Share

Episode 4

"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.

Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi.

"Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?" 

"Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa

"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang."

"Ada mah, ada!"

"Sudahlah, mungkin tadi itu kamu mimpi. Itu hanya bunga tidur."

"Tapi mah."

Sudah sayang. Kata dokter, kalau besok kamu sedah mendingan kamu bisa keluar dari rumah sakit ini,"kata Bu Delia menghibur anaknya. 

Bu Delia membelai anak berusia dua puluh tahun nya itu sampai tertidur lagi. Matanya tak sengaja melihat jam yang tertempel di dinding. Iya sedikit terkejut melihat jarum jam yang menunjukkan pukul dua pas tengah malam ini.

"Ah,mungkin kebetulan saja."pikirnya tak banyak.

**

Keesokan harinya Jessy dan Shela datang menjenguk sahabat nya. Mereka berdua langsung masuk ke dalam kamar pasien Risa.

"Hay, Risa."sapa Jessy dan Shela tanpa menghentikan langkahnya.

"Ehhemmmm,"Batuk Bu Delia yang seketika menghentikan langkah kedua gadis itu.

" Eh Tante, selamat pagi Tante. " sapa Shela yang melihat Bu Delia duduk di sofa.

"Pagi Tante"

"Pagi Jessy, Shela"balas Bu Delia tersenyum.

"Jessy, Shela. Aku senang kalian datang."Sambut Risa memeluk kedua sahabatnya.

"Bagaimana kabarmu?"tanya Shela."

"Aku sudah baikan, ini sebentar lagi mau pulang"jawab Risa.

"Nah bagus deh kalo begitu,"Ucap Shela.

"Riss, lihat siapa yang ada di depan pintu,"kata Jessy. Risa langsung menoleh ke arah yang ditunjuk sahabat nya.

"Pagi sayang, "ujar Radit yang berdiri di depan pintu dengan seikat bunga di tangannya.

Risa tertegun melihat kedatangan sosok pria pujaannya.Iya berusaha melemparkan kode mata ke arah Radit namun Radit tidak mengerti akan hal itu. 

"Sayang, ini bunga untukmu. Cepat sembuh yah"ujar Radit menghampiri Risa yang masi duduk di atas ranjang pasien.

"Ehhhemmmmm ... "Batuk Bu Delia menahan tawa.

Mendengar itu, Radit langsung terpaku di tempat. Tubuhnya kaku dan wajahnya memerah menahan malu. Iya dengan canggung memaksakan senyum lebar di wajahnya. "Ehh, Tante. Pagi Tante."

"Pagi Dit, itu bunga buat siapa?"tanya Bu Delia menahan tawanya.

"Ah bunga ini yah, emm oh tentu saja untuk Tante,"ucap Radit sembari memberi bunga mawar yang tadi dibawanya.

"Oh buat Tante yah, makasi deh kalau begitu."kata Bu Delia menerima bunganya.

"Iya Tante. sama-sama,"kata Radit lalu menghampiri Risa bersama Jessy dan Shela.

"Sabar yah Dit, hehehe,"ejek Jessy terkekeh geli

"Gak papa deh, buat calon mertua"bisik Radit. Risa dan Shela hanya tertawa mendengar perkataan Radit.

"Mau pulang sekarang?"tanya Radit.

"Iyah, nih lagi nunggu papa"

"Emm gimana kalau pake mobil ku aja. Dari pada nunggu lama di sini"tawar Radit.

"Emm ... Mah, gimana kalau kita pake mobil Radit aja?"ucap Risa ke Bu Delia yang sedang membereskan pakaiannya selama di rumah sakit.

"Emm yaudah lebih cepat lebih baik" kata Bu Delia.

"Lalu kami?"tunjuk Shela ke arah tubuhnya dan Jessy.

"Ikut ke rumah ku lah"ujar Risa.

"Emm tugas kimia kami gimana?"kata Shela.

"Udah nanti aku bantuin. Tenang aja,"balas Risa. Risa adalah anak yang cukup pintar di kampus. Iya bahkan masuk ke kampus terkemuka di Jakarta dengan beasiswa yang iya dapatkan sendiri.

Disisi lain, pak Darwin Masi menyesuri jalan yang terlihat sangat sepi. Iya memilih jalan pintas untuk sampai di rumah sakit. Iya tak mau terjebak dalam kemacetan lalu lintas yang terjadi keseringan akhir ini.

Iya melajukan mobilnya dengan sidikit kecepatan tinggi. Hal ini karena iya harus menjemput anak dan istrinya yang akan keluar hari ini dari rumah sakit. Tiba-tiba seekor kucing hitam melintas di hadapan mobilnya. Sontak pak Darwin menginjak rem mati untuk menghentikan mobilnya. 

"Hehhh sial, apa lagi sih itu,"gerutunya sembari keluar dari mobil. Iya melihat semua sisi jalan untuk mencari sosok apa yang barusan di tabrak nya. Dari depan, belakang, kiri, dan kanan mobil, iya tidak menemukan apapun. Iya mencoba menengok ke bawah mobil namun hasilnya Masi nihil. Iya kembali bangkit dan berkata." Sudahlah, mungkin perasaanku saja." 

Iya hendak masuk kembali ke dalam mobilnya, namun langkah kakinya dihentikan oleh dering telepon dari balik jasnya.

"Halo mah, "ucapnya setelah melihat nama kontak istriya yang tertera.

"Papah gak usa jemput yah. kami sudah pulang,"ujar Bu Delia yang berada di balik telepon.

"Mama pulang sama siapa?"

"Ini kebetulan ada Radit sama temen-teman Risa. Ini kami udah menuju rumah."

"Yasudah kalo gitu,papa langsung ke kantor saja."

"Yasudah hati-hati Pah"

"Iya mah,"pungkasnya lalu mematikan sambungan telepon. Pak Darwin hendak memasuki mobilnya kembai namun iya dikejutkan dengan Seekor Kucing hitam yang sudah bersimbah darah tepat di samping kursi kemudinya.

"Hahhh! Kok bisa di sini?"ungkapnya kaget.

"Kubur dia dengan layak, jika tidak kau akan mengalami kesialan seumur hidupmu,"ujar seseorang kakek tua yang sedikit menyeramkan berdiri tepat di belakang pak Darwin.

"Ah kakek, mengagetkanku saja."

"Tutupi kucing itu dengan baju yang kau pake sekarang. Jika tidak kau akan mendapatkan malapetaka yang tidak terduga," imbuh sang kakek dengan tongkat yang menopang tubuhnya berdiri.

Pak Darwin heran mendengar perkataan kakek barusan Iya menapat setelan jas yang melekat di tubuhnya. 

"Kek bagaimana kalau ka_"ucapannya diserga kakek tua.

"Bajumu, harus bajumu." Tegas kakek.

Iya menatap setelannya lagi yang akan iya pakai ke kantor sekarang ini. Masa iya, dia harus mengorbankan jas yang membaluti tubuhnya hanya untuk seekor kucing.

"Tapi kek a_"ucapnya terpotong melihat kakek tadi sudah menghilang.

"Loh, kemana Kakek tadi? Kok cepat, sih hilangnya."

"Ah sudahlah, lebih baik aku ikuti perkataan kakek tadi. Dari pada nanti aku kena sial," ucapnya patuh.

***

Kolam renang di rumah Risa hari ini terlihat ramai. Risa dan teman-temannya langsung bersantai di pinggir kolam renang yang ada di halaman rumahnya.

Risa meregangkan otot-ototnya sembari menghirup udara yang masi segar di pagi hari. Iya merasa senang akhirnya bisa menikmati udara segar setelah tidur beberapa hari di rumah sakit.

"Seneng banget kayaknya,"ujar Radit sembari duduk di samping kekasihnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status