Beranda / Romansa / Bintangku / A Boy Named Raka

Share

A Boy Named Raka

Penulis: Wynstelle
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 09:09:03

Ravi berlari menghampiri putrinya. Ia langsung mengusap keningnya dan merasakan suhu tubuh Kyla yang sedikit tinggi. 

 

"Ky, kamu kenapa? Wajah kamu sangat merah?! Kamu demam?!" seru Ravi, benar-benar cemas.

Kyla langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan memalingkan wajahnya dari Ayahnya. Menghindari telapak tangan besar milik Ayahnya yang berusaha mencapai permukaan keningnya.

"Tidak. Aku baik saja Ayah!" sahut Kyla, menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

"Tapi wajahmu merah. Coba Ayah lihat dulu, sayang!!" ucap Ravi, bersikeras. Bahan lelaki itu ikut berputar-putar saat Kyla terus berusaha menghindari dirinya.

"Tidak mau.." elak Kyla, keras kepala.

"Kyla!!" seru Ravi, penuh kesabaran. Ia tetap berusaha menghentikan aksi putrinya yang terus berputar-putar untuk menghindari tangannya dengan mencengkeram kedua pundaknya pelan.

"Aku baik-baik saja!" jerit Kyla, mulai kesal dengan perlakuan Ayahnya yang selalu mencemaskan dirinya secara berlebihan.

Lelah melihat pertengkaran Ayah dan anak itu, lelaki kecil yang sedari tadi hanya berdiam diri sambil melihat aksi mereka berdua, akhirnya pun menengahi keduanya.

"Paman Ravi. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Sebaiknya aku dan em ... siapa namanya?"

"Kyla!"

"Ah.. sebaiknya aku dan Kyla segera masuk ke dalam. Lagi pula, Kyla belum menemui wali kelas kan?!" tanya bocah lelaki itu, dengan meyakinkan Ravi agar mereka segera di izinkan masuk ke dalam area sekolah.

Ravi berpikir sejenak. Kemudian ia memandang wajah putrinya Kyla, dengan tatapan ragu. "Kamu yakin baik-baik saja?!" tanya Ravi, memastikan sebelum dirinya membiarkan putrinya pergi.

Menganggukkan kepalanya antusias. Kyla pun mengacungkan kedua ibu jarinya ke arah Ravi. "Aku baik-baik saja Ayah. Sungguh!" ucap Kyla, meyakinkan.

Menghembuskan napas panjang. Ravi pun mengusap-usap puncak kepala Kyla sayang dan mengecup pipinya, sekali.

"Baiklah kalau begitu. Masuklah. Biar Raka yang mengantarkan kamu ke ruang guru," ucap Ravi, kepada Kyla. 

"Oke, Ayah!" jawab Kyla, menganggukkan kepalanya mengerti.

"Raka, Paman titip Kyla selama di sekolah ya. Jangan bertengkar!" ucap Ravi, memperingatkan mereka berdua.

Dan kedua anak itu pun menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu segera menyalami tangan Ravi secara bergantian. Dan segera meninggalkan tempat tersebut.

Ravi melambaikan tangannya. Dan menatap kedua anak itu sampai menghilang dari pandangannya. Setelah itu, barulah ia berangkat ke kantor untuk bekerja.

***

Berjalan bersisian. Kyla dan anak lelaki bernama Raka itu masuk ke dalam gedung sekolah Primary School Dinh Hoa bersama-sama.

Saling diam dan tidak menatap satu sama lain. Raka yang tadi terlihat seperti seorang anak yang ceria dan polos ternyata memiliki sisi dingin hingga membuat Kyla merasa canggung.

Kyla mengikuti langkah kecil Raka yang sengaja di pelankan untuk menyamakan jangka pendek kaki Kyla, dengan terus memandangi pepohonan yang sengaja ditanam berjajar di tepi lapangan agar terlihat lebih rindang.

Greb..

Langkah kaki Kyla terhenti. Ia langsung menolehkan kepalanya ke arah belakang saat melihat tangan kecil Raka menggenggam kerah belakang bajunya dan menariknya mundur, perlahan-lahan.

"A-ada apa?!" tanya Kyla, tergagap.

Raka yang melihat wajah gadis manis di depannya ini hanya bisa menghela napasnya kasar dan melepaskan tangannya dari kerah baju Kyla. Menunjuk ke arah sebuah papan kayu yang menggantung di salah satu sisi bingkai pintu.

