Home / Romansa / Bimbingan Terlarang Dosen Gay / Bab 49 Pertemuan kedua

Share

Bab 49 Pertemuan kedua

Author: Penulis Hoki
last update Last Updated: 2025-11-22 00:55:18

Adrian mendengus, sudut bibirnya terangkat sedikit. Senyum miring yang biasa ia tunjukkan sebelum menerkam mangsanya. Ia melangkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka hingga Dara bisa mencium aroma yang kini begitu akrab di indra penciumannya. Aroma yang sama yang melekat di bantalnya setiap pagi.

"Jangan konyol," kata Adrian. Tangannya terulur, jari-jarinya yang panjang menyentuh rahang Dara, mendongakkan wajah gadis itu. "Kamu terlihat terlalu rapi."

Dara menahan napas saat ibu jari Adrian mengusap kulit lehernya yang sensitif. Ia tahu sentuhan ini. Ia tahu ke mana arahnya. "Jadi? Anda mau saya berantakin rambut?"

"Kurang," bisik Adrian. Tatapannya turun ke perpotongan leher dan bahu Dara. "Kita perlu memastikan ibuku tahu bahwa anaknya yang dingin ini berfungsi dengan sangat baik. Bahwa kita tidak hanya berpegangan tangan di taman."

Dara mengerti seketika. Wajahnya memanas.

"Kenapa? Keberatan?" tantang Adrian, alisnya terangkat. "Kita suda

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 49 Pertemuan kedua

    Adrian mendengus, sudut bibirnya terangkat sedikit. Senyum miring yang biasa ia tunjukkan sebelum menerkam mangsanya. Ia melangkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka hingga Dara bisa mencium aroma yang kini begitu akrab di indra penciumannya. Aroma yang sama yang melekat di bantalnya setiap pagi."Jangan konyol," kata Adrian. Tangannya terulur, jari-jarinya yang panjang menyentuh rahang Dara, mendongakkan wajah gadis itu. "Kamu terlihat terlalu rapi."Dara menahan napas saat ibu jari Adrian mengusap kulit lehernya yang sensitif. Ia tahu sentuhan ini. Ia tahu ke mana arahnya. "Jadi? Anda mau saya berantakin rambut?""Kurang," bisik Adrian. Tatapannya turun ke perpotongan leher dan bahu Dara. "Kita perlu memastikan ibuku tahu bahwa anaknya yang dingin ini berfungsi dengan sangat baik. Bahwa kita tidak hanya berpegangan tangan di taman."Dara mengerti seketika. Wajahnya memanas."Kenapa? Keberatan?" tantang Adrian, alisnya terangkat. "Kita suda

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 48 Tanda yang asli

    Adrian menepati janjinya, meski dengan wajah yang seakan-akan baru saja menelan lemon utuh.Satu jam kemudian, sebuah taksi berhenti di depan gerbang besi raksasa kediaman Mahesa. Dari jendela lantai dua, Dara melihat Riana turun dengan mulut menganga. Temannya itu berputar-putar, menatap pilar-pilar marmer dan taman yang luasnya seperti alun-alun kota, sebelum akhirnya terlihat ragu untuk menekan bel."Dia terlihat seperti turis yang tersesat," komentar Adrian yang berdiri di samping Dara. Tangannya bersedekap, tatapannya menilai. "Temanmu itu berisik?""Dia ceria," koreksi Dara. "Sesuatu yang rumah ini sangat butuhkan.""Hmph. Ingat aturannya. Ponsel disita. Tidak ada foto. Tidak ada update status 'Sedang di rumah Dosen Killer'. Dan dia tidur di kamar tamu sayap barat. Jauh dari kamar kita.""Kamar kita?" Dara menaikkan alis.Adrian mendengus. "Kamar utama. Jangan besar kepala."Ketika Riana akhirnya masuk, dikawal oleh seorang pelayan yang terlihat lebih rapi daripada Riana saat wi

