Allyza Kyla Putri, adalah seorang anak angkat yang masuk ke dalam keluarga kaya raya di usianya yang ke 7 tahun. Hidup bahagia setelah 7 tahun hidup bersama dengan Bibinya dan tidak bisa melupakan masa lalu kelam mengenai kedua orang tuanya. Kehidupan Kyla yang saat ini berubah menjadi 180°. Namun hidup bahagia dengan keluarga yang hangat dan bergelimang harta bukanlah sebuah kebahagiaan yang bisa di rasakan oleh Kyla dalam waktu lama. Karena waktu yang ia miliki sangatlah terbatas. Membuat Kyla menginginkan satu permintaan terakhir yang paling absurd kepada keluarga barunya. Pernikahan! Ya.. Kyla ingin merasakan sebuah kehidupan pernikahan sebelum dirinya menutup cerita kehidupan di usia ke 20 tahun. Melalui sebuah perjodohan, Kyla mengenal seorang lelaki yang akan menjadi suaminya dalam hitungan hari. Entah baik atau buruk sifat lelaki itu. Namun karena ini keinginan terbesarnya, menghadapi lelaki seperti badai pun akan Kyla lalui. Demi merasakan manis dan pahitnya kehidupan rumah tangga yang tidak akan bisa ia rasakan di usia yang seharusnya! Kyla rela meghadapi lelaki kejam dan dingin seperti Naren Barvna Ghazafar. "Aku tidak suka dengan gadis lemah dan tidak bisa di andalkan seperti dirimu. Bagiku, kamu tidak lebih dari seorang wanita penghibur di atas ranjang!" -Naren Barvna Ghazafar. "Seperti apapun sifatmu! Aku tetap ingin mempertahankan pernikahan ini." -Allyza Kyla Putri.
View MoreBerjalan mengitari sebuah kursi besi berulang kali dengan kaki kecilnya, seorang gadis cilik menyunggingkan sebuah senyuman manis dengan memandang wajah Bibinya yang duduk di salah satu sisi kursi tersebut.
Kedua manik mata coklatnya memandang ke arah wanita paruh baya itu dengan tatapan mata yang berbinar-binar."Bibi Nasra! Kapan Ayah, Ibu dan Kakak sampai?!" tanya gadis cilik, mulai menghentikan langkah kakinya yang terdengar ribut.Wanita paruh baya yang merupakan kakak perempuan ibunya itu hanya tersenyum kecil. "Sebentar lagi pasti ibumu sampai Kyla. Ayo cepat duduk di sini. Jangan berlarian seperti itu. Nanti kamu bau keringat loh!" ucap wanita bernama Nasra itu, membelai-belai puncak kepala keponakan kecilnya.Tersenyum lebar, gadis bernama lengkap Allysa Kyla Putri itu langsung duduk dengan patuh di samping Bibinya.Dengan mengayun-ayunkan kedua pasang kakinya ke depan dan ke belakang, Kyla mulai melantunkan sebuah nyanyian dengan suara riang."Bintang kecil--"Sstt..Bibir Kyla langsung terkatup rapat saat seorang wanita berparas cantik dengan tubuh seksi dibalut dengan gaun merah itu, menegurnya.Nasra yang tadinya sibuk memainkan ponselnya langsung mengangkat kepalanya dan memandang wanita yang duduk di seberang kursinya.Dengan tatapan tajam, Nasra memandang sinis wanita yang sedang duduk di depannya dengan menyilangkan kedua kakinya dan melihat kedua tangannya di dada.Menghembuskan napas panjang, Nasra pun kembali memfokuskan perhatiannya pada keponakan kecilnya."Kyla. Ayo kita duduk di sana. Jika duduk di sana, kamu bisa melihat pesawat!" ucap Bibi Nasra, membujuknya.Namun Kyla kecil hanya bisa diam dan menuruti permintaan Bibinya tersebut. "Kakak jelek! Wek.." cibir Kyla, menjulurkan lidahnya mengejek wanita bergaun merah terang itu.Memandang bocah perempuan itu dengan tatapan kesal. Tiba-tiba ia berteriak marah dan menyumpahi seorang gadis kecil yang tingginya bahkan belum mencapai pinggangnya."Aku doakan kamu tidak akan bahagia untuk waktu yang panjang!" jerit wanita itu, membuat dirinya dijadikan bahan tontonan orang-orang di sekitarnya.Kyla memandang wajah wanita itu yang seakan-akan menangis di balik