"Emang dasar Nadine aja yang gak tau diri, aku sumpahin dia mendapatkan azab dari apa yang dia lakukan kepadamu, Ibu tidak terima ya Mar, apalagi tentang uang yang di dirampasnya itu! udah jelas-jelas dia tidak bekerja, seharusnya dengan sukarela Dia memberikan uang itu kepadamu, kan memang kamu yang kerja?" pendapat sampah seorang Pratiwi.Padahal yang sebenarnya adalah uang yang diterima oleh Nadine itu merupakan uang tunjangan dari perusahaan yang memang diperuntukkan untuk istri dari para pekerjanya, lalu bagaimana jika perempuan yang bekerja di perusahaan Indrawati tersebut? Nah kalau ada perempuan yang bekerja di sana maka akan mendapatkan bonus separuh dari tunjangan istri tersebut yaitu sekitar 1.500.000. Bonus itu pun tidak serta-merta keluar begitu saja.Bonus itu bisa cair jika pekerja tersebut tidak absen selama masa kerjanya di satu bulan dengan alasan apapun. "Iya ya Bu? Kok Nadine tidak mendapatkan azab karena sudah menzalimiku? Dia malah semakin senang hidupnya! Ibu
"Entahlah Bu, Nadine sangat berubah sejak kejadian waktu itu! Nadine yang sekarang benar-benar tak sama seperti Nadine yang menemaniku selama ini! entah apa yang terjadi padanya, apa mungkin Nadine kesurupan setan Talak ya Bu?" Damar bicara sesuatu yang tidak berbobot. Mana ada setan Talak? ya nggak dears?"Kamu waras? Mana ada setan Talak? Aya Aya wae ikam pang!" kata Ibu Pratiwi menggabungkan bahasa daerah dari dua tempat berbeda."Lah nyatanya Bu? Aku saja sampai tak bisa mengendalikannya setelah talak itu tanpa sengaja aku jatuhkan, kenapa juga dia harus seperti itu? Padahal kan tinggal anggap kalau aku tak pernah berkata Talak kepadanya kan beres?" Kata Damar masih ngawur."Nadine itu benar-benar egois dan tak memikirkan Gibran yang akan kehilangan ayahnya!" omel Damar lagi.Damar sendiri tidak menyadari jika sebenarnya yang egois adalah dirinya, bahkan sejak kelahiran Gibran sama sekali Damar tidak pernah memikirkan kebutuhan anak tersebut, kalau tidak tertolong oleh fihak kanto
"Kenapa hidup kita semakin belangsak ya Bu? Apa benar kalau kita ini terkena karma karena kutukan Nadine?" Tanya Damar. "Tau nggak Bu? Sebenarnya aku nggak rela loh Nadine mendapatkan aliran dana setiap bulannya sebanyak 3 juta dari perusahaan tempatku bekerja, bahkan aku yang banting tulang saja hanya menghasilkan 5 juta setiap bulannya!"lanjut Damar lebih seperti curhat kepada ibunya."Betul katamu Mar, enak bener sih Nadine? Ongkang-ongkang kaki di rumah tapi mendapatkan jatah! makin besar kepala lah tuh! coba kamu minta saja uang yang diberikan oleh kantor kepada Nadine!" usul Pratiwi lagi."Kalau Ibu mau silakan, kalau aku sih ogah pakai banget! bukannya mendapat uang tapi babak belur dan bonyok karena bogem mentahnya Nadine...!"jawab Damar. Tengah asik berbincang santai membahas tentang kebingungan mereka, dari kamar Santi terdengar orang sedang muntah-muntah, bisa dipastikan bahwa itu adalah Santi sang pemilik kamar. "Santi sedang tidak enak badan Bu? Kok muntah-muntahnya pa
Sedikit cerita tentang Darmawan.Semua harta yang dimiliki beserta aset-aset nya semua atas nama istrinya, karena Darmawan sendiri hanyalah mengelola saja, semua harta yang dimiliki murni milik dari sang istri.Darmawan memperistri Erika dulu dalam keadaan tidak memiliki apapun, Darmawan hanya bermodalkan tampang saja, Darmawan merupakan seorang lelaki miskin yang kebetulan memiliki nasib baik bisa memperistri majikannya.Dulu dia bekerja sebagai sopir pribadi Erika, yang dimana selalu mengantarkan kemanapun Erika pergi. Oleh karena interaksi yang sering terjadi di antara keduanya, menimbulkan benih ketertarikan di hati Erika, di Mata Erika Darmawan sangat baik dan begitu santun. Ketertarikan Erika disampaikan kepada orang tuanya yang berniat untuk menjadikan darmawan sebagai suaminya. Orang tua Erika yang memang tidak pernah membeda-bedakan status pun tidak menentang keinginan Sang Putri.Apalagi saat Darmawan pun tidak keberatan dengan keinginan Erika, akhirnya mereka pun menikah
