Accueil / Romansa / Bittersweet Passion / Bab 5. Keputusan Joice

Share

Bab 5. Keputusan Joice

last update Dernière mise à jour: 2023-09-08 13:16:26

Tubuh Marcel menegang mendengar apa yang sang dokter ucapkan. Sepasang iris mata cokelat gelap Marcel berkilat penuh keterkejutan. Pria itu meyakinkan bahwa apa yang dia dengar ini adalah salah, tetapi apa yang dikatakan oleh sang dokter sangatlah jelas. Dia tidak mungkin salah mendengar. 

Bukan hanya Marcel yang terkejut tapi juga Hana. Selama ini yang Hana tahu Joice tidak memiliki kekasih. Fakta tentang kehamilan Joice tentunya sulit dicerna oleh wanita itu.

“K-kandungan Joice lemah? Maksudmu Joice—” Marcel berusaha untuk berucap, namun otaknya menjadi blank hingga membuat kata-kata yang hendak dia ucap tersangkut di tenggorokan.

Sang dokter menatap Marcel. “Maaf, Tuan. Apa Anda tidak tahu kalau Nona Joice Osbert sedang hamil?” tanyanya.

Marcel hanya menggeleng dengan tatapan dingin menatap sang dokter. Tatapan yang tersirat meminta sang dokter untuk menjelaskan padanya secara lebih detail.

“Tuan, usia kandungan Nona Joice Osbert adalah lima minggu. Kandungannya lemah karena saya menemukan di tubuh Nona Joice Osbert dimasuki alkohol. Itu berarti Nona Joice Osbert mengkonsumsi alkohol. Padahal usia kandungan yang masih sangat rentan tidak disarankan minum alkohol,” ujar sang dokter memberi tahu tentang keadaan Joice.

“Tadi Joice minum vodka. A-aku yakin Joice tidak tahu kalau sedang hamil. Itu kenapa dia minum alkohol,” ucap Hana gugup.

Sang dokter menatap Hana. “Ada baiknya, jika kita merasa rutin berhubungan seksual, harus segera memeriksa apalagi jikia sampai mengalami terlambat datang bulan.”

Hana menatap bingung sang dokter. Dia tak tahu harus menjawab apa. Pasalnya, dia sangat mengenal dengan baik Joice. Selama ini Joice tidak pernah dekat dengan siapa pun. Kalau sampai Joice hamil, maka akan menjadi tanda tanya besar siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh Joice.

Marcel tetap diam mendengar apa yang sang dokter katakan. Napasnya berembus kasar. Pria itu memejamkan mata singkat. Benak Marcel sekarang tengah memikirkan tentang kejadiannya dengan Joice saat di Las Vegas.

Shit!’ Marcel mengumpat dalam hati merutuki kejadian yang sama sekali tak pernah dia inginkan. Obat perangsang membuat Marcel benar-benar kehilangan akal sehatnya. Sialnya, di kala dirinya waktu itu dijebak, malah Joice muncul—dan membuat semuanya menjadi berantakan kacau balau.  

“Bagaimana keadaan Joice sekarang?” tanya Marcel dingin pada sang dokter.

“Tuan, kondisi Nona Osbert lemah. Saya harap beliau istirahat total untuk beberapa hari ke depan,” jawab sang dokter memberi saran.

“Apa aku bisa melihat Joice?” tanya Marcel lagi.

“Silakan, Tuan.” Sang dokter mempersilakan Marcel.

Marcel langsung masuk ke dalam ruang rawat Joice. Sedangkan Hana masih bergeming di tempatnya—dengan wajah yang kebingungan. Hana tidak tahu bagaimana harus bertindak. Semuanya sangat sulit untuk dicerna.

Di ruang rawat, Marcel menatap Joice yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Pikiran pria itu berkecamuk. Semua umpatan dan makian sejak tadi lolos di dalam hatinya. Sungguh, dia tidak henti mengumpati kebodohannya yang malah terjebak dalam sebuah lingkaran api.

Semua hal menjadi rumit karena Joice sekarang mengandung. Tanpa ragu, Marcel sangat yakin bahwa Joice mengandung anaknya. Kala itu, Marcel di bawah pengaruh obat perangsang. Dia pasti tidak memakai pengaman. Hal tersebut yang membuat Marcel tak tahu harus melakukan apa. Dia bimbang dalam mengambil sebuah keputusan.

***

Mata Joice mengerjap beberapa kali. Cahaya lampu rumah sakit yang menjadi object pertama yang Joice lihat. Rasa di kepalanya sedikit pusing. Pun perut bagian bawahnya sedikit sakit—hingga membuatnya merintih kesakitan.

“Joice? Kau sudah siuman?” Hana terkejut melihat Joice sudah membuka mata. Kelegaan muncul di dalam hatinya. Paling tidak sekarang dia lihat Joice sudah siuman.