kacamata hitam yang menutupi sebagian dari wajah cantiknya.Apakah aku sudah melakukan kesalahan?! pikir bocah perempuan itu, sedikit merasa bersalah dengan wanita itu.Grt..Langkah Bibi Nasra terhenti ketika keponakan kecilnya itu tiba-tiba menahan pergerakan mereka."Ada apa Kyla? Kamu tidak ingin melihat pesawat?!" tanya Bibi Nasra, memandang wajah keponakannya yang terlihat tidak bahagia. Padahal beberapa menit yang lalu ia masih terlihat riang gembira.Menarik saku jas kerja milik Bibi Nasra. Tiba-tiba Kyla memasukkan tangan kecilnya ke dalam sana. Mencari-cari sebuah benda kecil yang bisa membuat semua orang senang ketika mendapatkannya.Bibi Nasra hanya bisa memandang wajah keponakan kecilnya yang terlihat begitu serius merogoh saku jas kerja miliknya itu.Dengan posisi yang sudah setengah berjongkok. Bibi Nasra hanya bisa diam dan membiarkan Kyla selesai dengan urusannya.Mengambil 3 buah permen coklat. Kyla pun kembali berlari ke arah wanita yang baru saja meneriakinya dengan sangat keras itu.Berdiri di depan wanita bertubuh tinggi, Kyla menyodorkan genggaman tangannya yang berisikan tiga buah permen coklat kesukaannya.Orang-orang yang memperhatikan tingkah bocah kecil itu hanya bisa tersenyum kecil sambil terus mengawasi pergerakannya."Kakak cantik!" panggil Kyla, seakan-akan memberikan jeda sejenak untuk memberi waktu nona di depannya ini, agar mau memperhatikan dirinya.Menoleh ke arah Kyla, wanita itu memandang wajah gadis kecil yang memandangnya dengan tatapan polos nan lugu. Wanita cantik itu pun memandang wajah Kyla dengan benar. Menunggu kalimat seperti apa yang akan keluar dari dalam mulut kecilnya."Jangan menangis, kak!" ucap Kyla, tiba-tiba membuat wanita itu terdiam dengan tubuh kaku.Diam mematung dengan memandang wajah Kyla yang seperti bisa membaca semua pemikirannya, wanita itu pun menghela napas pelan."Aku tidak menangis!" sanggah wanita itu, dengan suara yakin dan tegas.Namun Kyla malah menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Lalu Kyla meraih salah satu tangan wanita di hadapannya dan meletakan benda apa yang ia genggam sedari tadi. Sambil berkata,"Memang tidak menangis. Tapi! Walaupun ditutupi dengan kaca mata hitam. Kyla masih bisa melihat mata kakak cantik yang bengkak. Oleh karena itu, jangan memaksakan diri dan makan saja permen ini, kakak!" ucap gadis berusia 4 tahun itu, berbicara layaknya seorang wanita dewasa yang sedang menasihati temannya.Bibi Nasra menarik tubuh Kyla mundur. Menundukkan kepalanya sejenak dan meminta maaf kepada wanita yang berada di depan keponakannya."Maafkan kelakuan putri saya."Dan setelah mengatakan itu, Bibi Nasrah menggandeng tangan mungil Kyla. Dan membawa gadis cilik berusia 4 tahun itu pergi meninggalkan tempat.Berjalan mengikuti langkah Bibinya yang sedikit cepat. Kyla tampak tertatih-tatih dalam menyamakan irama langkah mereka."Lain kali tidak boleh seperti itu ya Ky!" ucap Bibi Nasra, tanpa memandang wajah Kyla dan fokus memandang ke arah depan. Namun Kyla yang memperhatikannya dengan tatapan lugu, hanya bisa mendengarkan nasehat Bibinya. Mengapa? Apakah aku melakukan kesalahan?! Perasaan Kyla, dia baru saja melakukan hal baik?! Namun mengapa Bibi Nasra menegurnya??Dilanda sebuah kebingungan. Kyla pun tidak memperhatikan sekitarnya dengan baik.Dap..Langkah mereka berdua terhenti. Kyla yang sedari tadi sibuk bergelut dengan pemikirannya sendiri, akhirnya mendongkakkan kepalanya dan memandang apa yang tengah terjadi.Tatapan Bibi Nasra tampak sangat fokus memandang ke salah satu arah. Beberapa saat mereka terdiam. Dan beberapa saat kemudian, Bibi Nasra langsung menggendong tubuh mungil Kyla dengan gelagat yang aneh.Ada apa ini? Kenapa semua orang panik?! batin gadis berusia 4 tahun yang sudah berada di dalam dekapan Bibinya dan sedang melarikan diri.Memandang ke arah depan. Lebih tepatnya ke bagian belakang punggung Bibi Nasra, Kyla melihat sebuah pesawat yang hendak mendarat! Dan sandar. Bahkan beberapa orang membantu sang pilot mengarahkan pesawatnya dengan baik. Namun di sisi lain, sebuah helikopter membuat kesalahan yang fatal.Dengan kecepatan tinggi sang pilot helikopter mengarahkan kendaraannya ke arah pesawat yang sudah hampir mendarat.Membuat semua orang yang melihatnya menjadi tegang dan beberapa orang lainnya berhamburan pergi. Lekas meninggalkan tempat tersebut. Dan Bibi Nasra adalah salah satunya.Merasakan tanda-tanda bahaya, Bibi Nasra tidak berpikir panjang untuk membawa Kyla kabur sejauh mungkin dari tempat itu.Tidak seperti orang-orang yang malah melihat dan mengamati kejadian itu dengan bodoh."Itu pesawat Mama?!" seru Kyla, dengan menunjuk ke arah pesawat berwarna merah putih yang tengah di landa bencana.Memejamkan matanya. Bibi Nasrah semakin mendekap tubuh keponakan erat. "Maafkan Bibi sayang. Maafkan Bibi.." Bersamaan dengan terdengarnya kalimat permintaan maaf dari Bibi Nasra, sebuah suara ledakkan yang sangat nyaring menghantam pendengaran Kyla, kuat.DUAR..Dan membuat gadis berusia 4 tahun itu, tidak sadarkan diri detik itu juga."Hahh ... aku lelah tersenyum," gumam Fajar, meneguk air sirop yang baru saja di berikan oleh Bintang ke padanya. "Kenapa kamu sangat terlambat tadi? Menjemput kekasihmu? Padahal rumahnya sangat jauh dari rumahmu," ucap Bintang, duduk di sampingnya sambil memakan sepotong kue ulang tahunnya. "Tidak, Mama sedang sakit jadi aku baru tidur saat pagi dan bangun kesiangan. Terlebih menjemput Nabila membutuhkan waktu yang cukup lama karena aku terkena tilang oleh Kakaknya," keluh Fajar, mengembuskan napasnya kasar. Bintang yang mendengar itu hanya terkekeh menertawakannya. "Kakaknya yang siapa? Aku kenal salah satunya, apakah kamu tidak izin jika akan datang ke partyku?" Fajar menggeleng dan menatap wajah Nabila yang berada di tengah-tengah ke ramaian yang ada. "Aku tidak tahu, jadi aku hanya mengatakan seadanya. Datang ke party sebelah! Namun siapa sangka jika tempatnya berubah sangat jauh seperti ini," celatuk Fajar, melirik ta
"Mana kado untukku?" Nabila pun segera mengeluarkan kotak kecil dengan pita besar di atas kotanya, dari dalam tas dan memberikan itu kepada Lintang. "Aku yang membuat desainnya. Semoga kamu suka." "Eh?" Lintang segera membuka kadonya dan menatap sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang yang memiliki batu ruby kecil yang bersinar di dalamnya. "Indah sekali, pasti sangat mahal. Bagaimana kamu bisa menghadiahkan benda seperti ini kepada kawanmu?" ucap Lintang, terharu. Nabila hanya tersenyum dan memberikannya sebuah strawberry yang baru saja ia putik dari kebun Putra. "Makanlah, aku bukan mencurinya. Ini barang halal karena pemilik rumahnya adalah Kakakku, hehe ...." Lintang yang mendengar itu hanya mengembuskan napasnya panjang dan menatap wajah Nabila yang terlihat senang. "Dasar, terima kasih." Lintang memakan buah itu dengan sekali suap dan menatap ke mana Nabila menatap. "Hem ... bagaimana hubunganmu dengan Fajar? Ada perkembangan?" ucap Lintang, menyiku tangan Nabil
"Jar, katanya di kompleks sebelah? Ini jauh banget sih kita jalannya. Mau ke mana?" tanya Nabila, dari sisi samping kanan bahu Fajar. "Acaranya berubah tempat, Nab. Sorry, kamu kabari saja Kakak kamu dulu. Tapi nanti aku bakalan anterin kamu tepat waktu kok," ucap Fajar, menoleh ke arah Nabila sejenak. Nabila pun mengangguk pelan dan menghubungi Jaya lewat pesan teks. Namun seperti yang ia duga, Kakak lelakinya itu sangat marah hingga memintanya kembali sekarang ini juga. Tapi Nabila tidak mengatakannya kepada Fajar dan membiarkan ojek pribadinya ini membawa ia sampai ke tempat tujuan. "Sampai juga!" ucap Fajar, menghentikan motornya di tanah lapang yang hanya memiliki dua rumah yang cukup besar di depan sana. Nabila langsung turun dan menatap lingkungan itu dengan pandangan bingung. "Kayaknya aku pernah ke sini. Hem ... tapi aku lupa karena terakhir kali ke sini saat usia 5 tahun," gumam Nabila, bisa di dengar
Klap .... Astra menatap wajah Kyla dan Jaya yang terlihat begitu sengit saat memandang dirinya. "Kamu tahu Nabila pergi dengan siapa?" tanya Jaya, mulai posesif. Astra mengangguk pelan dan meninggalkan tempat seraya mengambil segelas air untuk ia minum. "Dengan ketua kelasnya. Tidak perlu khawatir, aku sudah memintanya mengantar pulang sebelum jam acara di mulai dan aku juga sudah meminta nomor ponselnya. Jadi aku bisa menghubunginya saat mereka telat dan memarahinya jika perlu," jelas Astra, mencoba meyakinkan Jaya yang terlihat sangat marah akan tindakannya. "Jika sampai terjadi sesuatu padanya, kamu akan bertanggung jawab sendiri pada Om Ishad dan Tante Cindy. Aku tidak mau membantumu," ucap Jaya, berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Astra yang mendengar itu hanya diam dan mengembuskan napasnya lelah seraya menatap penampilan Kyla yang sudah rapi dan cantik. "Kakak mau ke mana?" tanya
Klap .... Arjun menutup pintu rumah Kyla dan bersandar di sana. Ia mengembuskan napas kasar dengan memandang undangan yang ia genggam. Hatinya terasa berat sekaligus senang. Ia cukup terhibur dengan perkataan Kyla terakhir kali. Namun di sisi lain ia terlihat sangat sedih melihat gadis yang ia sukai menikah dengan musuh bebuyutannya. "Padahal aku juga cukup baik untuk melindunginya. Tapi mengapa harus dengan lelaki itu? Yang wajahnya saja tidak ingin aku lihat, apa lagi kunjungi untuk mengucapkan kata selamat." Arjun tersenyum getir dan berjalan meninggalkan Apartemen tersebut dengan ekspresi sedih. "Kalau bukan jodoh, ya memang begitulah adanya," gumamnya, berjalan meninggalkan rumah tersebut. *** Hosh ... hosh ... hosh .... Dengan kaki lemas, Astra berjalan keluar dari ruangan olahraga berdama dengan kedua saudaranya. Dengan langkah pelan, mereka berjalan mendekati lemari es dan mengambil seb
Gebrak .... Zafar terjatuh dari tempat tidurnya. Seketika ia terbangun dan merintih kesakitan sambil memegangi pundaknya dan punggungnya yang terasa sakit. "Awh ... kenapa pula bisa terjatuh," pekik Zafar, bangkit dari posisinya dan duduk bersandar dengan memegangi pundaknya. "Bagaimana dengan makanannya? Ayah sudah mempersiapkannya? Jika belum, temanku ada yang membuka katering dan makanannya tak kalah dengan restoran. Ia sangat pandai memasak, jadi jangan–" Klek .... Zafar keluar dari kamarnya dan menatap kedua Kakaknya yang sedang berdiskusi saat melewati kamarnya. "Kamu sudah bangun? Cuci muka dan turunlah untuk sarapan. Sebentar lagi kita akan pergi melihat baju yang akan kalian kenakan saat pertunangan," ucap Chika, kembali meneruskan perjalanannya. Zafar hanya mengangguk pelan dan menatap Kakak Iparnya yang masih berdiri di depannya dengan menatap dirinya. "Ada apa?" tanya Zafar, menggaruk kepalan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments