LOGINDewi, ratu busana dibunuh oleh sahabatnya sendiri di dunia mode, setelah kematiannya dia terlahir kembali sebagai permaisuri yang pernah kehilangan perhatian. Demi membersihkan namanya dia kembali ke Istana menghadapi rintangan dengan kecerdikan yang modern dan membantu kaisar membangun istana.
View MoreLampu sorot menyilaukan memenuhi ruang fashion show paling bergengsi di Milan. Dewi Kusuma berdiri di belakang panggung, jemarinya menyentuh lembut kain sutra yang menjadi mahkotanya malam ini—gaun masterpiece yang akan mengubah segalanya. Tiga puluh lima tahun hidupnya telah membawanya ke puncak ini. Ratu busana. Dewi Mode. Julukan yang diberikan majalah Vogue untuknya bukan sekadar pujian kosong.
"Sudah siap, Dewi?" suara lembut Clarissa, sahabatnya sejak kuliah di Parsons, terdengar dari samping. Wanita berambut pirang itu tersenyum, namun Dewi terlalu fokus pada detik-detik sebelum pertunjukan untuk menyadari kilatan aneh di mata sahabatnya itu. "Aku terlahir untuk ini," jawab Dewi percaya diri. Tangannya gemetar sedikit—bukan karena gugup, tapi karena adrenalin murni. Koleksi "Dynasty Reborn" miliknya akan memukau dunia malam ini. Perpaduan sempurna antara keanggunan dinasti Tiongkok kuno dengan cutting modern yang revolusioner. Musik menghentak. Lampu berubah. Waktunya tiba. Dewi melangkah ke atas catwalk dengan gaun sutra merah darah yang berkilauan seperti api hidup. Setiap langkahnya diperhitungkan, setiap gerakan adalah seni. Kamera berkedip tanpa henti. Tepuk tangan menggelegar. Ini adalah momennya. Namun di tengah langkahnya, Dewi merasakan sesuatu yang aneh. Dadanya sesak. Napasnya tercekat. Pandangannya mulai kabur. Tidak. Tidak sekarang. Kakinya goyah. Lantai catwalk tiba-tiba terasa sangat jauh. Dewi jatuh berlutut, tangannya mencengkeram dada. Kepanikan melanda seluruh ruangan. Orang-orang berteriak, berlarian ke arahnya. Melalui pandangan yang semakin mengabur, Dewi melihat Clarissa berdiri di belakang panggung. Wanita itu tidak bergerak. Tidak berlari membantu. Hanya berdiri di sana, dengan senyuman tipis yang mengerikan di bibirnya. Di tangan Clarissa, tergenggam botol kecil—botol yang sama dengan yang diberikannya pada Dewi lima belas menit lalu. "Minum ini, Dewi. Vitamin untuk stamina," kata Clarissa tadi. Racun. Kenyataan itu menghantam Dewi seperti petir. Sahabatnya. Orang yang paling dipercayanya. Orang yang ia bantu membangun karir dari nol. Orang yang ia anggap seperti saudarinya sendiri. "Kenapa...?" bisik Dewi, suaranya nyaris tak terdengar di tengah keributan. Mata Clarissa bertemu dengan matanya untuk detik terakhir. "Karena di dunia ini hanya cukup untuk satu ratu, Dewi." Kegelapan menelan segalanya. Dewi kehilangan nafasnya. Dewi tiba-tiba terbangun dengan napas terengah-engah. Tubuhnya basah oleh keringat dingin. Namun sesuatu terasa sangat berbeda. Sangat aneh. Tempat tidur di bawahnya bukan kasur king size miliknya. Ini tempat tidur kayu dengan kanopi sutra yang usang. Udara berbau dupa dan kayu cendana. Dinding di sekelilingnya bukan dinding apartemen mewahnya di Manhattan—ini dinding dengan ukiran naga dan phoenix yang rumit. Tangan Dewi terangkat untuk menyentuh wajahnya sendiri, dan ia tersentak. Tangan ini lebih kecil, lebih lembut, dengan kuku panjang yang dihias cat merah bata. Ia berlari ke cermin perunggu yang besar di sudut ruangan. Wajah yang menatap balik bukan wajahnya. Atau lebih tepatnya, bukan wajah Dewi Kusuma sang desainer mode berusia tiga puluh lima tahun. "Dia siapa?" Wajah ini lebih muda, mungkin dua puluh