"Dengan turunnya Surat cerai ini, kita sudah sah menjadi orang lain lagi, tak perlu kamu mencariku ataupun mencampuri urusanku!" kata Nadine.”Oh ya, kalau kamu tak menganggap Gibran sebagai putramu? Tak masalah, dia tak membutuhkan walimu saat dewasa nanti!" lanjutnya."Pergilah dan jangan ganggu kami lagi!" kata Nadine tegas."Gibran Itu anak siapa?" Tanya Damar masih dengan kekonyolannya. "Gibran itu anakku, Aku adalah ibunya, aku mengandungnya selama 9 bulan 10 hari, dan aku melahirkannya secara Caesar! Faham?" Jawab Nadine geram. Dan kini dia menyingsingkan lengan bajunya ke atas, menaikkan sedikit rok panjangnya seolah bersiap hendak menghajar Damar. "Iya dek iya, Gibran Itu anakmu bukan anakku! aku pergi...! semoga kamu tidak pernah menyesali perpisahan kita ini!" kata Damar kemudian berlari menjauh dari Nadine. Sesampai di luar toko roti milik Nadine, Damar memperhatikan keadaan toko tersebut, setelah dia keluar ternyata banyak pengunjung yang datang. Fikiran Damar menduga-d
"Kalau Mbak Sarah memang ingin tahu tentang aku, maka dia harus datang ke sini langsung bukan hanya lewat pesan saja!"jawab Santi lagi.****Acara syukuran anaknya Santi pun dilaksanakan, Darmawan rupanya memesan kue di tempatnya Nadine. bahkan dia memesan kue untuk bingkisan para tamu dibawa pulang yang cukup banyak yaitu sekitar 500 pcs, Darmawan mengundang para tetangganya dan juga warga di perkampungan belakang rumahnya. "Ini rotinya kok enak banget sih Mas? Mas Wawan pesannya di mana? mau dong nanti dipesenin lagi!"kata Santi yang suka dengan kue yang dipesan oleh suaminya. "Fokus sembuh saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu langsung ke tokonya, supaya kamu puas memilih-milih rasa yang kamu inginkan! ingat ya dek, tidak usah diet! Aku menerimamu apa adanya yang penting anak kita sehat!"kata Darmawan. "Jangan percaya dengan bualan laki-laki yang seperti itu San, dia bisa bilang seperti itu saat di rumah, tapi nanti saat dia ada di luaran maka mata
"Kalau Mbak Sarah memang ingin tahu tentang aku, maka dia harus datang ke sini langsung bukan hanya lewat pesan saja!"jawab Santi lagi.****Acara syukuran anaknya Santi pun dilaksanakan, Darmawan rupanya memesan kue di tempatnya Nadine. bahkan dia memesan kue untuk bingkisan para tamu dibawa pulang yang cukup banyak yaitu sekitar 500 pcs, Darmawan mengundang para tetangganya dan juga warga di perkampungan belakang rumahnya. "Ini rotinya kok enak banget sih Mas? Mas Wawan pesannya di mana? Mau dong nanti dipesenin lagi!"kata Santi yang suka dengan kue yang dipesan oleh suaminya. "Fokus sembuh saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu langsung ke tokonya, supaya kamu puas memilih-milih rasa yang kamu inginkan! ingat ya dek, tidak usah diet! Aku menerimamu apa adanya yang penting anak kita sehat!"kata Darmawan. "Jangan percaya dengan bualan laki-laki yang seperti itu San, dia bisa bilang seperti itu saat di rumah, tapi nanti saat dia ada di luaran maka mata
"Hati-hati kamu Santi, jika kemarin saja saat istrinya yang mandiri glowing dan berpenghasilan dikhianati nya dengan perempuan belia sepertimu, maka tak tertutup kemungkinan jika nanti kamu pun akan mengalami hal yang sama!" sebelum pergi Sarah sempat memberikan wejangan kepada adik bungsunya itu.Sementara Santi hanya mematung mencerna semua ucapan yang dilontarkan oleh ibu-ibu dan juga kakak kandungnya, seketika itu juga rasa percaya diri dan kepercayaannya terhadap suaminya luntur, di hatinya mulai timbul ragu terhadap kesetiaan sang suami.Darmawan yang mendapati istrinya terdiam dan merenung kemudian mendekatinya dan bertanya. "Apa yang kamu pikirkan dek?"Tanya Darmawan lembut dengan mengusap lembut pucuk kepala sang istri. "Menurutmu?"Santi balik bertanya. "Takkan kamu percaya dengan kata-kata mereka? Apakah kamu tidak percaya dengan suamimu ini?"Tanya Darmawan dengan tatapan tak percaya."Kalau dipikir-pikir benar juga apa yang mereka katakan Mas, akunya saja yang terlalu bo
