"Mom?"
"Hai, Sayang."Mereka saling berpelukan, lalu Chase mempersilahkan ibunya masuk, sebaliknya Chase turun dari teras menuju mobil ibunya. Chase membuka pintu..lKosong... Chase terdiam dalam posisi kepala tertunduk sambil memegang pintu dalam waktu yang cukup lama.Lalu dia berbalik dan kembali masuk ke dalam rumah dan duduk di hadapan ibunya.Sambil menangkupkan kedua tangannya, Chase bertanya. "Samantha yang mengirim Mom ke sini?"Nampak raut keheranan di wajah ibunda Chase."Mom, Samantha pasti marah karena kejadian kemarin, sampai dia mengirim Mom ke sini."Tidak terdengar jawaban apapun dari ibunya membuat Chase menegakkan badannya dan memandang ibundanya."Betul kan, Mom?"Ibunda Chase menggelengkan kepala perlahan. Chase mengernyit melihat gelengan ibunya. "Istriku tidak pergi menemui, Mom?" tanya Chase dengan kecemasan yang kental mewarnai suaranya.Siapapun pasti bisa menangkap nada saya"Malu...mesum nggak sih?" Chase menyisipkan rambut Samantha, sambil tersenyum Chase memandang istri polosnya dengan pandangan memuja. "Kalau sama suami sendiri nggak mesum namanya, Sweetheart! Kan sudah sah!" "Tetep aja, kalau mesum ya mesum nggak sih?" "Gini aja, coba kita buat contoh, misal mau bilang kata apa?" Chase bertanya lalu diam menunggu jawaban istrinya. Nampak Samantha berpikir keras, lalu sepertinya Samantha telah menemukan kata itu, dengan tubuh condong ke arah Chase, Samantha berbisik. "Misalnya...senjata." Chase menahan tawanya demi mendengar kata yang istrinya ucapkan. "Sayang, kan ini kita lagi mau kasih contoh untuk menentukan mesum.apa tidak mesum, lha kalau langsung udah di samarkan ya nggak seru!"Samantha tersenyum malu, lalu dia mengusap wajah dengan kedua tangannya. "Ya udah ganti kata aja...dada," ujar Samantha lirih. "Mari kita perjelas,.maksudnya dada wanita kan?" Samantha mengangguk.
"Besok kita ke mana lagi, Sayang?" tanya Samantha sambil memakai gaun tidurnya, hari ini mereka berkeliling hingga baru sampai di hotel tengah malam, karena baru keluar sore hari dan tidak memperhitungkan long weekend yang membuat mereka mengalami kemacetan parah di jalanan.Chase berdiri di belakang Samantha, lalu menangkupkan kedua tangannya di dada istrinya, jadinya Samantha menurunkan gaunnya dari atas kepala menutupi kedua tangan Chase yang tetap hinggap di dadanya. Sambil tersenyum malu, Samantha pun meletakkan tangannya di atas tangan Chase, hanya terhalang sutra akan tetapi malah makin menambah sensasi, merasakan tangan Chase bergerak memijat tapi tidak nampak di kaca. "Sayang, besok kita ke mana?" ulang Samantha, sambil bergeser samar karena nikmat yang tercipta dari pijatan tangan maskulin suaminya. "Di kamar aja," jawab Chase parau. Mendengar jawaban suaminya bola mata Samantha membulat. "Hmm...maksudnya...habis bercinta, kita pergi kemana?" kembali Samantha berusaha