tahunan, dengan kecantikan khas wanita Tiongkok kuno. Rambut hitam panjangnya diikat dengan sisir emas. Pakaian sutra hijau jade yang dikenakannya adalah hanfu istana yang mewah. "Niang niang, apakah Anda baik-baik saja?" seorang pelayan wanita berlutut di sampingnya, wajahnya penuh kekhawatiran. Niang niang? Gelar untuk permaisuri? Tiba-tiba, kenangan bukan miliknya membanjiri pikiran Dewi. Kenangan tubuh ini. Kenangan Ratu Dewi Huiyin, permaisuri Kaisar Zheng He dari Dinasti Chen—wanita yang kehilangan segalanya karena fitnah, yang diasingkan dari istana, yang mati dalam kesepian dan hinaan. Dan kini, entah bagaimana, jiwa Dewi Kusuma telah masuk ke dalam tubuh permaisuri yang dikucilkan ini—tepat tiga hari setelah Dewi Huiyin yang asli mati karena sakit hati. Dewi menatap pantulannya dengan mata yang perlahan berubah tajam. Ia telah dibunuh dua kali karena pengkhianatan. Kini Ia telah dilahirkan kembali ke dalam tubuh yang juga menjadi korban. "Jadi Aku terlahir kembali? Sebagai permaisuri?"Tiga bulan telah berlalu sejak kejatuhan Selir Lian. Istana Chen berubah dengan cara yang tidak pernah dibayangkan siapapun. Dan pusat dari semua perubahan itu adalah Ratu Dewi Huiyin, yang kini tidak lagi tinggal di Istana Dingin yang suram, melainkan di Paviliun Mutiara Timur—kediaman megah yang dulunya ditempati oleh permaisuri-permaisuri agung dalam sejarah dinasti.Pagi itu, Dewi duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh gulungan-gulungan peta, diagram arsitektur, dan laporan dari berbagai departemen pemerintahan. Yun Xiang, yang kini telah diangkat sebagai kepala pelayan istri permaisuri, menuangkan teh dengan senyum bangga."Niang niang, Menteri Li dan timnya sudah menunggu di aula pertemuan," lapor Yun Xiang."Biarkan mereka masuk," kata Dewi tanpa mengangkat kepala dari diagram yang sedang ia pelajari.Menteri Li Wei masuk bersama lima pejabat senior lainnya. Pria tua itu sudah pulih sepenuhnya dari racun yang hampir membunuhnya, bahkan terlihat lebih bersemangat da
Aula Agung dipenuhi oleh seluruh pejabat tinggi istana, para menteri, dan anggota keluarga kerajaan. Suasananya tegang seperti senar yang akan putus. Di pusat ruangan, Kaisar Zheng He duduk di singgasana dengan wajah keras, tatapannya sulit dibaca.Di sebelah kirinya, Selir Agung Lian Xiu berdiri dengan elegan dalam hanfu ungu gelap, senyuman tipis bermain di bibirnya. Wajahnya menampilkan kesedihan yang sempurna—seperti seorang aktris yang telah berlatih perannya dengan matang."Yang Mulia," kata Lian dengan suara bergetar, seolah menahan tangis. "Hamba mohon keadilan. Permaisuri telah melampaui batas. Tidak cukup dengan mengklaim prestasi orang lain, kini dia bahkan berusaha membunuh Menteri Li Wei—orang yang dia klaim sebagai saksinya sendiri!"Gumaman persetujuan terdengar dari beberapa bangsawan yang memihak Selir Lian.Pintu besar Aula Agung terbuka. Dewi melangkah masuk dengan langkah mantap, Yun Xiang mengikuti di belakangnya dengan wajah pucat. Meskipun lelah setelah menyelam
Fajar belum menyingsing ketika Dewi terbangun oleh suara langkah kaki terburu-buru di luar kamarnya. Instingnya yang diasah oleh pengalaman dua kehidupan langsung menajam. Ada yang tidak beres."Niang niang!" Yun Xiang masuk dengan wajah pucat pasi. "Menteri Li Wei... dia jatuh sakit tiba-tiba tadi malam! Para tabib mengatakan... dia diracun!"Dewi bangkit dengan cepat, pikirannya langsung bekerja. "Tentu saja. Aku seharusnya menduga ini." Ia mengutuk dirinya sendiri—di dunia mode, ia sudah belajar bahwa kompetitor yang terdesak akan melakukan apa saja. Seharusnya ia lebih waspada."Bagaimana kondisinya?""Kritis, Niang niang. Para tabib istana tidak bisa mengidentifikasi racunnya. Mereka bilang... jika tidak menemukan penawarnya dalam dua hari, Menteri Li akan..." Yun Xiang tidak sanggup melanjutkan.Dewi bergegas mengenakan pakaian luarnya. "Kita harus ke sana sekarang.""Tapi Niang niang, kita tidak diizinkan meninggalkan Istana Dingin tanpa izin—""Seorang pria akan mati, Yun Xian
