Bimbingan Terlarang Dosen Gay
Dr. Adrian Mahesa, dosen muda yang dikenal dingin, cerdas, dan hampir mustahil digoda, selalu menjaga batas tegas antara dirinya dan mahasiswanya. Hingga suatu malam, sebuah email penelitian dari bimbingannya, Dara Prameswari, berisi lebih dari sekadar laporan. Ia mengirimkan beberapa foto nakal. Adrian tahu ia harus mengabaikannya, pura-pura tidak pernah melihat, dan tetap bersikap profesional. Namun godaan itu justru menyalakan bara yang selama ini ia tekan. Jika Adrian diam saja, sebutan Dosen gay akan selalu melekat pada dirinya.
“Setelah saya masukin. Kamu masih ngira saya ini, gay?”
WARNING BUKU DEWASA 21+
Read
Chapter: Bab 43 Diluar naskah"Luar biasa," bisik Adrian di telinga Dara saat mereka berjalan menuju meja makan utama. "Akting yang sangat, sangat bagus.""Saya belajar cepat," balas Dara.Meja makan itu adalah sebuah karya seni. Panjangnya setidaknya bisa menampung tiga puluh orang, terbuat dari kayu gelap yang mengkilap, di atasnya tertata perangkat makan porselen yang rumit dan puluhan gelas kristal. Duduk di sana terasa seperti sedang menghadiri jamuan makan kerajaan.Dan Dara duduk di pusat neraka.Adrian ditempatkan di sebelah kanan Ibunya, sang Ratu, yang duduk di kepala meja. Dan Dara, sebagai "tunangan", duduk di sebelah Adrian. Di seberang mereka, duduk Dr. Rina, yang wajahnya seperti topeng porselen yang retak, penuh dengan kebencian yang nyaris tidak bisa disembunyikan. Di samping Rina, duduk Reza, yang tampak bosan dan sudah meraih gelas anggur ketiganya.Para paman dan bibi yang lain mengisi sisa kursi, obrolan mereka pelan dan berkelas, tapi Dara tahu, semua telinga tertuju pada mereka.Pelajaran ke
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 42 Tunangan?Sabtu. Pukul setengah tujuh malam.Kamar tidur utama Adrian Mahesa telah berubah menjadi ruang ganti backstage yang menegangkan. Seorang wanita asing dengan koper rias besar baru saja selesai menata rambut Dara menjadi sanggul modern yang elegan."Selesai, Nona. Anda terlihat... luar biasa," kata si penata rias, jelas terpesona oleh transformasi Dara.Dara menatap pantulan dirinya di cermin. Ia nyaris tidak mengenali dirinya sendiri. Gaun merah darah yang mereka beli kemarin membungkus tubuhnya dengan sempurna. Riasannya tajam dan dewasa. Dan di lehernya, di atas kulitnya yang pucat, kalung berlian safir 'A' itu berkilau dingin, memantulkan cahaya lampu.Klik.Pintu kamar terbuka. Adrian masuk.Pria itu sudah rapi dalam setelan jas hitam yang dibuat khusus, tanpa dasi, dengan dua kancing teratas kemejanya terbuka. Ia tampak berbahaya, seperti seorang CEO mafia.Ia berhenti, matanya langsung tertuju pada Dara. Ia mengamati Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ada kilatan di matany
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 41 Latihan selanjutnyaDara tidak ingat bagaimana ia bisa sampai ke kamar tidurnya.Setelah Bi Inah dengan polosnya menyuruhnya istirahat dari makan malam yang totalitas, Dara praktis berlari menaiki tangga. Ia tidak masuk ke kamar tidur utama. Instingnya membawanya kembali ke kamar tamu sangkarnya yang lama, yang kini terasa seperti satu-satunya tempat aman.Ia membanting pintu dan menguncinya. Sebuah gestur yang sia-sia, ia tahu Adrian bisa membukanya kapan saja, tapi ia butuh ilusi keamanan itu.Ia bersandar di pintu, napasnya terengah-engah. Tubuhnya gemetar, tapi bukan karena takut. Itu adalah sisa-sisa adrenalin. Ia bisa merasakan denyutan aneh di antara kedua pahanya, sebuah rasa sakit dan perih yang bercampur dengan... sisa kenikmatan.Ia menatap pantulan dirinya di cermin.Rambutnya adalah sarang burung. Gaun merahnya yang mahal robek di bagian ritsleting. Bibirnya bengkak dan merah. Dan di lehernya, di atas choker kulit hitam (yang ia pakai di balik gaun) dan kalung berlian 'A', ada tanda-tanda ba
Last Updated: 2025-11-06
Chapter: Bab 40 Makan malam nikmat “Yang lain?”Pertanyaan polos itu, diucapkan dengan nada ingin tahu yang dibuat-buat, menggantung di udara yang beraroma lilin lebah dan makanan mahal. Dara masih tersenyum tipis, matanya berkilat penuh kemenangan. Ia telah berhasil. Ia telah membuat pria paling terkontrol di dunia ini tersentak dan hendak kabur hanya dengan sentuhan sederhana di tangannya.Ia sedang menikmati kemenangannya, menunggu Adrian untuk bergumam, "Lupakan," dan melarikan diri ke perpustakaannya.Tapi Adrian tidak melarikan diri.Ia hanya berdiri di sana, di samping kursinya. Keheningan di ruang makan itu tiba-tiba berubah. Bukan lagi hening yang canggung. Tapi hening yang berat, seperti udara sebelum badai petir.Pria yang beberapa detik lalu menarik tangannya seolah tersengat, kini perlahan mengangkat kepalanya.Wajahnya bukan lagi wajah Dosen Es. Bukan juga wajah jengkel.Itu adalah topeng kosong. Topeng yang menakutkan, karena di baliknya, Dara bisa merasakan sesuatu yang membara. Ia baru saja melakukan
Last Updated: 2025-11-05
Chapter: Bab 39 LatihanDara menelan ludah. Ia menatap pantulan dirinya di kaca spion mobil. Seorang gadis dengan gaun mahal, dan sebuah kalung berlian berinisial A di lehernya. Rantai emas, bukan lagi rantai kulit. Ia tidak tahu mana yang terasa lebih berat."Latihanmu dimulai sekarang," kata Adrian. "Turun dari mobil. Jalan ke lobi. Dan tatap aku seolah kamu tidak bisa hidup tanpaku."“Huekk..” batin Dara menahan muntahnya.Dara menarik napas. Oke. Ini adalah pertukaran. Akting terbaik dalam hidupnya, ditukar dengan skripsi A plus dan kebebasannya. Ia bisa melakukan ini. Ia adalah mahasiswi cerdas. Ini hanyalah metodologi penelitian terapan.Ia membuka pintu mobil. Adrian sudah berdiri di sana, menunggunya, tangannya terulur.Dara meletakkan tangannya yang gemetar di atas tangan Adrian. Pria itu menggenggamnya erat dan menuntunnya keluar. Saat mereka berjalan melintasi lobi marmer yang luas menuju lift pribadi, Dara melakukan persis seperti yang diperintahkan.Ia menatap Adrian.Ia tidak menatap penjaga at
Last Updated: 2025-11-05
Chapter: Bab 38 Proyek tunangan palsu"Cokelat lagi?" sindir Dara, suaranya terdengar lebih berani dari yang ia duga.Mata Adrian yang tadi gelap kini menyipit. Sarkasme. Sebuah tanda perlawanan baru. Ia mengabaikannya."Sesuatu yang jauh lebih baik," kata Adrian. Ia berjalan mendekat, kini berdiri menjulang di depan Dara yang masih duduk. "Kamu sedang mengerjakan Bab 4, Analisis Data. Apa yang paling kamu butuhkan untuk sebuah analisis yang sempurna?"Dara menatapnya, bingung. "Data...?""Tepat," kata Adrian. "Bukan data sekunder rongsokan yang kamu ambil dari internet. Tapi data primer. Data yang tidak bisa didapat oleh mahasiswa S1 mana pun. Data yang akan membuat dosen penguji paling kejam sekalipun tidak bisa berkata-kata."Dara mulai mengerti. Jantungnya mulai berdebar, tapi karena alasan yang berbeda."Apa... apa maksud Anda?"Adrian tersenyum tipis. Itu adalah senyum kekuasaan murni. "Kamu butuh data survei dari 100 CFO di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek? Aku akan menelepon 100 temanku, dan kuesionermu aka
