Kembali Chase menghadiri rapat, waktu yang bergulir sangat cepat hingga menjelang sore barulah Chase menyelesaikan tugasnya.
Kembali ke kantor, Chase melihat sudah banyak karyawan yang pulang tapi masih ada beberapa yang tinggal dan masih fokus dengan pekerjaannya.Chase mendapati meja sekretarisnya sudah kosong, memang kemarin dia sempat ijin pulang cepat karena ada acara keluarga.Saat membuka pintu ruangannya Chase terkejut mendapati mantan sekretaris lamanya, Leda sedang duduk dengan santai di sofa.Leda? Ada urusan apa? "Siapa yang mengijinkanmu masuk?""Tidak ada siapapun yang berjaga di depan jadi aku masuk saja." "Kau tahu itu pelanggaran?" "Oh ayolah Mr Navarell, kau tahu aku pernah di sini jadi_" "Justru karena kau pernah di sini, harusnya kau tahu bahwa aku tidak akan mengizinkan sembarang orang masuk ke ruanganku." Chase melihat Leda bangkit berdiri, saat itulah Chase tahu betapa gaun yang Leda pakai begitu minim. LedSaat itulah suster mendengar salah satu dari pria yang baru datang sedang menghardik dua pria sebelumnya yang berusah memaksanya. “Siapa kau? Kenapa mengganggu mereka?” ucap pria yang hanya memakai kacamata hitam tanpa masker. "Tidak usah banyak tanya! jangan mengganggu kami." "Kau tidak tahu siapa dia?” salah satu dari dua pria terakhir balas menghardik. "Jangan ganggu urusanku, pergi saja kalau tidak mau terluka!” ancam pria sebelumnya. Terjadi perdebatan, suster hanya menangkap kalimat 'jangan ganggu mereka' karena perasaan takutnya sudah melebihi batas hanya itu saja yang bisa dicernanya, menangis saja suster sudah tidak bisa. Ia berharap kedua pria yang baru saja datang adalah penolongnya dan membawanya pergi ke tempat yang lebih aman. Pria yang baru saja datang berjalan dengan cepat mendekati pria sebelumnya dengan tatapan mengancam, mereka terlibat dalam percakapan dengan suara rendah. Entah apa yang ia lakukan, namun kedua pria yang
Suster yang teringat akan keberadaan playground berpikir mungkin saja Tristan akan tenang jika dibawa ke sana... hanya saja dia tidak tahu posisi pastinya karena tempat itu dilewatinya saat mereka sedang diantar oleh bellboy. Suster mengambil telepon hotel dan menghubungi bagian informasi. “Halo, apa aku boleh bertanya di mana letak playground untuk anak anak? Apa masih buka?” “Masih, playground berada di lantai satu di sebelah restoran sushi.” “Baik, terimakasih.” Dengan semangat, suster pun langsung mengambil beberapa barang dan susu Tristan lalu pergi keluar dari kamar hotel. Ia membawa Tristan menuruni lift hingga lantai satu. Tristan mulai tenang saat dibawa keluar dari kamar. Hingga sampai di playground Tristan pun sudah tidak rewel dan sangat menyukai bermain di sana.Ada tiga anak yang sedang bermain. Mereka terlihat sangat bahagia dan aktif bermain di sana.Walau pun tidak bisa ikut berlarian dan bermain papan seluncur akan tet
BAB S2.124 UNCONDITIONAL LOVE Setelah menelpon Arnold, Chase yang tak bisa melakukan apa pun dan hanya bisa cemas memilih untuk tidur. Ia pun berjalan ke arah kasurnya dan merebahkan diri.Chase tidur di sisi yang biasa ditiduri Samantha, mengambil selimut lalu mematikan lampu. Dia masih membawa ponselnya, hatinya sangat khawatir dan gelisah tapi ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan saat ini, akhirnya ia pun mulai memejamkan mata dan tertidur. Namun, baru satu jam berlalu Chase mulai gelisah kembali, tidurnya tidak nyenyak terlihat dari dahi yang mengernyit.Entah apa yang Chase mimpikan yang pasti hal itu membuatnya langsung terjaga dengan napas yang tersengal.Chase menatap kamarnya yang gelap lalu menyalakan lampu cabinet dan melihat jam dari ponselnya, ternyata masih dini hari. Sementara Italia lebih lambat lima jam dari ibukota, jadinya di Italia masih malam.Chase tidak yakin jika acara Samantha sudah berakhir, mengingat janji Samantha yang akan menelponnya setelah acara
“Sudah sampai Pak,” ucap Bobby dan segera keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Chase. Saat Chase keluar, ponsel Bobby pun berdering dan saat melihat siapa yang menelponnya dengan tidak enak Bobby langsung mengangkatnya. Bobby yang membelakangi Chase membuat Chase penasaran siapa yang menelponnya hingga berani bersikap seperti ini. “Iya Bu? Ah kamu, kenapa Dik? Ibu sakit? Oh iya Mas segera pulang yaa,” tutup Bobby dengan wajah yang cemas dan tak bisa ditutupinya. “Ini kunci mobilnya Pak,” ucap Bobby menyerahkan kunci mobil yang mereka pakai. “Kamu pulang naik apa?” tanya Chase. “Naik motor Pak. Titip motor di terminal terus naik bus, Pak.” “Dari pada naik bus, bawa mobil putih saja,” perintah Chase dan mulai melangkah masuk saat suara sopirnya menahan langkahnya. “Eh jangan Pak, gak usah. Saya udah terbiasa naik bus, terima kasih, Pak.” “Pakai saja! Lagian mobil SUV kan jarang dipakai ada di garasi terus. Pakai saja, ini perintah!” paksa Chase. “Baik Pak, t
Pesan yang ia tunggu-tunggu sejak tadi tak juga datang. Begini rasanya merindukan pesan dari satu-satunya wanita yang telah mencuri hatinya.Hanya sebuah pesan!Dia yakin Samantha tidak dengan sengaja mengabaikan pesan yang sudah ia kirim sejak pagi, pasti dia sangat sibuk bukan(?)Chase masih mencoba untuk berpikir positif dan mencoba untuk menahan rasa rindu yang sudah membakar hatinya itu. Hingga pesanannya tiba, Chase pun langsung tersenyum tipis kepada pelayan cukup umur yang sudah nampak kelelahan itu. "Kau sudah kelelahan." Kalimatnya tercetus seketika. Si pelayan terkejut lalu tersenyum lemah. "Yes, Sir." Si pelayan mengiyakan sambil memeluk nampan seakan ingin mendapat tenaga ekstra."Tidak selalu kita dapat apa yang kita inginkan...hidup harus terus berjalan," tambah si pelayan seperti ingin menguatkan diri sendiri dengan kalimatnya. "Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan?" Kembali si pelayan bertanya, Chase menggeleng dan
Chase menatap kepergian Leda.Dia tak bisa memahami sikap Leda yang tiba-tiba muncul di hadapannya, sikap yang menurut Chase sangat luar biasa di luar nalar, yang Chase yakini hanya satu hal yaitu Leda merencanakan sesuatu akan tetapi Chase belum tahu itu apa. Bagaimana bisa wanita itu bersandiwara sakit dan minta di antar ke rumah sakit hanya untuk mendapatkan perhatian dari Chase. Sudah pasti, Chase tak akan pernah memenuhi keinginannya itu. Meski pun berakhir Leda marah dan langsung menunjukkan sifat aslinya yang hanya sedang berpura-pura. Chase menggelengkan kepalanya dan kembali duduk setelah Leda dan Bobby keluar dari ruangannya. Kembali Chase menatap komputernya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena kedatangan Leda yang tiba-tiba tanpa permisi.Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering ada pesan dari Bobby yang mengatakan bahwa Leda tak mau diantar ke rumah sakit.Chase tersenyum sinis membaca pesan Bobby dan segera menyur