LOGINJust after a three years coma, Pearl was back to her family and was ready to celebrate her 23rd birthday party. Her birthday party was supposed to be a happy reunion but no, it was the end of her happy life. She is betrothed to the ruthless young king in her absence and he was back to take what rightfully belonged to him, on the day of their engagement ceremony Pearl found out she was pregnant. How possible can she be pregnant when she has been in a coma for 3 years. Let's find out!! @pop precious
View More"Brruukkkk !"
Fransisca tersentak luar biasa ketika suara gaduh itu mengejutkan dirinya yang tengah berkutat membuat curriculum vitae dan application letter untuk acara interview-nya besok pagi. Ia sontak bangkit dan melangkah ke luar rumah.
"Ya ampun, heh kalau nyetir pakai mata dong!" umpatnya ketika rak tanamannya jatuh dan beberapa pot bunganya pecah.
"Kok jadi elu yang ngegas sih, harusnya gue dong, lihat itu mobil gue jadi lecet gara-gara itu rak tanaman lu yang nggak jelas ini!"
Fransisca melotot, sosok laki-laki itu sama melototnya. Siapa sih orang ini? Nggak sopan banget jadi orang?
"Mobil elu lecet karena elu sendiri yang nggak pakai mata, bisa-bisanya sih rak di situ elu tabrak?" Fransisca tidak mau kalah, lagian ini kan wilayah rumah dia, sedang laki-laki asing ini bukan warga perumahan sini kan?
"Elu yang salah, lu tau? Ini sudah masuk wilayah depan rumah gue!"
Fransisca sontak makin melotot, "Depan rumah elu?" Fransisca berteriak, tangannya sudah standby di pinggang.
"Iya, ini rumah gue!" guman laki-laki itu sambil menunjuk unit perumahan yang terletak tepat di sebelah kanan rumahnya.
"Gue nggak salah denger? I-ini rumah elu?" Fransisca mendekati sosok itu, "Ini rumah keluarga Pak Toni!"
"Iya, dan sudah gue beli, mau apa lu?" tantang sosok itu yang masih melotot.
"Astaga, apes!" gerutu Fransisca sambil memijit keningnya.
"Apanya yang apes?" guman laki-laki itu yang masih berkacak pinggang.
"Gue yang apes punya tetangga kayak elu!" bentak Fransisca kesal.
"Lu kira gue nggak bakal apes gitu? Punya tetangga modelan kayak elu? Main serobot lahan orang lagi!" sosok itu tidak mau kalah, perselisihan mereka masih begitu sengit.
"Lahan elu? Eh ini lihat pager ini, rak tanaman gue masih masuk lahan gue!" Fransisca menunjuk tembok depan rumahnya, tentulah rak itu masih masuk di wilayahnya, dasar orang satu ini aja parkir nggak pake mata!
"Tapi itu masuk dikit ke lahan gue, jadi nabrak kan mobil gue!" sosok itu masih tidak mau kalah.
"Ihh ... dasar ngeselin! Ganti rugi pot gue pecah tuh!" suara Fransisca masih melengking tinggi, pokoknya ia minta ganti rugi.
"Lu juga gantiin nih mobil gue, lecet semua!"
Laki-laki itu masih berkacak pinggang dan melotot kesal ke arah Sisca, membuat Sisca sontak membelalakkan mata menatap sosok itu dengan tatapan sangat tidak suka.
"Lu yang nabrak kenapa jadi gue yang harus gantiin?" Fransisca benar-benar kesal dengan laki-laki itu, pendatang baru sudah kebanyakan tingkah.
"Kan mobil gue lecet gegara pot elu!" Sosok itu benar-benar tidak mau mengalah.
Fransisca sudah tidak sabar lagi, ia meraih pot tanah liatnya yang masih utuh lalu melemparkannya ke depan mobil laki-laki itu.
"Eh ... eh ... gila lu, makin rusak mobil gue, dasar gila ya!" pekik laki-laki itu lalu meraih tangan Sisca, mengecengkeramnya dengan erat.
"Lu tuh ngeselin tahu nggak!" Sisca hendak melepaskan genggaman tangan laki-laki itu.
"Apa bedanya sih sama elu, ganti nggak mobil gue!" laki-laki itu masih ngotot minta ganti rugi.
"Ogah!" Sisca melepaskan genggaman tangan laki-laki itu, berbalik badan lalu menjulurkan lidahnya dan masuk ke dalam rumah.
"Dasar cewek aneh!"
Sisca mendengar umpatan itu namun ia tidak peduli, ia lebih memilih masuk ke dalam dan menyelesaikan pekerjaannya. Besok pagi ia harus sudah di kantor Dita dan interview guna mendapatkan pekerjaan itu, posisi staff keuangan di perusahaan tekstil yang masuk dalam kategori perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara.
"Mimpi apaan sih dapat tetangga rese macam itu?" gerutu Sisca sambil menekan-nekan keyboard laptopnya dengan gemas.
"Belum satu hari di sini, eh sudah bikin ulah, gimana kalau sebulan, setahun, bisa gila gue!" Sisca masih benar-benar kesal, kenapa harus laki-laki itu sih yang beli rumah keluarga Pak Toni? Kenapa harus dia?
Sisca mencoba menekan semua rasa kesalnya, ia fokus mengerjakan curriculum vitae itu dan melupakan semua kejadian menyebalkan yang terjadi barusan. Harapannya semoga kehadiran tetangga rese itu tidak merusak hari-harinya di rumah. Jangan sampai!
***
Arnold membanting pintu kamar dengan kesal, baru saja tiba di rumah ini eh dia sudah dibikin kesal sama cewek nggak jelas itu. Sialnya lagi rumah mereka bersebelahan! Gila nggak tuh! Kepala Arnold jadi makin pening.Arnold bergegas merogoh sakunya, mengambil iPhone XII-nya dan bergegas menghubungi nomor itu.
"Hallo, gimana Ko?" suara itu langsung menyapa pendengaran Arnold ketika panggilannya terangkat.
"Pi, Papi serius Pi nyuruh Arnold tinggal di rumah kayak gini?" protes Arnold sambil menatap sekeliling kamarnya, kamar yang bahkan dengan kamar mandi kamarnya yang ada di Jakarta sana lebih besar kamar mandi kamarnya.
"Lho masih bagus papa kasih fasilitas rumah, Nold!" suara itu tampak tertawa, "Kamu harus belajar memulai semuanya dari nol, Arnold. Karena dulu papi mulai semua usaha yang sekarang sudah besar ini juga dari nol."
"Tapi nggak gini juga dong, Pi!" Arnold masih protes.
"Sudahlah, masih mending kan, rumah sudah lengkap seisinya, masih papi kasih mobil juga, masih papi kasih CC, kurang apa sih?"
"Tapi Pi ...," Arnold sampai tidak bisa berkata-kata lagi, apaan mobil cuma Honda Mobilio, CC limit sepuluh juta doang. Bisa apa memang dia?
"Jangan membantah oke? Awasi dan kendalikan usaha papi di sana dengan baik. Masa depan perusahaan itu ada di tanganmu. Biar usaha papi yang biayain kamu sekolah sampai London nggak sia-sia."
"Pi, Arnold lanjut S3 lagi aja deh ya."
"Nggak bisa, kemarin kamu papi tawari lanjut S3 kamu nolak kan?"
Arnold menghela nafas dengan kasar, kalau tahun begitu kemarin ia mau disuruh lanjut S3 di London, daripada dikasih perusahaan tapi harus begini amat. Uang di batasi, rumah seadanya kayak gini, mobil cuma mobil murah, ya ampun ... mana Arnold yang dulu? Glamour, berdompet tebal, hobi pesta?
"Pi, CC limitnya ditambahin dong, masa iya sebulan cuma sepuluh juta sih?" Arnold protes keras, dulu waktu kuliah saja limit CC-nya sampai dua ratus juta sebulan!
"Nggak bisa, kamu harus belajar kelola uang dengan sebaik-baiknya! Paham? Nanti kan sebulan kamu masih dapat gaji," jawab suara itu tegas.
"Berapa? Lima ratus juga gaji aku, Pi?" tanya Arnold dengan semangat.
"Sembarangan, enam puluh juta cukup lah."
"APA?" Arnold memekik keras, perusahaan yang dia pegang sebesar itu, dia jadi direktur utama dan gajinya cuma enam puluh juta?
"Pi, aku ini di sana jadi direktur utama atau staff manajer sih?" protes Arnold keras, gila apa? Income pabrik itu sebulan milyaran dan dia cuma diberi papinya enam puluh juta?
"Harusnya kamu bersyukur, baru kerja pertama kali sudah segede itu gajimu, coba kamu kerja di perusahaan lain, nggak bakalan segitu gede gajimu, Norld!"
Arnold mendengus kesal, apa-apaan ini? Kerja ikut orang tua sendiri kenapa malah jadi kayak kerja ikut Jepang di masa penjajahan dulu sih?
"Ah sudahlah, intinya jalani dulu, belajar pakai uang dengan bijak dan jangan banyak mengeluh. Papi tu ...."
"Tunggu, jangan di tutup dulu, Pi!" teriak Arnold ketika panggilannya hendak ditutup papinya.
"Apa lagi?"
"Pi, ini nggak ada asisten rumah tangga gitu ya?" Arnold garuk-garuk kepala, ia sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan rumah.
"Usaha sendiri, kalau mau cari asisten, silahkan, tapi kamu bayar sendiri jasanya, papi tidak mau tanggung biayanya."
Tut!
Sambungan telepon terputus, Arnold mengumpat dalam hati. Sekejam ini papinya menggembleng dia selepas selesai kuliah? Luar biasa sekali!
Arnold bangkit dan melangkah keluar kamar, ia berjalan mengelilingi rumahnya. Rumah dengan dua kamar, satu kamar mandi, dapur, ruang tamu itu benar-benar kecil! Baginya yang biasa tinggal di rumah di lahan hampir satu hektar, tentu rumah ini benar-benar kecil. Astaga, masih mending dia dibelikan apartemen saja.
Arnold melangkah ke dapur, lengkap sih, semua perintilannya sudah tersedia. Hanya saja ia tidak bisa memasak, tidak bisa mencuci baju dengan mesin, seterika dan lain sebagainya. Lalu bagaimana nanti dia menjalani kehidupannya di sini?
"Papi benar-benar nggak tanggung-tanggung nyiksa anak!"
***
"Selesai!" guman Sisca riang ketika semua surat-surat yang ia perlukan untuk interview besok sudah beres.Ia bergegas mencetak dokumen itu dengan printer yang tersedia di kamarnya. Akhirnya setelah ia menganggur hampir setengah tahun selepas di wisuda, ia dapat perkerjaan juga. Ya untung saja Dita sebagai asisten HRD memberinya informasi lebih dulu sebelum informasi lowongan pekerjaan itu di share ke khalayak umum.
Enaknya punya orang dalam seperti ini bukan? Kalau besok HRD cocok dengan Sisca bisa dipastikan ia akan langsung bekerja. Itu juga akan mempermudah pekerjaan HRD karena tidak perlu repot-repot mengadakan interview dan lain sebagainya. Apalagi Sisca sudah mendapat rekomendasi dari Dita.
Sisca bergegas memasukkan berkas-berkas itu ke dalam map, ia melirik kemeja dan rok yang sudah ia siapkan untuk interview besok, rasanya ia sudah sangat tidak sabar!
Bagaimana rasanya punya pekerjaan? Punya gaji sendiri? Punya penghasilan sendiri tanpa perlu merengek minta di transfer uang oleh orangtuanya? Sisca jadi tersenyum sendiri membayangkan semua itu.
Setelah membereskan laptop dan lain sebagainya, ia bergegas keluar kamar. Tetangga samping tidak terlihat aktifitasnya, mungkin tidur karena mobil silver itu masih terparkir di depan rumah yang berada tepat di sampingnya itu.
Namun apa pedulinya dia? Ia memilih melangkah ke dapur, ia lapar. Jadi lebih baik ia memasak sesuatu bukan? Ia membuka pintu kulkasnya, nampak beberapa sayuran dan buah ada di dalam sana. Freezer kulkasnya ada banyak frozen food yang ia simpan untuk persediaan.
Mungkin masak mie kuah pedas dengan sayuran dan frozen food enak di cuaca mendung seperti ini. Ia tersenyum, meraih kotak T*pperware tempat ia menyimpan semua makanan beku favoritnya. Beberapa sayuran dan tidak lupa telur.
Cuma masak seperti ini apa susahnya? Ia tersenyum, untung sejak kuliah ia sudah biasa masak sendiri. Rumah ini pemberian orangtuanya yang sudah ia tempati semenjak memutuskan untuk kuliah di universitas negeri di kota ini. Memang orangtuanya sedikit berada, namun sejak lulus SMA dia sudah dituntut mandiri.
Bau harum itu sontak merebak, membuat suasana hati Sisca yang sebelumnya begitu buruk itu menjadi lebih baik. Persetan lah dengan tetangga rese itu, yang penting dia dia membuat onar dan membuat masalah dengannya.
***
Arnold yang tengah berbaring di sofa itu sontak terkejut ketika indera penciumannya menangkap bau harum itu. Harum sekali, masakan siapa ini?Arnold duduk dan menikmati aroma yang begitu memanjakan indera penciumannya itu. Pas banget perut dia sedang lapar-laparnya ini, tapi masakan siapa ini? Kenapa wangi sekali? Ahh sial!
Arnold bergegas bangkit dan melangkah ke depan rumah, bau itu makin menguar dan membuat perut Arnold makin keroncongan. Ia mencoba mencium-cium dari mana aroma itu berasal dan deteksi hidungnya berhenti di rumah yang tepat berada di sisinya itu.
Cewek rese tadi bisa masak? Seharum ini baunya? Arnold hanya tersenyum kecut, ia kembali masuk dan meraih iPhone-nya. Membuka aplikasi G*jek, hendak memesan makanan via aplikasi itu.
Hanya ini yang bisa ia lakukan bukan? Mau masak? Mana bisa? Meskipun semua perlekapan masak memasak begitu lengkap di dapur, tapi Arnold bisa apa? Dia bukan Chef Arnold Poernomo!
Arnold tersenyum kecut, sepertinya ia benar-benar perlu punya asisten rumah tangga deh! Siapa nanti yang cuci bajunya? Membersihkan rumah ini? Masak dan lain-lain? Tapi nanti berapa gajinya? Dan apa ada orang yang bisa ia percaya, mengingat ia baru di sini, dan tidak kenal siapapun di sini.
Sekali lagi Arnold mendengus kesal, kenapa sih begini amat papinya itu? Kejam banget nyiksa anak kayak gini? Jabatannya besok memang tinggi, tapi dengan kondisi rumah seperti ini, mobil murah di depan sana, ya ampun jomplang sekali dengan jabatannya di kantor!
"Papi, lihat saja akan Arnold buktikan bahwa kelak Arnold akan lebih sukses dari papi!"
Lady Ann rushed into Pearls room as she has been hearing the disturbing cries of the baby, seeing the puzzle in Pearl and the king's eyes she hurried towards them taking the baby from Pearl seeing the baby's sudden change of color her heart ached the baby's crying voice was growing louder by seconds and she understood the pains the little girl was going through. "Lady Ann, you have cared for babies before and I am sure you understand wherever my baby is going through right now, please tell me so that we can find a solution immediately. I can't watch my few hours old baby crying more than an adult would!" Pearl said in a pleading voice as tears streamed down her cheeks. "Pearl she will be fine once the doctor comes, she has a heart problem but don't panic she will be fine" Ann assured as she caressed the baby warmly. Pearl fell on her bed devastated by her baby's situation as tears rolled down her cheeks uncontrollably "isn't she just too young for all these…" She whispered calmly as
I was roughly handled out of my room, walking through the hallway I sighted King Archer at the corner addressing some guards he turned to me but didn't react in any way. Their grip was just so hard that I felt unbearable pain, getting outside of the castle they threw me roughly to the ground as the crowd gasped… Yes, the People of Guham came to witness my ritual and I could see pity in the eyes of most of them. I sat on the floor weakly as tears streamed down my cheeks, I was scared of whatever task they would give to me because their approach wasn't peaceful at all. "Before we begin the ritual we would like to plead to the queen to endure whatever task she would be given, this is a peaceful ritual and every one of us has gone through it so please do not see it as punishment" one of them said which I didn't react to knowing how weak I was already. "The King has the right to stop us from performing the ritual with the Queen" The queen with pixie blonde hair said as I followed her ey
It's been three months after the death of Zinnia and Fox and the 8th month of my pregnancy, my pregnancy was almost due and I was getting more stress from it every passing day, my mood swings became worse to the extent that King Archer stays with me at least seven hours per day, My hunger for weird food became even worse I was gaining much weight and having lots of stretch marks around my belly and my laps, I noticed that King Archer no longer tries to get close to me that much because of his hatred for stretch marks. I sat at my balcony as the cold refreshing breeze blew my hair around. I had tried my very best to calm and free my mind from stress and Lady Ann and her son's helped me with that. I and Lady Ann became closer each passing day and her son's became free with me to the extent that they spend more time with me than their mother. Lady Ann was so fast in moving on and forgetting her loving husband and I admired her for that knowing that I won't recover quickly if anything h
"Archer, you're not serious right now?" I asked as tears already smudged my view. "Well, yes I am not serious" He said bluntly as he smirked on seeing the tears in my eyes. "You look so annoying when you cry…" Even if he has a slut with him I do not have a say over it, he is King by the way. "You should stop joking in such a manner" I said in a smile wiping off my tears. "Hence you ain't coming to my room with me good night then" he said turning towards the hallway exit, I was lucky that my room was in same hallway with Lady Ann which means that I don't have to stress myself walking down the stairs "just bare in mind that you are going to be occupying Zinnia's room from tomorrow" He announced as I signed deeply. Now he wants me closer to him, this time I won't be able to avoid him at all and I will be far from my new friend Lady Ann. * * I batted my lashes steadily from the brightness that shone to my face and the noises I heard around me as I opened my eyes to see the maids t
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
reviews