Share

Bab 16 Ganteng ya?

Author: Penulis Hoki
last update Last Updated: 2025-10-16 23:13:22

Genggaman tangan Adrian di sekitar tangan Dara bukanlah genggaman yang menenangkan. Itu adalah sebuah klaim, sebuah stempel kepemilikan yang dipamerkan secara terang-terangan. Saat ia menarik Dara keluar dari taman terpencil itu dan kembali ke koridor kampus yang ramai, mereka menjadi sebuah anomali yang menarik perhatian. Dr. Mahesa yang dingin dan tak tersentuh, berjalan dengan langkah cepat dan marah sambil menyeret seorang mahasiswi yang tampak kacau, bibirnya sedikit bengkak dan matanya basah.

Bisik-bisik langsung dimulai. Tatapan-tatapan penasaran mengikuti mereka seperti sorot lampu. Dara ingin menarik tangannya, ingin menghilang ditelan bumi, tetapi cengkeraman Adrian sekuat baja. Ia tidak peduli pada gosip. Atau lebih tepatnya, ia menciptakan versinya sendiri, yang jauh lebih kuat dan membingungkan: versi di mana ia adalah sang pelindung yang murka, dan Dara adalah miliknya yang harus dilindungi.

Adrian tidak berhenti sampai mereka tiba di depan pintu ruang kerjanya. Dengan s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 26 Semakin gila

    Pintu van bergeser tertutup dengan desisan hidrolik yang pelan, menyegel Dara di dalam kegelapan yang intim bersama Adrian. Van itu melaju, menyatu dengan lalu lintas malam Jakarta. Di luar, lampu-lampu kota berpendar seperti permata yang kabur. Di dalam, keheningan terasa begitu tebal hingga nyaris memekakkan telinga.Dara duduk di kursi baris kedua, tubuhnya masih gemetar hebat. Ia tidak berani bergerak, tidak berani bersuara. Ia hanya duduk kaku, telapak tangannya terkepal erat. Logam dingin dari kalung 'A' yang putus itu menusuk kulit telapak tangannya, sebuah rasa sakit kecil yang nyata di tengah lautan emosi yang tidak nyata.Ia baru saja menjadi umpan dalam sebuah operasi yang diatur oleh dosennya. Ia menyaksikan mantannya, pria yang telah menerornya selama berbulan-bulan, diseret pergi oleh orang-orang yang tampak berbahaya. Masalah Arkan, masalah foto-foto itu, mungkin sudah selesai. Ancaman itu telah dihilangkan.Seharusnya ia merasa lega. Seharusnya ia merasa bebas.Tapi sa

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 25 Liontin patah

    Perjalanan menuju Kemang adalah perjalanan paling sunyi dan menegangkan yang pernah Dara alami. Adrian tidak menyetir mobil Mercedes-nya. Sebagai gantinya, mereka berada di dalam sebuah MPV hitam dengan kaca yang gelap total. Adrian sendiri yang menyetir, mengenakan pakaian kasual kaus polo hitam dan celana jins membuatnya tampak seperti orang biasa, yang justru semakin menakutkan. Ia tidak berbicara sama sekali. Ia hanya fokus, seolah sedang dalam perjalanan menuju rapat dewan direksi, bukan untuk menjebak seorang pemeras."Saya akan parkir di seberang jalan, di basement gedung kantor," katanya saat mereka mendekati Kafe Kaca. Suaranya datar. "Kamu akan turun satu blok dari sini. Jalan kaki. Beri aku waktu dua menit untuk memposisikan diri. Masuk ke kafe, cari meja di dekat jendela, tapi yang di sudut dalam. Aku sudah memesannya atas nama 'Prameswari'."Ia telah memikirkan segalanya. Sudut itu memberinya pemandangan yang jelas dari seberang jalan, sekaligus cukup terpencil untuk sebu