Perlahan, kesadaran Joice sudah mulai pulih. “Hana? Aku di mana?”

“Kau di rumah sakit. Saat fashion show, kau pingsan,” jawab Hana memberi tahu.

Joice terdiam mendengar apa yang dikatakan Hana. Kepingan memori di dalam pikirannya muncul. Ya, Joice mengingat saat acara fashion show malah dirinya jatuh pingsan.

Joice mendesah panjang merutuki kebodohannya. Dia tidak menyangka kalau dirinya selemah ini sampai pingsan di acara penting. Sungguh, itu benar-benar sangatlah memalukan.

“Hana, maafkan aku. Aku yakin aku terlalu lelah sampai seperti ini,” ucap Joice pelan.

Hana menggigit bibir bawahnya. Dia bingung bagaimana harus berbicara dengan Joice. “Hm, Joice. Kau bukan kelelahan. Tapi kau—” Ucapannya menggantung, karena bingung.

“Aku kenapa?” Kening Joice mengerut dalam, menatap lekat Hana, meminta manager-nya itu untuk menjawab.

Hana kian menggigit bibir bawahnya. “Joice, harusnya Marcel yang menyampaikan padamu, bukan aku.”

Tadi, di kala Marcel meminta Hana menjaga Joice, pria itu berpesan pada Hana untuk tidak langsung mengatakan tentang kehamilan Joice pada Joice. Hal tersebut yang membuat Hana tidak bisa berkutik sama sekali.

Kening Joice mengerut dalam, menatap tak mengerti pada Hana. “Kenapa harus Marcel? Ada apa dengannya?” tanyanya.

Hana mendesah panjang. “Joice—”

“Kau sedang mengandung.” Marcel menginterupsi percakapan Joice dan Hana. Pria itu yang tadinya meninggalkan sebentar ruang rawat Joice, sekarang sudah kembali, karena memang dia harus menyelesaikan apa yang harus dirinya selesaikan.

Saat Marcel datang, buru-buru Hana pamit pergi. Hana tidak ingin mengganggu Joice dan Marcel. Pun dia yakin akan ada pembahasan pribadi antara Joice dan Marcel.

Mata Joice melebar mendengar apa yang Marcel katakan. Debar jantungnya berpacu tak karuan. “A-apa? H-hamil?” jawabnya terbata-bata.

Marcel mendekat ke arah Joice. “Ya, kau hamil. Kejadian malam itu saat kita di Las Vegas membuatmu hamil.”

Tubuh Joice menegang. Otaknya kesulitan berpikir. Ingatannya teringat akan dirinya yang memang belakangan ini mual hebat dan juga terlambat datang bulan. Joice menggelengkan kepalanya meyakinkan bahwa ini semua salah.

“Tidak mungkin!” seru Joice dengan mata berkaca-kaca.

Marcel menatap dingin Joice. “Kau pikir aku mau menerima semua ini, hah?! Kau yang menjebakku dan sekarang kau lagi menjebakku! Kau tahu aku tidak memakai pengaman kenapa kau tidak langsung minum obat, Bodoh!” bentaknya.

Air mata Joice berlinang jatuh membasahi pipinya di kala Marcel memojokkannya. “Kau pikir aku tahu obat yang kau maksud? Kau jelas tahu kejadian malam itu pertama kali untukku, Marcel!” jawabnya menahan isak tangis.

Joice sama sekali tidak mengerti harus minum obat apa setelah dirinya berhubungan seks dengan Marcel waktu di Las Vegas. Joice berpikir tidak mungkin dirinya sampai mengandung anak Marcel.

Marcel memejamkan mata. Dia ingat bercak darah di sprei ranjang sudah membuktikan di mana Joice memang baru pertama kali melakukan hubungan seksual. Shit! Marcel mengumpat dalam hati.

Joice menyeka air matanya berusaha untuk sekuat mungkin. Nasi telah menjadi bubur. Apa yang telah terjadi sudah berlalu dan sekarang Joice harus bisa menerima semua kenyataan yang ada di depan mata.

“Aku akan menggugurkan anak ini. Kau tidak usah takut. Aku tidak akan meminta pertanggung jawabanmu.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Bittersweet Passion    Bab 158. Ending Scene (TAMAT)

    Lombok, Indonesia. Menepuh perjalanan jauh dari London ke Lombok adalah hal yang tak pernah Joice sangka-sangka. Saat usia Janita dan Marvel dua tahun, Joice pernah diajak Marcel ke Bali dan Jakarta. Hanya saja dia belum pernah ke Lombok. Wanita cantik itu takjub, di kala Marcel membawanya benar-benar berkeliling pedesaan.Joice tak pernah mengira Marcel akan membawanya serta tiga anaknya berlibur ke Lombok. Liburan di benua Eropa dan Amerika adalah hal biasa untuk Joice bersama keluarga. Akan tetapi, liburan ke Asia benar-benar sangat menakjubkan!“Sayang, ini indah sekali. Terima kasih sudah membawaku ke sini.” Mata Joice berkaca-kaca menatap Marcel dengan haru.Marcel mengecup kening Joice. “Aku sudah yakin kau akan menyukai tempat ini.”Joice tersenyum lembut seraya menatap tiga anaknya yang sedang berlari-larian. “Waktu terasa sangatlah cepat. Dulu, aku selalu hidup berdua dengan Hana. Ke mana pun aku pergi, maka Hana akan ikut denganku. Tapi sekarang semua berubah di kala takdi