Kemudian Pak RT langsung menghubungi orang-orang yang disebutkan oleh Darmawan tadi. tanpa basa-basi Pak RT langsung menyampaikan hal yang ingin disampaikannya. Pak RT tak memperdulikan jika orang-orang yang dihubunginya marah-marah, dia lantas mengucapkan salam lalu memutus sambungan teleponnya. Sementara di sebrang telefon Sarah masih mengumpat karena amarahnya belum tersalurkan, Ia tak habis fikir kenapa seseorang memberikan kabar duka yang menurutnya adalah hoak semata. "Mana mungkin coba Anaknya Santi meninggal? Lahwong nyata-nyata tadi pagi keadaannya sehat begitu kok!" Sewot Sarah. Beda dengan Sarah, Kini Damar dan Pratiwi saling berpandangan seolah sedang berkomunikasi lewat pandangan mata mereka. "Jangan begitu Sarah, ada baiknya kita pastikan kesana, kalau memang kabar itu benar bagaimana? Jodoh rejeki hidup dan Mati itu rahasia Alloh, kita tak pernah tahu kapan dan kapan maut akan menjemput kita...!" tegur Budi. Perkataan Budi seolah mewakili apa yanga ada di hati Da
"Seandainya aku mampu mengontrol emosi, seandainya aku tak meninggalkanmu tadi, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi! dan Putri kita masih berada diantara kita...!"kata Darmawan. Setelahnya dia pun menangis tergugu, ia tak menyangka jika akan mendapatkan kejutan bertubi-tubi di hari ini."Kuatkan aku ya Rabb...!" ucapnya.Setelah mengatakan itu, Darmawan pun langsung membersihkan tubuh istrinya yang lebih pantas menjadi putrinya tersebut. Ia lantas menggantikan baju sang istri dan juga pembalut yang digunakan oleh sang istri. "Istirahatlah sayang, semoga esok kamu akan lebih sadar dari sekarang supaya kita bisa mengantarkan Putri kita bersama ke peristirahatan terakhirnya...!"Bisik Darmawan yang langsung memposisikan istrinya untuk istirahat. Santi hanya menurut dan mengikut apa yang diarahkan oleh suaminya, iya benar-benar seperti mayat hidup yang pandangannya kosong. Darmawan keluar saat sudah memastikan istrinya istirahat dan tertidur, hatinya seperti saat tersayat saat
"Rupanya kamu benar-benar menutup mata dan telingamu Din, kamu benar-benar tidak tahu kabar tentang Mereka lagi...!" kekeh Ine saat melihat reaksi Nadine."Jadi bagian dari mereka itu sesuatu yang sangat sakit mbak...! itu makanya aku tidak mau mengingat-ingatnya lagi...!"jawab Nadine serius."Tapi aku serius loh Din, pak Darmawan itu memang suaminya Santi, kan kemarin itu dia pesan untuk acara aqiqahnya anaknya dengan santai...!"perkataan dari Ine berhasil menarik perhatian Nadin untuk berfokus kepada Ine."Yang paling menggegerkan lagi, acara aqiqah yang diselenggarakan di siang harinya itu bersambung dengan acara duka di malam harinya yang menyatakan bahwa anaknya Santi meninggal karena kehabisan nafas karena menangis...! Santi terkena baby blues!"Ine menjelaskan."Seriusan Mbak? Nggak salah apa? Mbak Ine nggak mengada-ada kan? Tapi tunggu dulu, bukankah seharusnya Santi itu masih sekolah ya? Kalau aku tidak salah hitung seharusnya bulan ini menjadi bulan kelulusan dia...!"tanya na
"Ayo sekarang kita ke rumahnya Santi, Ibu takut terjadi apa-apa sama dia, cepat jangan lelet...!" perintah Ibu Pratiwi.Mau tak mau akhirnya Damar pun menuruti keinginan sang Ibu untuk menuju ke rumah Santi.Mereka berdua, lalu pergi ke rumahnya Santi menggunakan mobil Damar, harga satu-satunya yang masih bisa dipertahankan oleh Damar. Meskipun bukan mobil mewah tapi mobil itu cukup bersejarah baginya, mobil yang dibeli dengan hasil kerjanya selama di perusahaan. Saat akan ke rumahnya Santi, mereka melewati Ruko milik Nadine, mata Damar terpana dan terpesona dengan kemajuan yang begitu pesat oleh toko roti tersebut."Mampir ke toko itu ya Mar? tapi jangan yang ke toko roti milik Nadine ya? males Ibu...!"kata ibu Pratiwi. "Tapi toko roti di sini hanya milik Nadine saja yang ada, emangnya Ibu mau ke toko roti yang mana?"tanya Damar. "Toko roti N&G itu loh, yang ramai..! pasti di situ enak...!"tunjuk Ibu Pratiwi ke toko milik Nadine."Tapi toko roti yang Ibu tunjuk itu itu miliknya N