“Maafkan aku, Yuriana. Tapi, menikah denganmu tidak membuatku bisa mendapatkan status yang pantas di Keluarga Oberon. Sedangkan, Yusita anak kandung Tuan Sanjaya yang diakui oleh kakek. Jadi, aku tak punya pilihan lain.”
Setelah tak bisa lagi membantah permintaan calon mertuanya yang berkuasa, Yuriana menemui Emran untuk berbicara empat mata mengenai apa yang baru saja terjadi. Wanita itu membutuhkan penjelasan. Jelas-jelas, selama ini Emran dan dirinya selalu menganggap keduanya adalah pasangan yang serasi. Emran mencintainya, dan juga sebaliknya.Namun, detik itu juga, Yuriana tercengang mendengar ucapan Emran dan juga sikap dinginnya. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Yuriana. Wanita itu sudah tak sanggup lagi menahan emosi yang memenuhi sekujur tubuhnya.“Aku memang bukan anak kandung Tuan Sanjaya, tapi setidaknya aku lebih memiliki hati dibanding kamu dan juga Yusita!” ucap Yuriana sebelum pergi.Yuriana memang bukan anak kandung Tuan Sanjaya. Dia diadopsi di panti asuhan ketika berumur lima tahun untuk menjadi teman Yusita. Bahkan, dia sendiri tidak tahu asal usulnya dari mana. Tuan Sanjaya pun tidak tahu siapa orang tua kandungnya, tapi beliau merawat dan membesarkan Yuriana dengan penuh kasih sayang.Yuriana berjalan ke arah lift dengan tangisan yang tiada henti. Dia masuk ke lift sembari menangis tersedu-sedu, bahkan wanita itu tak peduli dengan keberadaan seorang pria di dekatnya. Rasa sakit di hatinya membuat Yuriana tak memikirkan apapun selain pengkhianatan Emran. Sambil berjongkok, Yuriana menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Perih menusuk hati, seolah ada ribuan jarum yang menerjang jantungnya.Namun tiba-tiba, seseorang menyentuh bahu kanannya hingga membuat Yuriana terkejut dan seketika menghentikan tangisan kerasnya. Dia menoleh ke arah tangan kekar yang sedang mengulurkan sebuah sapu tangan padanya. Seolah tak menghiraukannya, Yuriana justru mendongak melihat sosok pria yang berdiri di belakangnya.Pria dengan tinggi 189 cm, berpakaian setelan jas pesta berwarna putih dengan sepatu hitam mengkilat, sedang menatapnya dalam, membuat wanita itu seketika terdiam.“Hapus air matamu, malu jika wanita cantik bergaun pengantin sepertimu justru menangis tersedu.” ucapnya dengan suara bariton yang menambah kharismanya.Yuriana masih diam. Dia larut dalam ketampanan pria itu. Bola mata hitam pekat sang pria, membuat yang melihatnya seolah tenggelam di dalamnya. Satu kata untuk pria itu, ‘sempurna’“Ambil sapu tangan ini, tanganku pegal.” Suara tegas dari sang pria gagah, menyadarkan Yuriana dari pesona pria itu. Tanpa pikir panjang, Yuriana meraih sapu tangan itu. Di saat yang sama, pintu lift terbuka. Pria tampan itu berjalan keluar dari lift, meninggalkan Yuriana sendiri.Yuriana melihat sapu tangan yang dia ambil. Harusnya dia tidak menerima barang pemberian orang asing meski hanya sapu tangan. Apalagi pria itu pergi begitu saja. Dia tidak tahu harus mengembalikannya di mana. Yuriana pun buru-buru keluar dari lift dan mengejar pria asing tadi. “Tuan, tunggu! Tuan!”Pria yang dia panggil menghilang. Yuriana berdiri di depan lift, mencari sosok pria tadi tapi dia tidak melihat siapapun di sana. “Dia menghilang ke mana? Apa dia salah satu tamu pernikahanku?”Baru saja ingin membuka pintu ruang pesta, pintu itu dibuka lebih dulu oleh Tuan Sanjaya yang sedang mencari Yuriana. Melihat Yuriana berdiri di hadapannya, membuatnya merasa lega. “Yuriana! Ternyata kau di sini Nak. Ayo cepat masuk! Acara pernikahan akan segera dimulai!”***“Dengan ini, pernikahan Yuriana Sanjaya dan juga Erland Oberon yang diwakilkan telah sah!”Sorak sorai acara pernikahan Yuriana dan Yusita yang diselenggarakan bersama memenuhi ruangan. Saat itu, Yuriana hanya bisa mencengkeram buket bunga di tangannya dengan kuat, sembari menatap Emran yang sedang mencium Yusita.Bagaimana bisa nasib keduanya begitu berbeda? Yuriana juga baru saja menikah dengan Erland, tapi pernikahannya hanya bisa diwakilkan karena Erland tak datang ke resepsi pernikahan keduanya. Namun, sejujurnya Yuriana tak peduli. Apa yang bisa dia harapkan dari mempelai pria yang impoten dan penyakitan?Yuriana kini menyambut tamu tapi dia hanya sendiri. Dia merasa malu berdiri tanpa ditemani suaminya hingga dia menundukkan wajahnya di sana. Tidak seperti Yusita yang bersama dengan Emran.“Cih, kau sangat menyedihkan!” ucap Yusita dari jauh, gestur dan juga gerakan mulutnya terlihat jelas mengejek Yuriana.Tiba-tiba sosok pria tampan masuk ke tempat pesta. Semua mata tertuju kepada sosok pria itu. Rahangnya yang kuat, bibirnya yang tebal, serta tubuh kekarnya yang terlihat jelas dari jas hitam legam yang dipakainya seolah membuat siapapun yang menatapnya bisa terpesona.‘Bukannya … itu pria yang memberikan sapu tangannya padaku?’ batin Yuriana.Tak disangka, pria tampan itu tiba-tiba menghampiri dirinya. Bahkan, pria itu menggenggam tangan Yuriana, dan mengajaknya pergi.“Saya harus bicara dengan Nona.” ucap pria tampan itu.Merasa tersinggung dengan perbuatan pria itu yang seenaknya, Yuriana pun menghempaskan pergelangan tangannya dengan keras. Wanita itu benar-benar tak peduli dengan tatapan beserta suara riuh semua tamu. Bahkan, para tamu, hingga keluarga kedua pihak juga terus berbisik-bisik, seolah apa yang terjadi di depan mata mereka adalah gosip panas.“Memangnya kamu siapa?”“Saya Er… ka, asisten pribadi tuan Erland. Maafkan Tuan Erland yang tak bisa datang ke acara pernikahannya."Para tamu itu berbisik, menghina Yuriana yang malah ditemani asisten Erland. Yuriana melihat tatapan hina para tamu itu. Itu membuatnya tampak tak senang karena kenyataannya pun, dia mengharapkan kehadiran suaminya tapi malah si asisten yang datang.Namun, ada satu hal yang Yuriana tak sadar. Bahwa manik keluarga besar Oberon sedang membulat sempurna, menyaksikan pria itu masuk ke ruangan. Pasalnya, mereka semua mengenal pria itu. Anggota keluarga mereka yang tak pernah menunjukkan batang hidungnya di depan umum.Bagaimana tidak? Pria tampan nan gagah yang berbicara dengan Yuriana, dan berpura-pura sebagai asisten adalah Erland Oberon sendiri."Ada hal penting apa sampai Tuan Erka bawa saya kemari?" Tak banyak basa-basi, Yuriana yang masih dipenuhi dengan emosi pun menatap Erland dengan nyalang. Keduanya kini sudah berada di ruangan besar yang terpisah, karena pria itu membawanya untuk berbicara empat mata.“Duduk dulu, baru kita lanjutkan pembicaraan kita.” ucap Erland mempersilahkan Yuriana duduk di sofa tepat di depannya.Tak lama setelah Yuriana terduduk, Erland yang sedang berusaha keras memainkan perannya itu mengambil sebuah map berwarna coklat di laci meja. Pria itu lalu mendekati Yuriana lagi meletakkan map itu di atas meja di depan Yuriana. “Tuan Erland meminta Anda untuk menandatangani surat perjanjian pernikahan ini.”“Surat perjanjian nikah?” Yuriana tidak mengambil map itu, malah bertanya pada Erland dengan ekspresi heran.Erland duduk di hadapan Yuriana, sembari membuka map dan menunjukkan selembar kertas di hadapan Yuriana. “Tuan Erland tidak menginginkan pernikahan ini. Dia menikah karena memenuhi janjinya
Pesta malam tiba. Namun Erland sudah pergi beberapa menit lalu setelah pamit pada Yuriana dengan alasan sibuk.Yuriana yang masih dipenuhi dengan penat karena hari itu, langsung menenggak kembali segelas anggur merah, tak peduli dengan panas yang mulai memenuhi tenggorokannya.Tiba-tiba, Yuriana merasakan kepalanya sangat berat dan penglihatannya mulai kabur. ‘Mengapa … semuanya berputar?’ batinnya.Mengingat toleransi alkohol Yuriana yang sangat rendah, menyebabkan dirinya mabuk, sehingga Yuriana memilih untuk meninggalkan pesta. Dia kembali ke kamar pengantinnya dengan langkah sempoyongan. Yuriana nyaris jatuh jika saja dia tidak berpegangan di pintu. Apalagi lampu di kamarnya tidak menyala. Dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dia langsung membuka high heelsnya begitu saja lalu berjalan ke arah tempat tidur.Suara air shower di kamar mandi, menghentikan langkah Yuriana yang baru berjalan dua langkah. Dia menoleh ke kamar mandi dan terdiam mendengar suara air itu, seolah ada orang d
“Ugh ...” Yuriana baru saja bangun dan merasakan sakit diseluruh tubuhnya seperti habis dipukul balok. Yuriana refleks bangun dari sana dengan muka terkejut. Dia semakin terkejut kala membuka selimut dan melihat tubuhnya tak mengenakan sehelai benang pun. “Apa yang terjadi?”Namun, belum sempat dia berpikir lebih jauh, memori apa yang terjadi semalam tiba-tiba muncul begitu saja. Aroma alkohol, dada bidang pria tampan, serta kecupan yang memabukkan itu kembali memenuhi pikirannya.‘Aku… dengan siapa aku bercumbu semalam?’ batin Yuriana bertanya pada dirinya sendiri. Pasalnya, dia hanya mengingat samar fragmen-fragmen memori semalam. Bahkan, dia tak sempat melihat wajah pria yang tidur dengannya.‘Apakah mungkin dia adalah … Erland?’ Tak butuh waktu satu detik, Yuriana langsung menggelengkan kepalanya.Setahunya, Erland adalah pria impoten dan penyakitan. Bahkan, pria itu tak memunculkan batang hidungnya di acara pernikahannya sendiri. Bagaimana bisa dia tiba-tiba datang untuk berseng
Yuriana akhirnya datang menemui Tuan Besar di ruangan kerjanya. Dalam hati, wanita itu bertanya-tanya, untuk apa Tuan Besar Oberon tiba-tiba meminta menemuinya? Namun, dia menghiraukannya, karena wanita itu juga ingin menyampaikan keinginannya untuk keluar dari rumah itu. “Tuan, sebelum Anda menyampaikan sesuatu, bolehkah saya menyampaikan sesuatu?” tanya Yuriana setelah membungkuk untuk memberikan salam kepada mertuanya yang angkuh itu.“Ada apa? Katakan saja apa maumu,” ucap Tuan Besar dengan tatapan datarnya melihat Yuriana berdiri sopan di depannya. “Tolong izinkan saya keluar dari rumah ini, Tuan.” Meski takut melihat Tuan Besar yang selalu berekspresi dingin, Yuriana tidak menundukkan pandangan matanya. Sebagai orang yang sudah diajarkan sopan santun, dia harus menatap orang yang sedang diajaknya berbicara untuk menghargainya.“Keluar dari rumah ini? Kenapa?” Tuan Besar sedikit kaget mendengar permintaan Yuriana. Dia mengerutkan keningnya, penasaran dengan permintaan cucu mena
Pesta perayaan ke-50 tahun perusahaan Oberon tengah diadakan di sebuah hotel bintang lima. Tamu undangan dari kalangan bisnis berdatangan satu persatu. Tuan Sanjaya yang merupakan tangan kanan Tuan Besar Oberon, menyambut para tamu itu di depan pintu masuk ruang pesta. Beberapa pengawal pun berjaga di depan. Sementara Tuan Besar Oberon yang didampingi Eriska, cucu pertamanya berada di dalam pesta, menyambut tamu bisnis yang berada di ruang pesta. “Eriska, kau harus fokus pada para tamu kita. Terutama CEO Star King. Jangan sampai dia datang dan kita tidak mengenalinya.”Tuan Besar Oberon memanfaatkan pesta ini untuk memperluas relasi dan jaringan bisnisnya di dunia bisnis. Terlebih, dia ingin Perusahaan Oberon semakin berkembang dengan masuk dalam bisnis Fashion agar semakin sukses di Eropa. Karena itu, dia membutuhkan perusahaan sukses dalam dunia fashion seperti Star King.Bukan hanya Tuan besar dan Eriska saja yang sibuk menyapa tamu. Emran yang merupakan wakil presdir pun ikut meny
“Dasar penipu!” Yuriana kesal pada Erland yang membohonginya hingga dia meninggalkan Erland yang masih meladeni para tamu yang menyapanya di sana. Dia malah datang ke meja bartender dan melampiaskan kekesalannya dalam minuman beralkohol. Dengan kekesalannya itu, Yuriana menoleh melihat Erland. Tatapan sinis serta ekspresi tercengan tampak diwajahnya melihat suaminya berdiri tegak sambil tersenyum tipis pada para tamu di sana, seolah tak punya perasaan bersalah setelah membohonginya. “Hah, aku tidak menyangka kalau aku menikah dengan pria menyebalkan itu. Dia sudah menipuku.” “Nyonya, jangan minum terlalu banyak!” Paman Hans menegur Yuriana karena khawatir jika Yuriana mabuk. Sejak tadi, dia berdiri menemani Yuriana di belakang perempuan itu atas perintah Erland untuk menjaga istrinya. Yuriana memutar kepalanya ke belakang. Dia baru sadar bahwa pria tua itu ada di belakangnya. “Sejak kapan Anda di sana?” “Saya mengikuti Anda ketika Anda berjalan ke tempat ini.” “Pasti pria brengse
PRANGG!! Suara gelas jatuh ketika semua orang fokus pada Erland. Erland yang baru saja menghentikan acara perkenalannya, menoleh melihat ke arah suara itu. Dia terkejut kala bola mata hitamnya, melihat istrinya di sana bersama seorang pelayan. Ada pecahan kaca di lantai tepat di depan Yuriana berdiri, dan gaun yang dipakai Yuriana pun terkena anggur. Erland berlari mendekati istrinya. Dia segera menangkap Yuriana dari samping karena hampir jatuh. Gara-gara mabuk, Yuriana tidak bisa berdiri dengan baik. Karena itu jugalah, dia menabrak seorang pelayan sampai nampan yang dipegang pelayan itu jatuh. “Maafkan saya nona! Saya tidak sengaja!” Pelayan tersebut tahu Yuriana yang merupakan menantu keluarga Oberon. Oleh sebab itu, dia segera membungkuk sambil mengucapkan maaf pada Yuriana yang malah memegang kepalanya. “Kau bisa pergi sekarang!” titah Erland dengan tegas. Pelayan itu segera pergi setelah mengambil pecahan kaca di lantai, sedangkan Erlang beralih melihat Yuriana yang kini me
‘Kakek licik itu sengaja mengutus Tuan Sanjaya kemari supaya aku bersedia datang. Tidak masalah. Aku akan datang sesuai keinginanmu tapi bukan berarti akan berlutut dan menjadi bonekamu. Kejadian ibuku sudah cukup.’ “Apa itu ayah?” Yuriana yang duduk di atas tempat tidur, hanya memperhatikan Erland yang bicara dengan seseorang di luar tapi dia tahu bahwa itu adalah ayahnya. Pertanyaannya hanya untuk memastikannya saja. Erland yang masih berdiri di dekat pintu, beralih memperhatikan Yuriana yang menunggu jawabannya. Namun, dia tidak menjawab itu, malah bicara hal lain. “Bersihkan dirimu, baru kita pergi sarapan.” Yuriana buru-buru beranjak dari tempat tidurnya dan mengejar Erland yang melangkah ke arah kamar mandi. “Tunggu sebentar.” Erland menghentikan langkahnya ketika dirinya nyaris membuka pintu kamar mandi. Dia memutar kepalanya, melihat Yuriana yang kini berdiri di depannya. “Kenapa?” “Mau sarapan di mana?” “Di restoran bawah.” “Aku nggak punya pakaian ganti selain pakaian