Home / Young Adult / Bertemu di Perancis / 5. At Palais Des Papes

Share

5. At Palais Des Papes

last update Last Updated: 2022-01-02 23:50:12

Kota Paus Avignon di Province-Alpes-Cote d Azur.

Ares mengajak Chrystal makan siang di Restoran Le Bercail. Restoran yang terletak persis di tepi Sungai Rhone. Ares memilih tempat duduk yang berada di teras luar yang menghadap ke kompleks Istana Paus Palais des Papes. Cantik sekali pemandangan dari teras Restoran Le Bercail ini, apalagi saat ini sambil makan siang berdua dengan Ares.

Budaya makan di Prancis ternyata sangat berbeda. Kata Ares orang-orang di negara ini bisa menghabiskan waktu yang cukup lama pada saat makan, dan makanan yang mereka makan pun biasanya jumlahnya banyak dan bervariasi terutama pada acara-acara khusus. Chrystal jadi ingat akan cerita Ares saat merayakan natal di rumah neneknya di Kota Avignon ini. Mereka menghabiskan waktu untuk makan pada perayaan natal yang sangat panjang, yaitu dari jam dua siang sampai hampir tengah malam dengan menu makanan yang sangat banyak dan beraneka macamnya.

Mereka berdua pun mulai dengan makan makanan pembuka yang dalam Bahasa Prancis disebut Lentree. Ares memilih Lescargot sebagai lentreenya, dan Chrystal memilih Mouse au Chocolat, yaitu jenis makanan pembuka yang terbuat dari bahan cokelat karena Chrystal memang sangat suka cokelat.

"Bon Appetit, Chrystal."(Selamat makan, Chrystal).

"Bon Appetit, selamat makan juga Ares."

Chrystal pun mulai menikmati lelehan cokelat khas Prancis yang sangat enak ini, menikmati lelehan cokelat yang lembut menyentuh lidahnya diiringi oleh alunan musik klasik Clair de Lune karya Claude De Bussy yang mengalun indah. Chrystal sangat familiar dengan alunan musik itu karena itu adalah salah satu lagu soundtrack film Twilight kesukaannya.

"Cest bon!!" Ares mengomentari rasa Lescargot yang sedang dinikmatinya.

"Iya, Cest bon! Mouse au chocolat ini juga sangat enak." balas Chrystal tak kalah bersemangatnya dengan Ares.

Setelah selesai dengan lentree, mereka pun mulai La plat Principal atau menu utamanya. Kali ini Ares yang memilih menu untuk mereka berdua.

"Kamu harus mencobanya Chrystal, ini sangat enak kamu pasti akan sangat menyukainya."

Ares memilih Rouleaux de printemps au poulet, dan Boeuf Bourguignon sebagai menu makanan utama mereka, makanan khas Prancis kesukaan Ares. Ternyata Ares benar, makanan ini memang enak sekali rasanya, dan Chrystal pun sangat menyukainya. Selama ini Chrystal hanya tahu makanan Prancis itu hanyalah Croissant atau roti Baquette yang dimakan dengan sup hangat yang sering dibeli mama di Toko Roti Tous les Jours di Baywalk Mall Pantai Indah Kapuk di Jakarta.

Ternyata makanan Prancis yang satu ini sangat enak. Rouleaux de poulet adalah sejenis crepes tebal yang berukuran besar yang berisi olahan ayam, udang, bihun beras,  wortel, mentimun, kacang hijau, juga selada dipadu dengan kecap asin dan rasa daun mint yang khas, terasa cocok dengan lidah Chrystal dan ditambah dengan Boeuf Bourguignon, yaitu daging sapi yang direbus dengan anggur merah dalam waktu yang cukup lama yang memberikan cita rasa spesial yang hangat di tengah dinginnya udara musim dingin ini.

Setelah itu mereka makan keju Le Fromage  dengan potongan roti Baquette khas Prancis, baru kemudian menutup makan siang itu dengan le dessert berupa Une tasse de cafe, yaitu secangkir kopi untuk Ares dan semangkuk Crème Brulee untuk Chrystal. Crème Brûlée adalah jenis dessert yang terbuat dari campuran susu dan buah-buahan serta vanila yang dimasak di dalam oven.

"Je suis repu. Cest delicieux!" kata Ares.

"Cest delicieux!" balas Chrystal, "merci pour le de jeuner." lanjut Chrystal yang berarti terima kasih untuk makan siang yang sangat enak ini.

