Pesan yang ia tunggu-tunggu sejak tadi tak juga datang. Begini rasanya merindukan pesan dari satu-satunya wanita yang telah mencuri hatinya.
Hanya sebuah pesan!Dia yakin Samantha tidak dengan sengaja mengabaikan pesan yang sudah ia kirim sejak pagi, pasti dia sangat sibuk bukan(?)Chase masih mencoba untuk berpikir positif dan mencoba untuk menahan rasa rindu yang sudah membakar hatinya itu. Hingga pesanannya tiba, Chase pun langsung tersenyum tipis kepada pelayan cukup umur yang sudah nampak kelelahan itu. "Kau sudah kelelahan."Kalimatnya tercetus seketika. Si pelayan terkejut lalu tersenyum lemah. "Yes, Sir." Si pelayan mengiyakan sambil memeluk nampan seakan ingin mendapat tenaga ekstra."Tidak selalu kita dapat apa yang kita inginkan...hidup harus terus berjalan," tambah si pelayan seperti ingin menguatkan diri sendiri dengan kalimatnya. "Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan?" Kembali si pelayan bertanya, Chase menggeleng dan'Argh! Sial! Mereka benar-benar telah mempermainkan aku! Apa ... mereka tahu jika aku juga melindungi Samantha? Karena itu mereka sengaja mengalihkan perhatianku sehingga mereka bisa mendekati Samantha? Tapi ada pengawal ketat di luar, kalau sampai mereka melewati pengawal kemungkinannya kecil, yang masuk akal adalah mereka sudah ada di dalam atau mereka memang punya akses untuk keluar masuk dan berada di dekat Samantha .' Analisa Arnold makin membuat dia waspada, karena itu artinya fans fanatik Samantha sudah sangat dekat di sekitar mereka.Dia tak menyangka jika telah tertipu seperti ini. Hal yang ia pikir sudah benar, ternyata dirinya masih saja salah.Saat ini Arnold hanya bisa berharap bahwa Samantha akan bisa mengakhiri penampilannya dengan cepat dan tanpa masalah hari ini. Hingga mereka bisa kembali ke Indonesia secepatnya. Arnold pun keluar dari ruangan dan menyusul Samantha yang sudah pergi terlebih dahulu. Samantha kembali berjalan menuju ke stage, dia bersyukur lagu
Arnold terbelalak saat melihat Samantha yang diam tak bergerak di dalam ruangannya. Posisi Samantha sedang duduk tegak dan di hadapannya nampak menjulang sebuah boneka raksasa yang sama persis dengan yang baru saja Arnold suruh anak buahnya simpan.Bagaimana mungkin??? Boneka itu SAMA PERSIS! “Kenapa ... Samantha mendapatkannya juga? Apa ... dari orang yang sama?” batin Arnold dengan raut wajah yang cemas. Tapi saat Samantha menyadari kedatangannya, Arnold langsung tersenyum lebar seolah tak terjadi apa-apa. Arnold masuk sambil berusaha menyembunyikan rasa penasaran dan gusarnya. Dia tidak ingin membuat Samantha cemas, biar dia dan Chase yang akan memikirkan cara mengetahui identitas si fans gelap yang mulai meresahkan ini. "Hai Tha, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum penampilan terakhirmu." Arnold mengingatkan, Samantha mengangguk.Arnold melihat wajah Samantha yang keruh. "Tha, kenapa wajahnya suntuk?" Samantha menggeleng, tapi Arnold berpikir pasti Samantha tida
Arnold terbelalak saat melihat Samantha yang diam tak bergerak di dalam ruangannya. Posisi Samantha sedang duduk tegak dan di hadapannya nampak menjulang sebuah boneka raksasa yang sama persis dengan yang baru saja Arnold suruh anak buahnya simpan.Bagaimana mungkin??? Boneka itu SAMA PERSIS! “Kenapa ... Samantha mendapatkannya juga? Apa ... dari orang yang sama?” batin Arnold dengan raut wajah yang cemas. Tapi saat Samantha menyadari kedatangannya, Arnold langsung tersenyum lebar seolah tak terjadi apa-apa. Arnold masuk sambil berusaha menyembunyikan rasa penasaran dan gusarnya. Dia tidak ingin membuat Samantha cemas, biar dia dan Chase yang akan memikirkan cara mengetahui identitas si fans gelap yang mulai meresahkan ini. "Hai Tha, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum penampilan terakhirmu." Arnold mengingatkan, Samantha mengangguk.Arnold melihat wajah Samantha yang keruh. "Tha, kenapa wajahnya suntuk?" Samantha menggeleng, tapi Arnold berpikir pasti Samantha tida
Arnold terbelalak saat melihat Samantha yang diam tak bergerak di dalam ruangannya. Posisi Samantha sedang duduk tegak dan di hadapannya nampak menjulang sebuah boneka raksasa yang sama persis dengan yang baru saja Arnold suruh anak buahnya simpan.Bagaimana mungkin??? Boneka itu SAMA PERSIS! “Kenapa ... Samantha mendapatkannya juga? Apa ... dari orang yang sama?” batin Arnold dengan raut wajah yang cemas. Tapi saat Samantha menyadari kedatangannya, Arnold langsung tersenyum lebar seolah tak terjadi apa-apa. Arnold masuk sambil berusaha menyembunyikan rasa penasaran dan gusarnya. Dia tidak ingin membuat Samantha cemas, biar dia dan Chase yang akan memikirkan cara mengetahui identitas si fans gelap yang mulai meresahkan ini. "Hai Tha, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum penampilan terakhirmu." Arnold mengingatkan, Samantha mengangguk.Arnold melihat wajah Samantha yang keruh. "Tha, kenapa wajahnya suntuk?" Samantha menggeleng, tapi Arnold berpikir pasti Samantha tida
Saat itulah suster mendengar salah satu dari pria yang baru datang sedang menghardik dua pria sebelumnya yang berusah memaksanya. “Siapa kau? Kenapa mengganggu mereka?” ucap pria yang hanya memakai kacamata hitam tanpa masker. "Tidak usah banyak tanya! jangan mengganggu kami." "Kau tidak tahu siapa dia?” salah satu dari dua pria terakhir balas menghardik. "Jangan ganggu urusanku, pergi saja kalau tidak mau terluka!” ancam pria sebelumnya. Terjadi perdebatan, suster hanya menangkap kalimat 'jangan ganggu mereka' karena perasaan takutnya sudah melebihi batas hanya itu saja yang bisa dicernanya, menangis saja suster sudah tidak bisa. Ia berharap kedua pria yang baru saja datang adalah penolongnya dan membawanya pergi ke tempat yang lebih aman. Pria yang baru saja datang berjalan dengan cepat mendekati pria sebelumnya dengan tatapan mengancam, mereka terlibat dalam percakapan dengan suara rendah. Entah apa yang ia lakukan, namun kedua pria yang
Suster yang teringat akan keberadaan playground berpikir mungkin saja Tristan akan tenang jika dibawa ke sana... hanya saja dia tidak tahu posisi pastinya karena tempat itu dilewatinya saat mereka sedang diantar oleh bellboy. Suster mengambil telepon hotel dan menghubungi bagian informasi. “Halo, apa aku boleh bertanya di mana letak playground untuk anak anak? Apa masih buka?” “Masih, playground berada di lantai satu di sebelah restoran sushi.” “Baik, terimakasih.” Dengan semangat, suster pun langsung mengambil beberapa barang dan susu Tristan lalu pergi keluar dari kamar hotel. Ia membawa Tristan menuruni lift hingga lantai satu. Tristan mulai tenang saat dibawa keluar dari kamar. Hingga sampai di playground Tristan pun sudah tidak rewel dan sangat menyukai bermain di sana.Ada tiga anak yang sedang bermain. Mereka terlihat sangat bahagia dan aktif bermain di sana.Walau pun tidak bisa ikut berlarian dan bermain papan seluncur akan tet