Paviliun pesta yang tadinya dipenuhi musik dan tawa kini sunyi senyap. Semua mata tertuju pada sosok Ratu Dewi Huiyin yang berdiri dengan tenang di tengah kerumunan, setelah pengungkapan mengejutkan yang baru saja ia lontarkan.Kaisar Zheng He bangkit perlahan dari singgasananya. Wajahnya tidak terbaca—antara terkejut, tidak percaya, dan mungkin... terkesan."Permaisuri," suaranya bergema di seluruh paviliun. "Apa yang baru saja kau katakan? Kau yang mengirimkan semua desain dan saran itu kepada Menteri Li?""Ya, Yang Mulia." Dewi tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. "Selama dua bulan terakhir, hamba telah mengamati kesulitan negara dari Istana Dingin. Meskipun hamba dikucilkan, hati hamba tetap untuk dinasti Chen dan kesejahteraan rakyat."Selir Lian melompat dari duduknya, wajahnya pucat namun berusaha mempertahankan senyuman. "Yang Mulia, ini pasti kebohongan! Bagaimana mungkin seorang wanita yang tidak pernah keluar dari istana, yang tidak memiliki pendidikan tentang pertania
Dua bulan berlalu sejak Dewi mengirimkan desain irigasi ke Menteri Li Wei. Strategi pertamanya berhasil melebihi harapan—sistem pengairan yang ia rancang tidak hanya diterapkan, tetapi juga menyelamatkan hasil panen musim gugur. Kaisar Zheng He sangat terkesan hingga menganugerahkan Menteri Li promosi dan hadiah yang melimpah. Namun yang lebih penting, Menteri Li kini penasaran setengah mati tentang siapa dalang jenius di balik desain tersebut. Dewi telah mengirimkan tiga "saran" lagi secara anonim: reformasi sistem perpajakan yang lebih adil, metode penyimpanan pangan yang tahan lama, dan desain arsitektur paviliun baru yang lebih efisien namun tetap megah. Semuanya sukses besar. Dan semuanya membuat nama Menteri Li melambung tinggi di mata kaisar. "Niang niang, ada kabar!" Yun Xiang berlari masuk ke istana dengan napas terengah-engah. "Kaisar akan mengadakan Pesta Peony—perayaan besar untuk merayakan pemulihan hasil panen! Semua anggota istana diundang, termasuk... Anda." Dewi m
Malam itu, di bawah cahaya lentera yang redup, Dewi duduk di meja kerjanya yang lapuk sambil menulis dengan kuas. Namun yang ia tulis bukanlah puisi atau surat—melainkan diagram strategi yang rapi, lengkap dengan panah dan catatan di pinggirnya. Kebiasaan dari kehidupan lamanya ketika merencanakan kampanye fashion atau strategi bisnis. Yun Xiang mengintip dari balik bahu tuannya, mencoba memahami tulisan aneh yang penuh dengan kata-kata asing dan simbol yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. "Ini disebut 'mind mapping,'" jelas Dewi tanpa menoleh. "Cara mengorganisir pikiran dan strategi secara visual. Lebih efisien daripada menulis panjang lebar." "Luar biasa..." gumam Yun Xiang kagum. Dewi menunjuk ke diagram yang ia buat. "Lihat. Di puncak ada Kaisar Zheng He. Di bawahnya, ada tiga faksi utama: Faksi Selir Lian yang kuat karena dia memiliki telinga kaisar, Faksi para menteri tua yang loyal pada tradisi dan keluarga Jenderal Huiyin, dan Faksi netral yang hanya peduli pada sta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments