua mereka menyongsong kepuasan yang lu
Samantha terbangun dalam pelukan Chase. Awalnya Samantha merasa bingung lalu kenangan percintaan kilat yang membutuhkan waktu nyaris satu jam memenuhi otaknya. Mengingat itu wajah Samantha seketika terasa panas! Betapa mereka berdua begitu liar...mereka hanya suami istri yang menikah dengan perjanjian bukan pernikahan berlandaskan cinta abadi yang tak lekang oleh waktu. Astagaaaaa....Samantha merasa sangat malu dengan dirinya yang sangat ketagihan dengan percintaan gaya Chase yang memabukkan. 'memangnya tahu gaya percintaan yang lain,' Samantha meledek dirinya sendiri. Setelah memantapkan hati Samantha segera bergeser perlahan dan akan membalikkan badannya saat tangan kekar merengkuhnya dan menariknya kembali."Mau kemana?" Suara maskulin nan seksi berbisik di pelipisnya. "Mau lihat Tristan.""Sudah aku titipkan suster.""Arnold sendirian.""Sudah aku suruh pulang." "Mau siap-siap, katanya ke ulang tahun Daddy? Sudah 'aku' suruh bu
"Dokter Dom, saya ke rumah sakit karena ternyata panasnya hanya turun sedikit dokter." "Baik, saya tunggu kebetulan saya baru saja visite pasien.""Saya sudah di rumah sakit dokter, di unit gawat darurat." Dokter Dominic maklum kalau ternyata Alana Drew dan putranya sudah di rumah sakit, orang bingung bisa begitu walaupun tadi ngomongnya 'saya ke rumah sakit' ternyata sudah di rumah sakit, ibu-ibu yang kebingungan malah semakin membuat Dominic respect karena itu salah satu tanda mereka sangat care, mencemaskan orang yang mereka kasihi, itu tanda sayang bukan!"Mrs Navarell tunggu disana, saya akan menuju ke unit gawat darurat." "Baik terimakasih dokter." Sambil berjalan dr Dominic membayangkan keributan yang akan terjadi di unit gawat darurat jika mereka tahu siapa yang sedang berada di sana. Begitu membuka pintu penghubung ke unit gawat darurat tahulah Dominic bahwa apa yang dibayangkannya tidak terjadi karena ternyata Alana Drew mengenakan kacamat
Alana Drew! Penyanyi favoritnya!Dokter Dominic berusaha melegakan tenggorokannya sebelum menjawab pertanyaan Samantha. "Benar, ada yang bisa saya bantu Ms Alana Drew?" Samantha tidak terkejut mendengar panggilan itu karena dia tahu wajahnya yang tanpa penyamaran pasti langsung dikenali di manapun dia berada."Aku harap kau merahasiakan keberadaan ku disini," pinta Samantha."Jangan kuatir, apa yang bisa saya bantu?""Anak saya merengek dan gelisah sejak bangun." "Baiklah, saya akan periksa, mungkin bisa dibaringkan dahulu? Siapa namanya?" "Tristan, dokter." Samantha segera membaringkan Tristan yang seketika menangis dengan keras ketika merasa kehilangan pelukan ibunya."Wow, wow...keras sekali anak Mommy menangis, anak hebat...mari kita lihat apa yang salah ya." Dengan lembut dan sambil berbicara dokter Dominic melakukan pemeriksaan menyeluruh dan kondisi Tristan yang menangis tidak menjadi halangan, terlihat bahwa sang dokt
Tidak adanya penolakan dari Samantha membuat gairah Chase naik secepat kilat, 'tubuh' nya membengkak sempurna. Chase makin menekankan tubuhnya, memeluk istrinya erat-erat seakan bisa meredakan gairahnya. "Sayang, masih ada yang ingin kau katakan?" tanya Chase, sejenak melepaskan ciumannya. Samantha menggeleng. "Aku dimaafkan?" Samantha kembali menggeleng. Chase terkejut. "Kita sama-sama salah, Chase. Tidak ada yang perlu dimaafkan." "Kita mulai awal yang baru ya, Sayang. Tanpa perjanjian! Selamanya kau adalah Mrs Navarell!" Kembali Chase melanjutkan cumbu rayu yang sempat terhenti. Chase selalu tahu bahwa istrinya bisa begitu cepat menaikkan gairah dan hasratnya. Akan tetapi hari ini sangat luar biasa hebat. Chase menurunkan tangannya dan meremas bokong Samantha, lalu menekan tubuh Samantha makin rapat dengan gerakan yang begitu sensual, hingga terdengar
Sepanjang hari irama Chase melambat, dia menghitung sisa waktu sampai ke pukul 12 malam, saat perjanjian berakhir."Bos, ada tawaran besar dari klien kita, line satu." "Bereskan." Chase langsung memberikan instruksi lisan kepada wakilnya. "Bro, nggak nanya sebesar apa?" "Bereskan, Lim." "Oke." Kembali Chase melihat dokumen di hadapannya, akan tetapi fokusnya sudah bercabang. Dia merencanakan untuk memberi perhatian dan waktu sepenuhnya bagi Samantha saat mereka telah bertemu dan menemukan kata sepakat nanti. Giliran Chase yang menelepon Salim. "Lim, kemari." Hanya selang sesaat Salim sudah mengetuk pintu ruangan Chase. "Gitu lah, Bro! Top! Apapun yang terjadi bisnis is number one! Aku sambungkan langsung dengan klien kita, ok?" Chase langsung mengangkat wajahnya. "Kau belum bereskan?" Giliran Salim yang bingung."Sudah, tapi nggak tuntas karena dia minta bertemu langsung dengan decision maker." "Kan aku udah kasih kamu wewenang khusus, Lim. Kamu tinggal bilang kan kalau
Chase bersama Salim sedang menghadiri gala dinner dari perusahaan rekanan yang cukup besar yang diselenggarakan di sebuah hotel berbintang lima. Chase mengupayakan datang karena mereka telah mengirim undangan sudah lama sekali. Mereka sedang duduk di meja undangan VVIP ketika sang pembawa acara mulai membuka rangkaian acara."Salim, kenapa acara baru dimulai?" Gumam Chase heran. Salim yang mendengar kalimat Chase hanya diam saja, memang Chase tidak tahu karena undangan Salim yang pegang. "Kau akan terhibur malam ini, duduk santai sajalah, Bos." "Tiga puluh menit lagi aku akan pergi.""Lhaaa, belum juga pegang tangan dengan Mr Ramji." "Kau saja yang tinggal, bilang mendadak aku ada urusan penting." Chase berusaha menahan diri, sebenarnya jangankan tiga puluh menit lagi, sebenarnya tadi Chase enggan untuk datang. Sejak Samantha pergi, hari hari hidupnya hanya dihabiskan dikantor, sendiri dengan dokumen, dikelilingi dinding-dinding kantor yang membisu, menghitung detik demi de
Bianca menatap wajah jelita sahabatnya yang sedang memandang dengan tanda tanya besar di matanya. Melihat temannya hanya diam saja, Bianca berinisiatif untuk mengorek isi hati Samantha. "Gimana pendapatmu setelah mendengar ceritaku?" Nampak Samantha menggigit bibirnya."Mungkin apa yang dilakukannya terdorong oleh tanggung jawab yang besar terhadap Tristan." "Wrong answer, pilih jawaban lain." Nampak Samantha sedang berpikir mencari jawaban lain. "Mungkin dia takut kakeknya marah?""Kau yang lebih mengenalnya, menurutmu dia takut?" Samantha menggeleng. "Kalau kau lihat wajahnya kau akan tahu seberapa dalam kesedihannya, itu yang mendorong dia melintasi samudra secepatnya." Samantha tidak menjawab, tapi anehnya kondisinya sudah jauh lebih baik dibanding saat Bianca datang."Kalau kau tanya apa yang memicu kesedihannya, hanya kalian berdua yang bisa jawab? Urusan ranjang terpanas? Gaya terheboh? Atau_""Bi, memangnya besok kamu nggak ada shooting film?" Samantha memotong untuk
"Kenapa? Apa Tristan sakit?" tanya Chase mengingat kebiasaan Samantha yang sangat cemas saat Tristan sakit. "Tristan sehat," jawab Arnold. "Istriku..apakah dia baik-baik saja?" Arnold tidak menjawab, dia memandang Chase dengan tajam."Tadinya tidak, tapi sekarang dia sudah baik-baik saja, aku katakan padanya di bumi ada berjuta-juta pria yang mau mati bagi dia."Chase maju dan langsung mengangkat kerah leher Arnold. "Samantha istriku, selamanya dia istriku!" "Kalau itu yang ada di benakmu, seharusnya yang keluar dari mulutmu bukan hal yang menyakitkan hatinya." Chase menggertakkan giginya menahan rasa marah, bukan kepada Arnold, lebih kepada diri sendiri karena kalimat Arnold seketika mengingatkan dia akan kebodohannya menyuruh Samantha pulang! "Kalian apa-apaan sih?" teriakan Bianca membuyarkan lamunan Chase.Segera Chase melepaskan cengkeramannya lalu berlalu meninggalkan kedua sahabat Samantha, dia berjalan dengan posisi bahu turu
Dokumen? Chase ngeri mendengar kalimat Bianca. Seketika Chase mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungi Samantha. Chase memandang layar, dia sangat gelisah. Dia ingin sekali mendengar suara istrinya. 'Pleaseeee Sam! Please angkat, Sam.' Waktu terus berputar.... Detik demi detik terasa sangat lama hingga akhirnya telepon diangkat. Ada yang berdesir di dada Chase saat menunggu suara lembut yang dirindukannya. Chase senang sekaligus sedih, banyak sekali yang ingin dia katakan namun lidahnya kelu. "Chase?" Chase sampai tidak bisa berkata-kata, lehernya tersumbat. Bahkan iya kesulitan untuk menelan salivanya, pikirannya tiba-tiba kosong seolah ada sesuatu yang membuatnya takut, sebuah kata yang tak ingin ia dengar keluar dari bibir Samantha. "Chase?" kembali Samantha bertanya. Chase menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan istrinya. "Sayang....kamu di mana?" "Maaf aku sudah jauh, tapi kalau kamu mau mengirim dokumen perc_" "CUKUP, SAM! Tidak akan ada percera
"Mom?" "Hai, Sayang." Mereka saling berpelukan, lalu Chase mempersilahkan ibunya masuk, sebaliknya Chase turun dari teras menuju mobil ibunya. Chase membuka pintu..lKosong... Chase terdiam dalam posisi kepala tertunduk sambil memegang pintu dalam waktu yang cukup lama. Lalu dia berbalik dan kembali masuk ke dalam rumah dan duduk di hadapan ibunya. Sambil menangkupkan kedua tangannya, Chase bertanya. "Samantha yang mengirim Mom ke sini?" Nampak raut keheranan di wajah ibunda Chase. "Mom, Samantha pasti marah karena kejadian kemarin, sampai dia mengirim Mom ke sini." Tidak terdengar jawaban apapun dari ibunya membuat Chase menegakkan badannya dan memandang ibundanya. "Betul kan, Mom?" Ibunda Chase menggelengkan kepala perlahan. Chase mengernyit melihat gelengan ibunya. "Istriku tidak pergi menemui, Mom?" tanya Chase dengan kecemasan yang kental mewarnai suaranya. Siapapun pasti bisa menangkap nada saya