Satu hari yang lalu …Setelah diskusinya dengan Seth dan Nyridia, Klaus cepat-cepat pulang ke rumahnya. Ia membuka jurnal kakeknya untuk mencari informasi tentang Rivera, tempat yang dituju Pilav. Sayangnya, ia tidak menemukan satu pun bagian yang menyebutkan di mana lokasi pasti markasnya. Klaus memutuskan untuk membaca seluruh informasi mengenai Rivera di sana. Matanya membulat ketika yang ia temukan justru lebih membantu lagi.Aku mendengar kabar bahwa anakku, Theola Cleogard, telah dibunuh. Hatiku sangat hancur setelah mengetahuinya. Tidak disangka anak semata wayangku akan mati lebih dahulu daripada aku. Ini semua salahku. Jika saja aku membasmi Blade lebih awal, pasti Theola tidak akan tersentuh.Sudah lama sejak terakhir kali aku berkomunikasi dengan Theola. Aku yang meminta supaya dia berpisah dengan Klaus. Jika mereka terus bersama, maka mereka berdua akan mati. Karena itu, ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyembunyikan keberadaan Klaus dan kabur ke Rivera.Klaus, jika kamu
“Nona Selena! Ada seseorang yang perlu menemuimu.”Selena mengangkat kepalanya yang sejak tadi fokus pada berkas di atas meja. “Siapa?”Seorang kesatria membuka pintu ruangannya sambil membawa seorang perempuan. Dari wajahnya, perempuan itu masih berumur belasan tahun. Badannya kurus dan cukup tinggi. Rambutnya hitam lurus sedada. Dari pakaiannya, seperti seseorang yang tinggal di desa. Terlihat beberapa luka goresan pada punggung tangannya.“Maaf, Nona Selena. Perkenalkan, saya Niana. Saya berasal dari Desa Rodeo. Saya ke sini untuk meminta bantuan. Kepala desa saya, Tuan Ash, telah dibunuh di rumahnya. Sekarang, keadaan desa sangat kacau. Mereka ketakutan setelah melihat keadaannya. Tolong bantu desa kami untuk menemukan pelakunya,” ucap perempuan yang bernama Niana itu.“Salam kenal, Niana. Boleh diceritakan lebih rinci lagi?” tanya Selena. Mata biru lautnya itu menatap lawan bicaranya dengan dalam.“Saya waktu itu sedang tertidur. Saya terbangun karena di luar sangat berisik. Keti
“Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka
Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me