"Kalau begitu kita ambil saja jatah cuti kita sekaligus, untuk membantu adik kita merintis usahanya...! kita lihat perkembangan yang ada nanti, Kalau seumpama dalam waktu itu, toko kue berjalan dan membutuhkan karyawan, kan bisa di kondisikan? Betul tidak Din?" Tanya Ine yang lebih mendominasi usulan diantara mereka. "Boleh juga saranmu Mbak, cus ah...! aku setuju!"jawab Nadine antusias.***Hari pertama mereka gunakan untuk membeli peralatan toko, mulai dari etalase, wallpaper dinding dan juga pernak pernik yang lainnya.Hari kedua digunakan untuk menata tata letak isi toko, dan itu membutuhkan tenaga tukang, baru di hari keempat mereka sudah bisa membuka toko mereka. Grand opening toko dilakukan dengan menyisipkan diskon 50% untuk pembelian setiap kue yang tersedia.Bahkan ada tersedia minuman gratis di sana meskipun itu hanya es teh manis cup.Sambutan dari para pembeli pun sungguh antusias, semua itu mampu membuat Nadine, Sari dan juga Ine terharu sekaligus bahagia, mereka tak m
"Pergilah kamu dari rumah ini Mas, kamu hanya berhak menggunakan baju yang melekat di tubuhmu seperti saat kamu memasuki rumahku ini! pergilah...!" kata Erika. "Untuk mobil beserta tabungan yang ada di rekening milikmu, aku ikhlaskan semua itu untukmu!" Akhir kata dari Erika benar-benar membuat Darmawan syok."Maafkan aku dek! jangan seperti ini, tolong...!"Darmawan memohon."Aku sudah memaafkan jauh sebelum kamu meminta maaf, tapi maaf, aku tidak bisa menerimamu kembali, aku tak lah sekuat itu!"kata Erika. "Pergilah Mas, ada satu hati yang harus kamu jaga sekarang, aku tahu dia sedang mengandung bukan? Anggap saja mobil dan juga rekening yang kamu miliki itu sebagai kenang-kenangan dariku!"kata Erika lagi. "Oh ya hampir lupa, tentang apartemen yang selama ini kamu beli, akan aku tarik kembali, dan untuk rumah yang cukup strategis yang kamu janjikan untuk Shinta istri beliamu itu, aku ikhlaskan untuk kamu tempati! hiduplah dengan bahagia dengan wanita pilihanmu!" lanjut Erika mener
Hari ini adalah jadwal HPL kelahiran anaknya Shinta, Mereka pun berniat untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, kapan perkiraannya bisa di lakukan operasi Caesar."Apa yang kamu rasakan Dek? Apakah kamu merasakan kontraksi atau sakit di perutmu?"Tanya Darmawan kepada istri belianya itu."Nggak ngerasain apa-apa tuh mas, biasa aja! ini aku malah pengen makan martabak telor spesial yang ada di simpang jalan itu loh mas! boleh nggak sebelum kita ke rumah sakit beli itu dulu?"Tanya Sinta menjawab pertanyaan dari Darmawan."Ya sudah, sambil jalan kita nanti akan mampir ke sana! kamu serius tidak mau mengajak mama dan juga Mas Damar?"tanya Darmawan lagi. "Nggak lah Mas, malas...! mereka itu cerewet banget, enakan berdua begini sama Mas!"jawab Sinta santai.Akhirnya mereka pun jalan menuju rumah sakit, setelah sebelumnya membeli martabak telur terlebih dahulu seperti permintaan Sinta. Meskipun sebagai driver taksi online, Darmawan tak pernah sekalipun menolak keinginan sang istri jika
Pembagian keuntungan toko mulai di akumulasi setelah pembelian alat tersebut, dengan adanya alat itu tentu kue yang di hasilkan pun tentu lebih banyak dari yang sebelumnya, dan juga kini dia tak membatasi pesanan kue seperti biasanya.Pembagian laba toko di bagi menjadi 4 setelah di potong untuk membayar karyawan. Toko kue tersebut kini mempekerjakan 6 orang dengan sistem tukar shift, jika di 2 hari bekerja melayani di depan maka di hari berikutnya akan berada di dapur produksi, sementara untuk bagian kasir dan promosi di pegang oleh Sari dan Ine secara bergantian.Nadine sebagai pemilik Toko hanya bertugas menakar bahan untuk pembuatan kue, dan tentunya sambil momong Gibran. Usia Gibran sudah hampir 1 tahun, dan anak itu mulai cerewet meskipun tak jelas cara ngomongnya.Di hari Minggu pesanan kue sangat membeludak, terutama resep kue yang baru launching, kue Sobek Nanas selai strawberry, coklat dan juga keju. Sejak ada alat pengadon Nadine mulai merubah trik marketingnya, jika dulu