Share

Bab 3. Perjanjian Pernikahan

"Ada hal penting apa sampai Tuan Erka bawa saya kemari?"

Tak banyak basa-basi, Yuriana yang masih dipenuhi dengan emosi pun menatap Erland dengan nyalang. Keduanya kini sudah berada di ruangan besar yang terpisah, karena pria itu membawanya untuk berbicara empat mata.

“Duduk dulu, baru kita lanjutkan pembicaraan kita.” ucap Erland mempersilahkan Yuriana duduk di sofa tepat di depannya.

Tak lama setelah Yuriana terduduk, Erland yang sedang berusaha keras memainkan perannya itu mengambil sebuah map berwarna coklat di laci meja. Pria itu lalu mendekati Yuriana lagi meletakkan map itu di atas meja di depan Yuriana. “Tuan Erland meminta Anda untuk menandatangani surat perjanjian pernikahan ini.”

“Surat perjanjian nikah?” Yuriana tidak mengambil map itu, malah bertanya pada Erland dengan ekspresi heran.

Erland duduk di hadapan Yuriana, sembari membuka map dan menunjukkan selembar kertas di hadapan Yuriana. “Tuan Erland tidak menginginkan pernikahan ini. Dia menikah karena memenuhi janjinya pada mendiang omanya. Mengingat pernikahan ini terjadi secara mendadak, Nona Yuriana juga pasti tidak senang menikah dengan Tuan Erland. Jadi, Tuan menyiapkan surat perjanjian untuk kebaikan kalian berdua.”

Alis Yuriana pun seketika menaut. Memang benar apa yang dikatakan asisten itu, tapi, mengapa Erland tidak menyampaikannya sendiri? Apakah penyakitnya separah itu sehingga dia tak bisa menemui Yuriana?

“Kalau saya tidak setuju dengan perjanjian nikah, apa yang akan dilakukan Erland? Apa dia akan menceraikan saya hari ini?” tanya Yuriana.

“Tentu saja. Erland akan mengajukan perceraian kalian besok. Keluarga Anda tentu akan malu dengan perceraian yang secara tiba-tiba. Tapi, kalau Anda setuju dengan kontrak pernikahan ini selama setahun, Anda tentu akan dapat keuntungan. Termasuk properti dan uang kompensasi dari Erland. Keluarga Anda pun tidak akan menanggung malu.”

Ucapan pria di hadapannya terkesan seolah sedang mengancamnya, membuat Yuriana terpengaruh. Dia menjadi khawatir serta takut akan membuat Tuan Sanjaya kecewa padanya jika dia bercerai dengan Erland besok. “Boleh aku melihat surat perjanjiannya lebih dulu?”

“Silakan saja, Nona.” Erland menyerahkan surat itu beserta pulpen untuk Yuriana.

Yuriana membuka lembar demi lembar surat itu. Setelah itu, dia terdiam sejenak memikirkan pilihan yang harus dia ambil. Jika dipikirkan, kontrak pernikahan ini lebih baik untuknya. Itu tidak akan mempermalukannya dan pasti tidak akan mengecewakan Tuan Sanjaya.

“Anda akan dapat rumah dari Tuan Erland setelah kalian bercerai. Rumah itu properti Keluarga Oberon, dan Tuan tidak menginginkannya. Jadi, Nona bisa mengambilnya.” Erland kembali mengatakan keuntungan yang didapatkan Yuriana untuk membuat Yuriana menerima perjanjian itu.

Sejujurnya, Yuriana tidak peduli dengan properti yang dijanjikan itu. Dia hanya peduli dengan nama baik ayah angkatnya, dan menikah kontrak jelas lebih baik jika dibandingkan dengan cerai setelah sehari menikah. “Baiklah, saya setuju dengan perjanjian ini. Tapi, saya ingin menambahkan satu syarat. Selama pernikahan, Erland tidak boleh punya hubungan dengan perempuan lain.”

Sesaat Erland tercengang mendengar ucapan Yuriana, sehingga pria itu hanya mendengus, sembari tersenyum kecil. “Nona Yuriana, Tuan Erland penyakitan dan impoten. Menurut Anda, bagaimana bisa Tuan memiliki perempuan lain?”

“Aku tidak peduli dia impoten, tidak berguna dan penyakitan. Syarat itu harus dimasukkan ke dalam surat perjanjian ini. Apalagi, dia mengajukan syarat bahwa selama menikah, kami tetap berhubungan layaknya suami istri. Jadi saya juga harus mengajukan syarat untuknya.” jawab Yuriana tanpa jeda.

Yuriana sadar, dirinya memang hanya anak angkat, dan bahkan dirinya sudah terhina sebelumnya karena itu. Tapi, dia juga tak ingin jika dirinya semakin jadi bahan hinaan orang lain karena diselingkuhi oleh suaminya sendiri.

“Baik, Nona. Syaratnya akan dimasukkan. Jadi, apa Nona bisa tanda tangan sekarang?” Erland menyetujui apapun yang diinginkan Yuriana selama pernikahan kontrak ini berhasil ditandatangani oleh Yuriana.

Tanpa mengatakan apapun, Yuriana mengambil pulpen dan menandatangani surat perjanjian itu. Setelah itu, Erland mengambilnya dan memasukkan ke map. "Terima kasih atas kerja samanya, Nona. Saya akan meneruskan dokumen ini ke Tuan Erland.”

Dengan itu, Yuriana berdiri dari tempat duduknya, tapi dia tidak segera pergi. Dia malah berdiri menatap Erland dengan tatapannya yang serius.

“Apa ada lagi yang ingin Nona sampaikan?” tanya Erland.

“Tuanmu sudah menyiapkan surat kontrak ini sejak awal, dan saya paham kalau dia tak suka dengan pernikahan mendadak ini. Tapi, hari ini, tuanmu malah membuat saya terlihat semakin bodoh di depan para tamu.”

Yuriana kini menatap pria yang sebenarnya adalah suami sahnya dengan nyalang. Dalam hati, wanita itu terasa sakit, karena meskipun Yuriana dan Erland tak saling mencintai seperti Yusita dan Emran, Yuriana tetap menginginkan suami yang menganggapnya ada, yang menghargainya dengan berdiri di sampingnya.

“Bukan begitu, Nona. Tuan Erland tidak bisa datang hari ini karena …”

“Saya tahu Erland penyakitan. Mungkin dia tidak bisa berdiri tegak di sini, tapi dia bisa kan, pakai kursi roda. Setidaknya, dia ada di sini walau sebentar. Dengan begitu, orang-orang tidak menghina dan merendahkan saya karena ditinggalkan. Atau jangan-jangan, tuanmu juga sama dengan Emran, yang menganggap saya rendah karena saya cuma anak angkat.” Saking malu dan kesalnya ditinggalkan oleh Erland, Yuriana sampai memotong ucapan si asisten ini dan melampiaskan amarahnya di depan pria itu.

Tiba-tiba, Erland tercengang dan sedikit kaget mendengar ocehan Yuriana. Dia pikir, Yuriana adalah tipe wanita lemah yang tidak bisa marah. Namun, ternyata pria itu salah.

"Tuan Erland pergi bukan karena itu tapi karena dia harus ke Inggris hari ini. Dia tidak punya waktu untuk menemani nona di pesta. Jadi, jangan salah paham padanya! Karena kalau dia merendahkan Nona, dia tidak mungkin menyuruh saya untuk menemani Nona sampai pesta ini selesai.”

“Aneh. Tuanmu yang menikah dengan saya tapi malah kamu yang menemani saya di pesta ini.” Yuriana tidak ingin memandang Erka karena itu membuat emosinya semakin bertambah hingga dia memalingkan wajahnya ke arah lain.

Erland tidak bicara lagi tapi sikapnya tetap santai menghadapi Yuriana. Dia pun berdiri dan menarik tangan Yuriana keluar dari ruangan itu. Dia membawa Yuriana kembali ke pesta.

Para tamu yang tadinya berbisik dengan tatapan hina mereka ke Yuriana dan Erland, seketika berubah kala Tuan Besar menyuruh mereka memberi selamat kepada pengantin. Para tamu itu, menyapa Erland dengan ramah. Ada juga yang heboh. Itu membuat suasana yang tadinya tegang, kini menjadi ceria. Apalagi pasangan Emran dan Yusita yang tadinya menikmati keramahan para tamu, kini para tamu itu berbalik menyapa Yuriana dan Erland. Yusita terlihat tak senang karena melihat Yuriana merebut perhatian semua orang.

"Siapa pria itu?" tanya Yusita penuh penasaran, dan dia sempat terpesona oleh sosok tampan pria itu.

"Setahuku, dia asisten Erland. Aku pernah bertemu sekali dengannya dan dia bilang asisten Erland."

“Apa kau pernah bertemu dengan si idiot Erland itu?” Tiba-tiba, Yusita penasaran setelah mendengar Emran menyebut nama Erland.

“Belum pernah. Kak Erland meninggalkan Keluarga Oberon ketika dia masih berusia sepuluh tahun. Dia pergi beberapa hari setelah kematian ibunya. Sejak saat itu, dia tidak pernah menunjukkan wajahnya di Keluarga Oberon. Jadi, aku tidak mengingat wajahnya. Tapi entah kenapa, delapan tahun lalu, Erick, adikku, tiba-tiba menjadi orang yang dipercaya Erland. Semua urusan yang mengenai Erland, diurus oleh Erick dan pria itu. Termasuk perjodohan dan pernikahan ini.”

Mendengar penjelasan Emran mengenai Erland, membuat Yusita semakin penasaran dan tertarik untuk membahasnya lagi. “Kenapa dia tidak pernah kembali? Apa dia membenci keluarganya sendiri? Lalu kenapa dia menerima perjodohan ini? Bahkan menerima pengantinnya ditukar.”

Emran menoleh melihat Yusita sembari tersenyum kecil “Erland benci dengan keluarga Oberon karena dia berpikir bahwa ibunya mati gara-gara Kakek. Dia menerima keputusan pernikahan karena Erland pernah bersumpah pada mendiang Oma untuk menerima pernikahan yang diputuskan Keluarga Oberon. Apalagi dia penyakitan, dan juga impoten. Siapa yang mau menikah dengan pria tidak berguna seperti itu? Jadi kalau ingin mendapat istri, dia harus menerima pernikahan yang diputuskan kakek. Kalau tidak, dia akan menjadi bujang lapuk sampai mati.”

Ekspresi Emran tampak merendahkan dan menghina Erland yang tidak bisa melakukan apapun selain menunggu dinikahkan.

Yusita diam tapi bibirnya menampikkan senyum puas melihat Yuriana berdiri tersenyum ramah pada para tamu. ‘Yuriana, kasihan sekali nasibmu. Rasakan itu, menikah tapi tidak bisa menikmati sentuhan suaminya sendiri.’

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status