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 47 Sepakat

    Klik.Adrian menutup teleponnya. Di seberang meja, Dara menatapnya. Ia bisa melihat dengan jelas urat di leher Adrian yang menegang. Pria yang baru saja memenangkan negosiasi dan mempromosikannya menjadi Nyonya Muda, kini terlihat... panik."Nyonya Muda," ulang Adrian pelan, suaranya terdengar hampa. Ia menoleh ke Dara, dan Dara tidak melihat sang Dosen Es, sang predator, atau sang kekasih yang menuntut. Ia melihat seorang pria yang baru saja didorong ke tepi jurang."Anda terlihat... tidak senang," kata Dara hati-hati.Adrian tertawa. Tawa yang kering, pendek, dan sama sekali tidak lucu. "Tidak senang?" ulangnya. "Aku baru saja menyetujui sesuatu yang mustahil."Ia bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya yang luas. Gerakannya tidak lagi terkendali dan anggun. Gerakannya kaku dan penuh amarah."Kamu pikir pertunjukan di meja makan keluarga itu sulit?" tanyanya, lebih pada dirinya sendiri. "Itu hanya... hidangan pembuka. Itu mudah. Aku ada di sana. Aku bisa meng

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 46 Adrian curang

    Dara terbangun dengan perasaan paling aneh yang pernah ia rasakan.Tubuhnya sakit, lemas, dan terasa berat, tapi ia tidak kedinginan. Ia membuka matanya dan mendapati dirinya masih terjerat dalam pelukan Adrian. Pria itu tidur dengan lelap, tapi bahkan dalam tidurnya, lengannya melingkari pinggang Dara seperti sabuk pengaman, posesif dan tak terbantahkan.Semalam.Semua ingatan itu kembali menerjangnya. Sesuatu yang kacau, penuh gairah, dan dilakukan atas dasar... kesetaraan yang aneh?Ia menatap wajah pria yang tertidur di sampingnya. Garis rahangnya yang tegas tampak lebih rileks, bibirnya yang biasanya sinis kini terlihat lebih penuh.Dia menepati janjinya.Ia teringat Adrian berbisik, "Hanya kita." Dan untuk sisa malam itu, memang hanya mereka. Ia tidak menuntut atau menghukum. Mereka hanya... bercinta. Berkali kali. Hingga Dara kelelahan dan tertidur dalam pelukannya.Perlahan, sangat perlahan, Dara mencoba menggeser lengan Adrian. Ia harus bangun. Ia harus... memproses ini semua

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 45 Malam yang berbeda

    Garasi itu terasa sunyi dan dingin, tapi udara di antara Adrian dan Dara terasa panas membara. Ciuman itu bukan lagi sebuah serangan. Itu adalah sebuah ledakan.Adrian tidak sedang memainkan peran Dosen Es, Tuan yang Posesif, atau Peneliti yang Kejam. Ia hanyalah... Adrian. Dan ia baru saja melihat seorang wanita muda membungkam ibunya yang tiran dan menghancurkan rivalnya (Dr. Rina) hanya dengan beberapa kalimat cerdas.Dan itu, bagi seorang pria yang menghargai kecerdasan di atas segalanya, adalah afrodisiak terkuat di dunia.Bibirnya melumat bibir Dara, tidak lagi menghukum, tapi... mempelajari. Menuntut, ya, tapi juga bertanya. Tangannya yang satu masih di pintu mobil, sementara tangan yang lain menangkup rahang Dara, ibu jarinya mengelus pipinya dengan gerakan yang nyaris lembut.Dara seharusnya mendorongnya. Ia seharusnya menamparnya. Ia seharusnya menagih janjinya soal kebebasan.Tapi tidak.Ia terhanyut. Ia baru saja selamat dari sarang naga. Adrenalin masih membanjiri tubuhn

  • Bimbingan Terlarang Dosen Gay   Bab 44 Serangan kedua

    Kedipan mata Dara yang cepat dan penuh makna itu adalah sebuah bom kecil yang meledak di tengah keheningan meja makan.Adrian membeku. Ia menatap Dara. Gadis ini, yang beberapa minggu lalu meringkuk ketakutan di bawah kungkungannya, baru saja menyelamatkannya dari ibunya sendiri. Ia tidak hanya memainkan perannya tapi ia baru saja mengambil alih seluruh naskah, menulis ulang dialognya, dan mengarahkan adegan itu dengan sempurna.Ibu Mahesa, yang jelas-jelas kalah telak, berdeham. "Anak muda jaman sekarang," katanya, suaranya kaku. "Selalu penuh... kejutan." Ia memberi isyarat pada pelayan. "Hidangan utama."Suasana kembali cair, tapi semuanya telah berubah. Para paman dan bibi mulai berbisik di antara mereka, tatapan mereka pada Dara kini bukan lagi sekadar ingin tahu, tapi dipenuhi rasa hormat yang enggan. Dr. Rina tampak seperti akan sakit, ia meletakkan serbetnya dan menolak hidangan utama. Reza, yang terlalu mabuk untuk mengerti nuansa yang baru saja terjadi, hanya bersulang sendi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status