Ini adalah makan siang terenak buat Chrystal karena ini adalah makan siang pertamanya di negara impiannya, Prancis. Ini juga adalah makan siang pertamanya bersama Ares. Chrystal tak akan pernah melupakan moment indah ini dalam hidupnya.

Setelah makan siang, mereka berdua menuju ke kompleks Istana Paus karena di dalam kompleks istana Paus ini kendaraan besar dilarang masuk jadi mereka hanya berkendaraan sampai depan gerbang istana yang menghadap Sungai Rhone. Dari gerbang ini mereka bisa melihat keseluruhan Jembatan Avignon dengan jelas, ternyata jembatan ini sangat antik dan unik karena terputus pada bagian tengahnya.

Ares bercerita bahwa jembatan itu dulu menghubungkan kedua sisi sungai Rhone yang lebar, dan pernah hancur pada akhir abad ke-14. Beberapa kali telah dibangun kembali, tapi setiap banjir selalu ambruk kembali di bagian tengah nya sampai akhirnya sejak abad 17 dibiarkan begitu saja sehingga memperkuat kesan sejarahnya.

Chrystal dan Ares pun tak melewatkan kesempatan untuk berfoto bersama dan membuat beberapa video berlatar belakang jembatan antik tersebut. Hari ini Chrystal merasa sangat bahagia berada bersama Ares. Ares bukan saja tampan, tapi ternyata sangat pintar, baik dan sopan. Chrystal pun semakin mengagumi Ares.

Mereka melanjutkan perjalanan memasuki Istana Palais des Papes. Untuk memasuki kompleks bersejarah itu mereka harus membeli tiket di pintu gerbang utama seharga 11 euro per orang. Lalu mereka masuk ke kompleks istana. Begitu masuk mereka disambut oleh deretan toko yang menjual berbagai macam souvenir. Ternyata banyak rumah tinggal dan tempat usaha di dalam kompleks yang dihuni oleh hampir 900 jiwa ini. Istana Paus ini sekarang telah beralih fungsi menjadi museum bersejarah dan objek wisata dunia yang termasyur sejak tahun 1906.

Mereka berjalan berdampingan mengelilingi kompleks istana yang luas, dan masuk ke dalam gedung utama istana yang sangat besar dan megah, berdinding kokoh dengan pilar-pilar besar dan atap yang tinggi.

Sesekali Ares menggandeng tangan Chrystal. Setiap kali Ares menggandeng tangannya, setiap kali itu pula Chrystal merasa debaran di dalam dadanya menjadi tak menentu membuat bibirnya terasa kelu dan sulit untuk berkata-kata, tapi Chrystal berusaha untuk tidak memperdulikannya karena pemandangan indah memukau di hadapannya saat ini telah membuatnya sesaat melupakan dan mengabaikan segala rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.

Ada lebih dari 25 ruangan di dalam gedung besar itu yang dapat dijelajahi, dan untuk membantu mengetahui tempat-tempat dan sejarah  lebih detail, mereka menyewa alat panduan audio multimedia yang dapat disesuaikan ke dalam Bahasa Inggris, dan disinkronkan dengan film di setiap ruangan berbeda yang mereka  masuki dengan menggunakan teknik pencitraan tiga dimensi.

Dinding-dinding istana itu dihiasi penuh oleh berbagai lukisan dinding yang menawan yang menceritakan tentang kehidupan Paus Paulus semasa tinggal di sana. Lukisan alam di bilik kepausan, gambaran kehidupan Santo Martial di Kapel Santo Martial. Lukisan Ikan di Ruang Rusa, bilik yang dipersembahkan untuk studi Paus Clement VI. Di langit-langit kapel dan kamar Paus terpampang lukisan dinding nan indah karya seniman Italia, Mateo Giovannetti.

Lalu mereka naik ke teras atap gedung istana. Mereka berdua pun tertegun melihat pemandangan yang sangat indah memukau yang terhampar luas di bawah istana, pemandangan kompleks istana yang luar biasa indah, Sungai Rhone dan Kota Avignon yang Agung.

Chrystal tiba-tiba berkhayal dan merasa seakan ia sedang berada di istana khayangan bersama Ares, sang pangeran tampannya, dan dirinya sebagai permaisurinya. Dari atas teras atap ini juga Chrystal bisa melihat Gereja Chatedrale Avignon yang anggun yang berada persis di samping Istana Palais des Papes.