Samantha melepaskan diri dari pelukan suaminya dan melangkah menuju ke tempat para pemain musik berkumpul diiringi sorak-sorai dari mereka semua yang sangat excited menyambut penampilan Sang Diva. Samantha memegang mic lalu duduk dengan santai di kursi bar di antara para pemain musik. "Hai semua...." Chase melihat salam pembuka istrinya, dan betapa wanita terlebih para pria begitu semangat membalas. "Sebenarnya malam ini saya hanya datang karena pesawat saya baru akan berangkat besok, jadi daripada bengong di rumah hitung-hitung menyenangkan hati teman." Samantha meledek Bianca yang langsung cemberut mendengar ledekan sahabatnya. "Terus ya Tha, ingat jaman kita susah bertiga." Samantha tertawa lepas. "Lagu yang akan aku nyanyikan ini khusus kupersembahkan buat sahabatku tercinta, aunty Bianca. Semoga makin bahagia di tahun-tahun yang masih panjang membentang." Lalu Samantha mulai menyanyikan sebuah lagu yang ternyata diciptakannya sendiri, sebuah lagu yang bercerita te
Chase tersenyum perlahan. "Aku kelelahan, sweet heart, nanti kita lanjutkan perdebatan ini saat bulan madu, sekarang tidurlah Nyonya." Samantha berbisik sambil menggigit lembut ujung bibir Chase. "Aku masih tidak terima dikatakan belum mahir." "Ralat! Hampir mahir," gumam Chase. "Sama aja, masih di luar mahir! Coba Tuan lihat keadaan Tuan, terkapar bahagia! Itu hasil perbuatan seorang istri pro, ok?"Chase tertawa lepas. "Berani bilang hampir mahir lagi, aku kerjain lagi sampai kamu minta ampun, Sayang. Beneran!"Chase masih tertawa saat tangan Samantha hinggap di 'batang' tubuhnya!Masih dengan tawa yang tersisa, Chase menangkup wajah istrinya. "Sorry sayang, boleh angkat tangannya?" "Terserah yang punya tangan kan? Mau taruh di mana!" "Sayang, beri aku waktu, kita tidur dulu, please." "Oke, nina bobo oh oh nina bobo.." Samantha menyanyi sambil menggeser tangannya naik turun bagaikan sedang menggosok punggung bayi. Chase menangkap tangan Samantha. "Tidur sebent
Hari-hari bergulir dengan cepat. Bagi Chase matahari bersinar lebih cerah, dia menjalani setiap hari dengan bahagia bersama istri dan anaknya. Pekerjaan tidak lagi mendominasi hidupnya. Hanya saja saat Samantha harus konser kemanapun dia akan berusaha mengikutinya, dia akan membawa Tristan dan suster bersamanya. Chase berusaha menjadi bagian dari keseharian istrinya, dia ingin tahu apa saja yang Samantha lakukan dan alami sebagai artis terkenal. Seperti di Jerman saat mereka baru saja kembali dari konser, fans fanatik Alana Drew mengirim bunga ke kamar dengan pesan 'see you sweety' tanpa nama pengirim. Kok bisa ke kamar? Biasa mereka mengirim bunga ke tempat konser, atau mungkin si pengirim punya saudara orang hotel jadi tahu kalau Alana akan menginap di sana. Awalnya Chase menganggap itu biasa hingga kejadian yang sama terulang kembali saat Chase menemani Samantha konser di Prancis, kembali ada bunga yang sama, kumpulan kuncup mawar merah dengan pesan yang sama. Saat bunga it
"Bangun Sayang." Chase sibuk dengan tangan dan bibirnya hingga Samantha menggelinjang manja."Bangun...open your beautiful eyes!"desak Chase.Samantha membuka matanya perlahan dan memandang wajah tampan suaminya yang makin menggairahkan dengan bulu-bulu yang sudah tumbuh semalaman. SEKSI!!Chase hanya terdiam memandang tampilan istri jelitanya yang hangat dengan keharuman lembut yang khas."Morning, Sayang," gumam Samantha parau."Morning, Sweet heart," Chase menjawab sambil mengecup bibir indah yang menunggu dengan seksinya.Chase langsung menindih Samantha, menciumi lehernya lalu kembali berguling kini Samantha berada di atasnya. "Drive!" ujar Chase. "Again? In the morning?" "Off course." Samantha langsung bergoyang sambil tersenyum malu-malu yang bagi Chase makin menggoda dibanding wanita-wanita lain yang tersenyum sambil melepas gaunnya dengan tujuan sengaja ingin menggoda, efeknya kalah jauh dengan apa yang Samantha lakukan. Hanya sampai disitu saja Chase sanggup memba