Last Updated: 2025-11-03
Chapter: Bab 84 Rumah diatas puingSatu minggu setelah suara tembakan terakhir.Sebuah sedan Mercedes lapis baja hitam, tidak lagi terburu buru, melaju pelan menyusuri jalanan pinggiran kota yang tenang. Ini adalah dunia yang berbeda. Dunia pepohonan ek tua, halaman rumput yang baru dipangkas, dan anak anak yang bermain di trotoar.Anna menatap ke luar jendela. Dia belum pernah berada di bagian kota ini. Rasanya... asing. Normal."Kita hampir sampai," kata Damien pelan dari sampingnya.Dia tidak duduk di kursi pengemudi. Lengan kirinya terikat erat di dadanya dengan gendongan medis profesional, kemeja hitamnya sengaja dibuat longgar agar pas. Dia masih pucat, rasa sakit yang konstan terlihat jelas di matanya. Markus yang mengemudi, dengan satu mobil pengawal lagi mengikuti di belakang.Mobil berbelok ke jalan masuk pribadi yang tersembunyi di balik pagar tanaman tinggi. Dan di sana, di puncak bukit kecil yang menghadap ke lembah, berdirilah rumah itu.Itu bukan penthouse. Itu bukan benteng kaca dan baja.Itu adalah seb
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 83 Diantara puingUdara malam yang dingin terasa seperti tamparan di wajah, bersih dari asap, tetapi penuh dengan suara sirene yang menusuk.Anna tersandung keluar dari ramp garasi, menopang hampir seluruh berat badan Damien. Lengan pria itu yang sehat melingkari lehernya, sementara tangan kirinya yang hancur berlumuran darah, tergantung lemas. Kemeja hitam yang Damien kenakan kini basah kuyup oleh darahnya sendiri, menempel di tubuhnya."Hampir... sampai," desis Damien, giginya terkatup.Tapi Anna tahu dia tidak akan berhasil. Dia bisa merasakan tubuh Damien yang berat semakin merosot."Damien! Tetap bersamaku!" teriak Anna, kakinya gemetar. "Kumohon!"Di depan mereka, pemandangan itu seperti zona perang yang nyata. Mobil polisi, pemadam kebakaran, dan ambulans memblokir seluruh jalan. Lampu merah dan biru berputar, memotong kegelapan, menerangi wajah wajah ngeri para penonton yang ditahan di belakang barikade.Gedung safe house itu kini menjadi obor. Api menjilat dari jendela lobi dan, yang mengerika
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 82 Bang!Garasi parkir bawah tanah itu dingin dan senyap. Sangat kontras dengan neraka yang meraung di lobi di atas mereka. Satu satunya suara adalah tetesan air yang jatuh dari pipa sprinkler dan dengungan rendah lampu neon yang berkedip di kejauhan. Udara berbau beton basah dan asap yang samar.Damien membuka pintu tangga darurat dengan perlahan, celah demi celah. Pistol teracung.Dia memindai. Kiri. Kanan. Kosong.Hanya ada deretan mobil mewah yang diparkir, tertutup lapisan tipis debu dan jelaga."Dia di sini," bisik Damien. Dia menarik Anna keluar dari tangga, membiarkan pintu tertutup pelan di belakang mereka. "Markus dan timnya akan membuat keributan di atas. Itu memberi kita... mungkin tiga menit.""Tiga menit untuk apa?" bisik Anna, memegang pistolnya erat erat. Benda itu terasa berat dan dingin."Untuk menemukannya sebelum dia menemukan kita."Damien bergerak. Dia tidak berlari. Dia bergerak seperti predator. Menyelinap dari satu pilar beton ke pilar beton berikutnya, menggunakan mobi