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 24 Umpan

    Dara terbangun dengan cara yang paling aneh. Ia tidak terbangun karena kaget atau takut. Ia terbangun perlahan, dari tidur yang, secara mengerikan, adalah tidur paling nyenyak yang ia dapatkan dalam beberapa minggu terakhir. Tubuhnya terasa hangat dan, yang paling membingungkan, aman.Lalu ia membuka matanya, dan realitas menghantamnya.Ia masih berada di dalam pelukan Adrian. Lengan pria itu melingkar erat di pinggangnya, punggungnya menempel di dada bidang yang hangat. Ia bisa merasakan napas Adrian yang teratur di belakang lehernya. Ia adalah seorang tahanan yang tidur nyenyak di pelukan sipirnya. Pikiran itu membuatnya mual.Perlahan, ia merasakan kalung 'A' yang dingin di kulit dadanya, sebuah kontras yang tajam dengan kehangatan tubuh Adrian di belakangnya. Tanda itu. Ia telah ditandai.Ia berbaring kaku, tidak berani bergerak. Apa aturannya sekarang? Apakah ia harus menunggu pria itu bangun? Apakah ia harus menyelinap pergi? Apa yang terjadi tadi pagi—adegan intim yang brutal i

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 23 Status baru

    "Saya... saya tidak bisa," bisik Dara, mendorong kotak itu menjauh."Saya tidak ingat memberi kamu pilihan," balas Adrian, suaranya tetap tenang. Ia mengambil kalung itu dari kotaknya. "Berdiri."Dara membeku di kursinya."Berdiri, Dara," ulang Adrian, kali ini dengan nada yang membuat Dara tahu ia tidak akan mengatakannya untuk ketiga kalinya.Perlahan, dengan kaki yang terasa seperti timah, Dara bangkit. Adrian melangkah ke belakangnya. Dara memejamkan matanya erat-erat saat ia merasakan sentuhan dingin logam di tengkuknya. Jari-jari Adrian yang panjang dan dingin menyapu kulit lehernya saat ia memasangkan kalung itu. Gerakannya profesional, cepat, tanpa sentuhan yang tidak perlu, namun terasa sangat intim dan melanggar.Bunyi klik dari pengait kalung itu terdengar begitu keras di dalam keheningan ruang makan."Bagus," bisik Adrian tepat di belakang telinganya. Napas hangatnya membuat bulu kuduk Dara berdiri. "Sekarang kamu sudah ditandai. Milikku."Ia kembali ke kursinya seolah tid

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 22 Saya tidak suka berbagi

    Ancaman itu menggantung di udara yang pekat di antara mereka. "Atau aku yang akan memandikanmu."Itu bukanlah sebuah tawaran. Itu adalah pernyataan fakta, sebuah demonstrasi kekuasaan absolut bahwa ia tidak hanya telah menaklukkan tubuh Dara, tetapi ia juga mengklaim hak untuk merawatnya atau mengurusnya seperti sebuah properti.Bagi Dara, yang masih terbaring telanjang, hancur, dan kosong di atas seprai yang kusut, ancaman itu adalah sengatan listrik yang dibutuhkannya. Rasa takut yang baru, yang lebih mendasar, melampaui rasa malunya. Ia tidak akan membiarkan pria itu menyentuhnya lagi. Tidak saat ia dalam kondisi tak berdaya seperti ini.Dengan gerakan panik yang canggung, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, berguling dari ranjang, dan nyaris tersandung kakinya sendiri saat ia berlari menuju pintu kamar mandi tamu di seberang lorong. Ia bahkan tidak berani mengambil pakaiannya yang robek di lantai. Ia hanya perlu lari. Ia mendengar pintu kamar tidur utama tertutup di belaka

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 21 Ahh...

    “Dasar dosen gila!”Bentakan itu meluncur dari bibir Dara, sebuah ledakan murni dari rasa frustrasi, malu, dan amarah yang telah ia tahan. Kata-kata itu, yang diucapkan dengan suara bergetar, menggema di dalam keheningan kamar tidur Adrian yang mewah. Itu adalah sebuah pemberontakan. Sebuah penolakan terhadap narasi yang coba Adrian paksakan padanya.Adrian, yang sedang mengenakan jubah mandinya, membeku. Tangannya berhenti di simpul ikat pinggang. Ia menoleh perlahan, dan ekspresi cemoohan di wajahnya lenyap, digantikan oleh sesuatu yang jauh lebih gelap. Sesuatu yang dingin dan berbahaya. Jika kata-kata Dara adalah percikan api, maka ia baru saja menyiramkannya ke sebuah tangki bensin.“Apa katamu barusan?” tanyanya, suaranya pelan, hampir seperti desisan.Dara seharusnya merasa takut. Tapi ia sudah melewati batas itu. Ia sudah hancur. Tidak ada lagi yang perlu ditakutkan. "Saya bilang Anda gila!" ulang Dara, kali ini lebih keras, sambil menarik selimut lebih erat ke dadanya. "Anda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status