"Harusnya kita duduk bersama dulu, bukan berbaring bersama." "Sama sama BERSAMA." "Sayang, maksudnya seharusnya kita bicara dulu baru ginian." "Apaan ginian?" "Begini begini!""Iya apa yang begini begini?"Samantha menyorongkan bibirnya ke leher Chase. Menggigit, menyesap, menjilat hingga Chase harus menahan erangannya. "Siapa yang ngajari?" "My teacher."Chase lama menatap wajah jelita yang sangat dirindukannya. "Bisa lebih jelas?" Desak Chase sambil menyipitkan matanya.Mereka saling bertukar pandang."My lovely teacher."Chase menunduk dan menempelkan bibirnya. "Name!""Mr Chase Navarell, my hubby.""Thank you.""You're welcome.""Suaminya kan cuma satu, kok bisa cepet pinter?" "Sebenarnya tidak ada orang pintar dan bodoh, yang ada hanya orang-orang yang tidak mendapat pengajaran yang tepat, jadi di tangan yang tepat semua orang akan berkembang dengan sangat menakjubkan.""Itu artinya."
Chase terdiam sepanjang jalan hingga sampai di mobil.Sopir dengan sigap langsung membukakan pintu mobil. Chase memberi kesempatan agar Samantha naik dulu kemudian Chase mengikuti. Sepanjang perjalanan Chase kembali menggenggam tangan Samantha. "Chase, gantian yuk gendongnya... capek," kata Samantha mengingat Chase sudah menggendong Tristan cukup lama. "Beratmu berapa kali berat Tristan, Sam?" tanya Chase sambil menyisipkan rambut Samantha ke balik telinga."Mungkin enam kali, Tristan sepuluh kilogram aku enam puluh kilogram.""Nah, 6 kali nggak main-main.""Maksudnya?" "Maksudnya jangan kan gendong Tristan, gendong Mommy-nya semalaman aja bisa!" "Sayangg, aku tadi beneran serius," kata Samantha sambil mencubit pinggang Chase. "Nah gitu dong, panggil sayang," cetus Chase yang bahagia mendengar Samantha reflek memanggilnya sayang.Mereka berpandangan.Akhirnya Samantha berkata sambil mendekatkan badannya, "Sayang."Seketika Chase memiringkan badannya menghadap Samantha dan me
Chase melihat kepergian istrinya, pandangannya mengikuti kemana pun istrinya melangkah."Gimana rasanya jatuh cinta setengah mati?" Suara Daddy menyela pengamatan Chase.Chase menarik nafas panjang sebelum menjawab."Luar biasa, nyaris mati Dad! Aku tidak ingin membaginya dengan siapapun!"Mr Navarell senior tertawa pelan.Dia teringat saat dia jatuh cinta setengah mati dengan istrinya.Dia sampai melakukan hal-hal bodoh seperti melewati rumah makan tempat mereka makan berdua.Bahkan mengira wanita itu memiliki dua anak saja tidak menghalanginya untuk jatuh cinta apalagi saat dia tahu wanita itu masih perawan, rasanya dia sedang dibawa ke langit ke tujuh...bahagia tak terperi."Daddy bisa membayangkannya dengan tepat, karena Daddy pernah berada di sana. Daddy jatuh cinta dengan Mommy-mu hanya dalam dua kali pertemuan." "Terus langsung jadian?" Mr Navarell senior tertawa perlahan."Son, kalau dibuat Novel Romance mungkin bersambung empat lima buku. Terlalu panjang cerita yang kami