Share

Batas Kesabaran

“Tadi bapakmu nanya, kapan Xai dikasih adik.”

Ucapanku membuat Rati langsung menoleh. Wajahnya tiba-tiba merona. “Terus kamu jawab apa?”

“Ya kubilang saja kami sudah berusaha setiap malam, tapi belum berhasil.”

“Orang gila,” seru Rati padaku.

Aku hanya menatapnya. Kenapa jadi aku yang disalahkan? Padahal aku hanya menyampaikan hal yang sebenarnya. Yah, memang beberapa hari kami sempat libur, tapi kalau dihitung sejak kami mulai berhubungan lagi sehabis Rati melahirkan Xai, itu hari-hari kosong tanpa bercinta itu tidak ada apa-apanya.

“Kamu bisa bilang kalau aku sibuk di sekolah, atau kamu keasyikan cari kerja, atau yang lainnya. Enggak usah harus jujur segala kamu bilang usaha tiap malam! Mau ditaruh di mana mukaku ini kalau ketemu Bapak lagi? Pantas saja seharian tadi Bapak enggak mau lihat aku setiap kali bicara. Semua gara-gara kamu rupanya!”

Aku sudah kehilangan minat untuk mend

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status