Teacher

Tulisan itu terpahat dengan gaya tulisan latin. Dan Kyla yang bisa membacanya dengan jelas, langsung mengetahui apa maksud dari semua tingkah Raka kepadanya.

"A-ah ... terima kasih sudah mengantarku!" ucap Kyla, menundukkan kepalanya pelan dan kembali memandang Raka yang masih setia berada di depannya dengan sebelah tangan yang sudah singgah di gagang pintu Ruang Guru.

"Kamu bisa masuk sendiri?" tanya Raka, menaikkan sebelah alisnya dan memandang wajah Kyla dengan tatapan ragu-ragu.

Mengangguk ambigu, Kyla pun memegang gagang pintu ruang guru dan hendak masuk ke dalam sana. 

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Tap..

Kyla kembali memandang Raka yang masih setia di posisinya. Memandang Kyla yang juga memandang dirinya dengan tatapan polos.

"Em ... siapa nama guru kita?!" tanya Kyla, mengedipkan matanya polos dan memandang Raka dengan wajah lugunya.

"Mr. Nam!" ucap seorang lelaki, tapi bukan Raka yang berada di depan Kyla. Melainkan seorang lelaki berpakaian adat Vietnam dengan menutupi wajahnya menggunakan kipas lipat.

Raka dan Kyla menatapnya dengan tatapan polos. Dan beberapa saat kemudian, Raka menundukkan kepalanya memberi salam kepada lelaki itu, singkat.

"Selamat pagi Mr. Lanh," sapa Raka, dengan menyunggingkan senyum tipis.

Walau lelaki itu tidak memperlihatkan wajahnya. Tapi Kyla tahu jika lelaki itu tengah tersenyum ramah. Terlihat dari lipatan di ekor matanya yang berkerut samar.

"Selamat pagi. Apakah ini murid baru? Apakah kamu anak perempuan Tuan Ravi yang kemarin mendaftarkan diri bersama Tuan Muda Afkar?!" tanya lelaki itu, membungkukkan sedikit badannya dan melihat wajah Kyla dari dekat.

Mata gadis cilik itu benar-benar terlihat cantik. Walaupun pembawaannya sedikit polos dan kikuk, tapi Mr. Lanh tahu jika Kyla adalah anak perempuan yang kuat dan bisa diandalkan.

Menganggukkan kepalanya pelan. Kyla pun menatap tepat di manik mata Mr. Lanh dengan tatapan lugu.

"Selamat pagi Pak Guru!" ucap Kyla, menyapa dengan ramah.

"Selamat pagi, gadis kecil. Kalian mencari Mr. Nam bukan?"

Raka dan Kyla menganggukkan kepalanya antusias. Dan lelaki bersurai coklat gelap itu pun menunjukkan sebuah arah.

"Mr. Nam ada di sana. Tapi kalian tidak perlu ke sana. Cukup kembali ke kelas dan minta ketua kelas untuk memperkenalkan Kyla. Mengerti?!" 

"Baiklah Mr. Lanh. Kalau begitu kami permisi."

"Baiklah. Dadah.." Mr. Lanh melambaikan tangannya saat melihat Raka dan Kyla mulai meninggalkan tempat tersebut.

Sementara Kyla kembali mengikuti langkah Raka dari samping dengan suasana yang kembali canggung.

"Kenapa kamu diam saja dari tadi? Apakah kamu bisu?!" tanya Raka, membuat Kyla menolehkan kepalanya dan menaikkan sebelah alisnya aneh.

"Tadi aku berbicara. Berarti aku tidak bisu. Aku diam karena sepertinya kamu tidak akan senang saat aku mengajakmu berbicara lebih dulu!" ucap Kyla, menjelaskan.

Raka terdiam. Ia hanya memandangi wajah Kyla yang menatapnya dengan pandangan damai dan tidak ingin bertengkar walaupun ia telah mengatakan hal seperti barusan kepadanya.

"Memangnya bagaimana wajahku?!" tanya Raka, dengan menunjuk dirinya sendiri. Tak lupa dengan tatapan bingung yang sudah menyertai gelagatnya itu.

"Em ... entah lah. Ketus mungkin. Karena wajahmu terlihat datar seperti ini!" ucap Kyla, dan menunjukkan bagaimana ekspresi wajah Raka yang sedari tadi ia tunjukan kepada Kyla hingga Kyla tidak berani mengajaknya berbicara.

Pft..

Raka tertawa. Melihat wajah Kyla yang flat tanpa ekspresi benar-benar sangat menggemaskan bagi Raka. Ah ... tunggu? Mengapa Kyla terlihat sangat menggemaskan???

Ehem..

Raka berdehem. Ia kembali diam dan memperhatikan wajah Kyla yang hanya bisa memandangnya dengan tatapan aneh.

Mengulurkan tangannya ke arah Kyla, Raka pun memperkenalkan dirinya kepada Kyla tanpa di tanya. 

 

"Namaku Raka Prasetya. Panggil saja Raka! Kalau kamu, siapa namamu?!"

Memandang tangan Raka yang menggantung di udara dengan menunggu balasan dari dirinya, Kyla pun menjawab dengan polos.

"Bukannya kamu sudah tahu siapa aku? Mengapa berpura-pura tidak tahu?! Tadi Ayah kan sudah memberi tahu namaku. Lagi pula, saat di kelas nanti aku akan memperkenalkan diriku! Jadi, bisakah kita pergi ke kelas saja sekarang?!" ucap Kyla, membuat Raka mendelik kesal dan kembali menyimpan tangannya.

"Hem. Baiklah! Ayo pergi," ucap Raka, dengan tatapan datar dan pengucapan yang dingin dan acuh.

Hem??? Apakah dia marah? batin Kyla, memiringkan sedikit kepala dan kemudian menggidikkan bahunya acuh. 

Lalu Kyla segera mengejar langkah Raka yang sengaja ia percepat agar Kyla berlari mengejarnya, mungkin! 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bintangku   Keributan Kecil #2

    "Hahh ... aku lelah tersenyum," gumam Fajar, meneguk air sirop yang baru saja di berikan oleh Bintang ke padanya. "Kenapa kamu sangat terlambat tadi? Menjemput kekasihmu? Padahal rumahnya sangat jauh dari rumahmu," ucap Bintang, duduk di sampingnya sambil memakan sepotong kue ulang tahunnya. "Tidak, Mama sedang sakit jadi aku baru tidur saat pagi dan bangun kesiangan. Terlebih menjemput Nabila membutuhkan waktu yang cukup lama karena aku terkena tilang oleh Kakaknya," keluh Fajar, mengembuskan napasnya kasar. Bintang yang mendengar itu hanya terkekeh menertawakannya. "Kakaknya yang siapa? Aku kenal salah satunya, apakah kamu tidak izin jika akan datang ke partyku?" Fajar menggeleng dan menatap wajah Nabila yang berada di tengah-tengah ke ramaian yang ada. "Aku tidak tahu, jadi aku hanya mengatakan seadanya. Datang ke party sebelah! Namun siapa sangka jika tempatnya berubah sangat jauh seperti ini," celatuk Fajar, melirik ta

  • Bintangku   Keributan Kecil

    "Mana kado untukku?" Nabila pun segera mengeluarkan kotak kecil dengan pita besar di atas kotanya, dari dalam tas dan memberikan itu kepada Lintang. "Aku yang membuat desainnya. Semoga kamu suka." "Eh?" Lintang segera membuka kadonya dan menatap sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang yang memiliki batu ruby kecil yang bersinar di dalamnya. "Indah sekali, pasti sangat mahal. Bagaimana kamu bisa menghadiahkan benda seperti ini kepada kawanmu?" ucap Lintang, terharu. Nabila hanya tersenyum dan memberikannya sebuah strawberry yang baru saja ia putik dari kebun Putra. "Makanlah, aku bukan mencurinya. Ini barang halal karena pemilik rumahnya adalah Kakakku, hehe ...." Lintang yang mendengar itu hanya mengembuskan napasnya panjang dan menatap wajah Nabila yang terlihat senang. "Dasar, terima kasih." Lintang memakan buah itu dengan sekali suap dan menatap ke mana Nabila menatap. "Hem ... bagaimana hubunganmu dengan Fajar? Ada perkembangan?" ucap Lintang, menyiku tangan Nabil

  • Bintangku   Acara Penting #2

    "Jar, katanya di kompleks sebelah? Ini jauh banget sih kita jalannya. Mau ke mana?" tanya Nabila, dari sisi samping kanan bahu Fajar. "Acaranya berubah tempat, Nab. Sorry, kamu kabari saja Kakak kamu dulu. Tapi nanti aku bakalan anterin kamu tepat waktu kok," ucap Fajar, menoleh ke arah Nabila sejenak. Nabila pun mengangguk pelan dan menghubungi Jaya lewat pesan teks. Namun seperti yang ia duga, Kakak lelakinya itu sangat marah hingga memintanya kembali sekarang ini juga. Tapi Nabila tidak mengatakannya kepada Fajar dan membiarkan ojek pribadinya ini membawa ia sampai ke tempat tujuan. "Sampai juga!" ucap Fajar, menghentikan motornya di tanah lapang yang hanya memiliki dua rumah yang cukup besar di depan sana. Nabila langsung turun dan menatap lingkungan itu dengan pandangan bingung. "Kayaknya aku pernah ke sini. Hem ... tapi aku lupa karena terakhir kali ke sini saat usia 5 tahun," gumam Nabila, bisa di dengar

  • Bintangku   Acara Penting

    Klap .... Astra menatap wajah Kyla dan Jaya yang terlihat begitu sengit saat memandang dirinya. "Kamu tahu Nabila pergi dengan siapa?" tanya Jaya, mulai posesif. Astra mengangguk pelan dan meninggalkan tempat seraya mengambil segelas air untuk ia minum. "Dengan ketua kelasnya. Tidak perlu khawatir, aku sudah memintanya mengantar pulang sebelum jam acara di mulai dan aku juga sudah meminta nomor ponselnya. Jadi aku bisa menghubunginya saat mereka telat dan memarahinya jika perlu," jelas Astra, mencoba meyakinkan Jaya yang terlihat sangat marah akan tindakannya. "Jika sampai terjadi sesuatu padanya, kamu akan bertanggung jawab sendiri pada Om Ishad dan Tante Cindy. Aku tidak mau membantumu," ucap Jaya, berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Astra yang mendengar itu hanya diam dan mengembuskan napasnya lelah seraya menatap penampilan Kyla yang sudah rapi dan cantik. "Kakak mau ke mana?" tanya

  • Bintangku   Abang Ojek Pribadi

    Klap .... Arjun menutup pintu rumah Kyla dan bersandar di sana. Ia mengembuskan napas kasar dengan memandang undangan yang ia genggam. Hatinya terasa berat sekaligus senang. Ia cukup terhibur dengan perkataan Kyla terakhir kali. Namun di sisi lain ia terlihat sangat sedih melihat gadis yang ia sukai menikah dengan musuh bebuyutannya. "Padahal aku juga cukup baik untuk melindunginya. Tapi mengapa harus dengan lelaki itu? Yang wajahnya saja tidak ingin aku lihat, apa lagi kunjungi untuk mengucapkan kata selamat." Arjun tersenyum getir dan berjalan meninggalkan Apartemen tersebut dengan ekspresi sedih. "Kalau bukan jodoh, ya memang begitulah adanya," gumamnya, berjalan meninggalkan rumah tersebut. *** Hosh ... hosh ... hosh .... Dengan kaki lemas, Astra berjalan keluar dari ruangan olahraga berdama dengan kedua saudaranya. Dengan langkah pelan, mereka berjalan mendekati lemari es dan mengambil seb

  • Bintangku   Urusan Hati

    Gebrak .... Zafar terjatuh dari tempat tidurnya. Seketika ia terbangun dan merintih kesakitan sambil memegangi pundaknya dan punggungnya yang terasa sakit. "Awh ... kenapa pula bisa terjatuh," pekik Zafar, bangkit dari posisinya dan duduk bersandar dengan memegangi pundaknya. "Bagaimana dengan makanannya? Ayah sudah mempersiapkannya? Jika belum, temanku ada yang membuka katering dan makanannya tak kalah dengan restoran. Ia sangat pandai memasak, jadi jangan–" Klek .... Zafar keluar dari kamarnya dan menatap kedua Kakaknya yang sedang berdiskusi saat melewati kamarnya. "Kamu sudah bangun? Cuci muka dan turunlah untuk sarapan. Sebentar lagi kita akan pergi melihat baju yang akan kalian kenakan saat pertunangan," ucap Chika, kembali meneruskan perjalanannya. Zafar hanya mengangguk pelan dan menatap Kakak Iparnya yang masih berdiri di depannya dengan menatap dirinya. "Ada apa?" tanya Zafar, menggaruk kepalan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status