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 81 Kau siap?Atap itu adalah neraka yang berangin.Bilah bilah rotor helikopter berputar melambat, whup... whup... whup, suaranya seperti detak jantung monster yang sekarat. Hujan gerimis dan asap dari granat asap di lobi bercampur menjadi kabut yang menyesakkan. Di bawah mereka, suara tembakan otomatis terdengar seperti popcorn yang meledak tanpa henti."Kau tetap di sini." Suara Damien serak, penuh adrenalin."Seperti neraka aku akan tetap di sini!" balas Anna. Dia sudah membuka ranselnya, mengeluarkan pistol kedua yang berat dan dingin."Anna, kau tidak tahu cara...""Kau mengajariku," kata Anna, suaranya gemetar tapi tegas. Dia memeriksa magazen dengan tangan yang basah. "Di pernikahan pertama kita. Kau bilang seorang istri harus tahu cara melindungi dirinya sendiri. Aku ingat." Dia berhasil memasukkan magazen itu dengan bunyi klik yang memuaskan. "Dan sekarang... aku punya sesuatu untuk dilindungi."Dia menepuk perutnya yang rata, sebuah gestur yang kini terasa nyata dan menakutkan.Damien me
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 80 Protokol bumi hangusKLIK.Layar ponsel menjadi hitam.Bianca. Reno. Dr. Aris. Ancaman itu.Lima menit.Damien dan Anna berdiri membeku di depan pintu lift servis, terperangkap dalam keheningan penthouse mereka yang kini terasa seperti peti mati. Ransel go-bag terasa berat di punggung Anna. Pistol di pinggang Damien terasa dingin."Kita... kita tidak bisa," bisik Anna. Dia masih mencengkeram tes kehamilan plastik itu. Benda itu adalah satu satunya hal yang nyata di dunia yang gila ini. "Damien, kita tidak bisa menyerahkanku. Dan kita tidak bisa... membiarkan mereka menghancurkan kita."Damien tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke pintu lift yang tertutup."Damien?" Anna mengguncang lengannya. "Apa yang kita lakukan? Kau bilang... kau bilang lima menit!""Dia membuat kesalahan," kata Damien. Suaranya aneh. Datar. Tenang."Kesalahan apa? Dia memegang segalanya!""Dia memberi kita," kata Damien, "lima menit."Dia berbalik, tidak lagi terlihat seperti suami yang panik. Topeng itu telah hilang. Yang tersis
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 79 PenghianatanDi ruang kerja yang kini terasa seperti makam, di mana pecahan kamera yang hancur tergeletak di lantai seperti sisa-sisa peradaban yang hilang, kata-kata terakhir di email Dr. Aris menggantung di udara.Reno. Dia tidak sendiri. Dia bersama... Bianca.Damien masih membeku. Rencananya untuk melarikan diri, untuk membawa Anna ke Swiss, ke tempat yang aman... rencana itu menguap begitu saja. Itu adalah rencana seorang suami. Tapi musuh-musuhnya... mereka masih bermain perang."Dia..." Anna adalah yang pertama berbicara, suaranya nyaris tak terdengar, masih mencengkeram tes kehamilan yang positif itu seolah-olah itu adalah senjata. "Dia tidak mungkin... Bianca...""Dia berbohong," kata Damien, tetapi suaranya hampa. Dia tidak percaya pada kata-katanya sendiri."Bagaimana mungkin?" Anna gemetar, bersandar di kusen pintu. "Dia membenciku, ya. Tapi dia... dia tidak seperti Lucien. Dia tidak...""Jahat?" potong Damien, matanya kini berkilat dengan pemahaman yang dingin dan baru. "Dia baru saja
Last Updated: 2025-11-06