"Bagaimana kalau kita pergi ke Biarritz?" Suara Ares tiba-tiba menghentikan lamunan Chrystal.

"Hmm, maksudmu kita akan ke pantai?"

"Ya Chrystal, kita akan ke sana. Kamu harus melihat betapa indahnya Pantai Biarritz."

"Ok baiklah. Aku juga sudah membawa baju ganti," jawab Chrystal.

Aduh kelepasan nih, gumam Chrystal

Ares pun tertawa mendengarnya.

"Kamu sudah siap-siap jika bajumu basah? Haha."

Chrystal pun tersipu malu melihat Ares menertawakannya.

"Aku hanya berjaga-jaga." Chrystal mencoba membela diri.

"Haha. Kita lihat saja nanti." tambah Ares.

Chrystal pun bertanya-tanya di dalam hati apa yang dimaksud perkataan Ares tadi.

Awas aja kalau sampai dia berani macam-macam.

Chrystal pun mulai mengingat-ingat jurus apa yang harus dikeluarkannya untuk menjaga diri kalau dalam situasi bahaya sambil berusaha mengingat-ingat jurus-jurus karate yang dulu pernah diajarkan oleh kakak seniornya ketika mengikuti ekskul di sekolah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bertemu di Perancis   21. Bye Paris, a la Prochaine

    "Ya ampuun, Chrystal!"Seketika Chrystal kaget, itu kan suara Fio, mengapa tiba-tiba Fiola ada di sini? Sejak kapan dia ada di sini ya dan ngapain juga dia nyusul aku ke sini?Chrystal memandang ke sekelilingnya, semuanya terlihat gelap. Masih sama gelap seperti tadi, bahkan sekarang benar-benar sangat gelap. Tidak ada lagi lampu-lampu yang indah tadi. Lampu-lampu indah bentuk hati yang mengelilingi dirinya dan Ares, semuanya tiba-tiba hilang entah ke mana, yang ada hanya gelap. Chrystal melihat ke atas, di sana di atas atap juga gelap. Tidak ada lagi lampu-lampu yang tergantung indah berbentuk hati yang mengelilingi dirinya dan Ares, semuanya tiba-tiba menghilang begitu saja. Semuanya berubah menjadi gelap, benar-benar gelap. Tak ada setitik cahaya pun yang tampak.Chrystal kembali mencoba melihat ke langit di atas atap transparan itu, tapi Chrystal tidak melihat bintang-bintang yang tadi gemerlap bertaburan di langit malam di atas Kota Paris itu. Chrystal melihat ke luar jendela kac

  • Bertemu di Perancis   20. Midnight in Paris

    Cinta itu aneh .... Datangnya tak tau arah, dan tak kenal waktu,tak tau tempat berlabuh .... Tapi cinta itu berjuta rasanya .... ***Setelah menunggu cukup lama dalam antrean di depan lift, akhirnya Chrystal dan Ares pun berada di dalam lift yang akan membawa mereka menuju lantai dua La Tour Eiffel. Angin bertiup dingin saat Chrystal melangkahkan kaki keluar dari lift, tapi angin dingin itu terlupakan seketika. Kota Paris yang indah memukau tampak membentang di hadapannya. Kota Paris di malam hari yang bertabur cahaya lampu yang berwarna-warni, benar-benar telah menghipnotisnya dengan keindahan yang luar biasa, yang belum pernah dilihatnya. Chrystal sesaat terdiam, terpana dengan hati berbunga-bunga. Chrystal sangat bahagia. Ya, saat ini Chrystal sedang berada di atas kota cahaya ini. Dari balkon lantai dua monumen ini terlihat seluruh Kota Paris yang gemerlapan. Tampak di kejauhan Sungai Seine di bawah sana, airnya mengalir berkilauan dalam pantulan cahaya aneka warna lampu-la

  • Bertemu di Perancis   19. La Tour Eiffel

    Chrystal menutup pintu kamar apartemen auntynya. Hari ini adalah hari terakhir Chrystal di Kota Paris ini, dan hari ini ia merasa sangat bahagia. Pagi hari ini ia disambut dengan sunrise yang indah di ufuk Timur Kota Paris ini. Lalu berjalan menyusuri Kota Paris di pagi hari bersama aunty yang sangat disayanginya. Petit dejeuner yang istimewa bersama aunty Vee yang sudah sekian lama dirindukan nya. Ya, aunty Vee memang selalu memanjakan nya sejak ia masih kecil dulu, aunty Vee sangat menyayangi nya. Menghabiskan waktu seharian bersama aunty Vee membuatnya benar-benar merasa sangat bahagia. Hari ini adalah hari pertama nya menyusuri jalan-jalan setapak di Kota Paris, tapi hari ini juga adalah hari terakhir nya berada di kota ini, bahkan hari terakhir nya di Prancis, karena besok pagi ia harus kembali pulang ke Jakarta. Besok pagi saat hari berganti, saat mentari pagi belum muncul, berarti aku sudah berada di dalam pesawat yang akan membawaku kembali pulang ke rumah. Besok aku akan k

  • Bertemu di Perancis   18. Petit dejeuner

    Chrystal dan auntynya berjalan perlahan menyusuri jalan Rue des archives menuju kafe Le Ju.’ Aunty Vee sering menikmati sarapan paginya di tempat ini, selain Les Marronnies, yang letaknya tidak jauh dari kafe Le ju’ ini. Kafe Le ju’ adalah salah satu kafe favorit di Kota Paris untuk menikmati sarapan kesukaan aunty Vee. Menurut aunty Vee, makanannya super duper lezat, tempatnya nyaman dan harganya bersahabat dengan kantong alias tidak terlalu mahal dibandingkan tempat lainnya. Kafe Le ju’ terletak di 16 Rue des archives di Kota Paris. Tidak sulit untuk menemukan tempat ini, selain berada di pusat kota tempat ini juga cukup terkenal. Cocok buat turis atau orang yang ingin makan enak dengan budget yang lebih ringan. Cuaca pagi cukup cerah karena mentari menampakkan sinarnya di ufuk cakrawala, menebarkan sedikit kehangatan di musim dingin yang terasa sangat dingin. Chrystal dan aunty Vee memakai mantel panjang yang tebal berlapiskan bulu angsa di dalamnya dengan selendang wol menutupi

  • Bertemu di Perancis   17. Harus Segera Pulang

    “Lama amat sih lu ngangkat telepon gue, Chrys.” Suara Fiola terdengar dari seberang sana begitu Chrystal menerima panggilan video call darinya.“Lagian siapa suruh lu telepon gue pas gue lagi mandi.”“Gue jadi ga bersih nih mandinya," balas Chrystal.“Gila lu Chrys, beneran lu udah nyampe Paris?“ tanya Fiola tak percaya.“Iya dong, gimana keren ga? Keren kan, Fi?"“Widiiih keren, keren Chrys! Keren abis.”“Keren banget sih lu, Chrys!” Fiola terus nyerocos seperti mercon yang sumbunya baru saja disulut korek api.“Btw gue juga pengen dong Chrys, pengen liat sunrise di Paris nya.”“Masih ada ga Chrys sunrisenya?“ Fiola bertanya dengan tidak sabar.“Duuh gila, keren bet sih lu Chrys.” “Hehe, satu-satu napa Fi nanyanya.""Beneran nih lu pengen liat?“ tanya Chrystal yang membuat Fiola jadi semakin penasaran.“Ya iyalah Chrys, masa lu doang yang liat, ajak-ajak gue napa, Chrys!““Kasih liat ga ya?“ Chrystal sengaja menggoda Fiola, membuat Fiola tambah semakin penasaran.“Jangan canda lu

  • Bertemu di Perancis   16. Bonjour Paris

    Chrystal melihat jam yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya. Jarum jam itu menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Ia segera menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya lalu bangun dari tempat tidurnya yang besar kemudian berjalan menuju jendela besar yang ada di kamarnya. Ia membuka kedua tirai putih yang menutupi kedua jendela kamarnya itu dan menariknya ke sisi pinggir jendela.Di hadapannya tampak sebagian Kota Paris yang terbentang jauh di bawah sana, dan terlihat mulai semakin ramai. Matahari pagi mulai muncul dari kejauhan di ufuk timur Kota Paris. Bangunan pencakar langit di sekitar apartemen auntynya ini tampak masih diterangi lampu-lampu, demikian juga lampu-lampu jalanan dan taman-taman kota masih terlihat menyala. Chrystal melayangkan pandangannya jauh ke bawah, di sana tampak Menara Eiffel dari kejauhan. Menara itu terlihat begitu anggun berdiri tegak menjulang paling tinggi di antara bangunan-bangunan pencakar langit lainnya. Bangun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status