  • Bittersweet Passion    Bab 157. Extra Part X

    London, UK. Janji suci pernikahan yang terucap secara bergantian di bibir Landon dan Anya—wanita yang menikah dengan Landon—nampak membuat Joice sejak tadi tersenyum penuh haru bahagia. Sepasang iris mata Joice menunjukkan betapa dia bahagia. Kepingan memori teringat akan masa kecilnya bersama dengan sang adik, membuat Joice meneteskan air mata haru.Landon bertemu dengan Anya saat adiknya itu tengah berlibur ke Singapore. Singkat cerita, mereka hanya berawal berkencan biasa, namun ternyata berujung pada pernikahan. Tentunya perjalanan mereka tak selalu mulus. Ada kalanya naik turun. Tapi Joice selalu memberikan nasihat terbaik untuk adiknya, di kala adiknya mengalami masalah hubungan percintaan.Joice menetap tinggal di Milan, karena ikut dengan sang suami. Jarak tinggalnya dengan orang tua serta adiknya memang jauh, tapi Joice sering sekali mengunjungi London. Banyak keluarga yang tinggal di London, tentunya membuat Joice wajib mengunjungi kota indah itu.Selama proses upacara pern

  • Bittersweet Passion    Bab 156. Extra Part IX

    *Dua minggu lagi hari pernikahanku. Kau pasti akan ke London, kan? Jangan bilang kau sibuk. Aku tidak akan lagi menganggapmu, jika kau sampai tidak datang di hari pernikahanku.* Pesan singkat dari Landon membuat Joice mengulumkan senyumannya. Wanita berparas cantik itu terlihat gemas akan pesan yang dia baca ini. Well, Joice tak akan mungkin hari pernikahan adiknya yang akan diadakan dua minggu lagi.Singkat cerita, beberapa bulan lalu Landon mendatangi Milan, memperkenalkan seseorang wanita cantik yang merupakan calon istri adiknya itu. Joice tentu saja bahagia mendengar kabar Landon akan segera menikah.Sudah sejak lama Joice meminta Landon untuk segera menikah. Karena bagaimanapun, Joice tahu bahwa kedua orang tuanya menginginkan Landon memiliki keluarga seperti dirinya dan Marcel. Doa Joice selama ini terjawab. Adiknya akhirnya dipertemukan dengan takdirnya.“Kenapa kau senyum-senyum seperti itu, Sayang?” Marcel mendekat, menghampiri sang istri. Joice mengalihkan pandangannya,

  • Bittersweet Passion    Bab 155. Extra Part VIII

    “Mommy, Daddy, kami pulang.”Marvel, Janita, dan si bungsu—Maxime—menghamburkan tubuh mereka pada kedua orang tua mereka. Pun tentu Joice dan Marcel membalas pelukan tiga anak mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang.Kemarin, kedua orang tua Marcel sudah kembali ke Milan. Namun, mereka tidak langsung mengembalikan Maxime. Yang mereka lakukan malah menjemput Marvel dan Janita untuk berjalan-jalan. Weekend terakhir, tak ingin diasia-siakan oleh kedua orang tua Marcel itu.Sekarang Marvel, Janita, dan Maxime dipulangkan, karena Marvel dan Janita akan masuk sekolah. Maxime juga dipulangkan, karena pastinya Marcel dan Joice sangatlah merindukan putra bungsu mereka.“Sayang Mommy. Ah, kalian baru pulang jalan-jalan. Pasti kalian happy.” Joice menciumi ketiga anaknya itu. Bergantian dengan Marcel yang kini menciumi tiga anaknya. “Mommy kami senang sekali diajak jalan-jalan Grandpa Mateo dan Grandma Miracle,” ucap Janita dengan riang gembira.Joice tersenyum mendengar apa yang dikatakan

  • Bittersweet Passion    Bab 154. Extra Part VII

    Joice turun dari mobil, dan melangkah terburu-buru masuk ke dalam mansion menuju kamar. Tentu saja, Marcel segera menyusul Joice yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mereka. Sejak di mana bertemu dengan Poppy—Joice memang terlihat masih marah. Padahal seharusnya Joice sudah tidak lagi marah padanya.“Joice, kau masih mendiamiku setelah aku memberikan penjelasan padamu?” Marcel masuk ke dalam kamar, mendekat pada Joice.“Aku ingin istirahat, Marcel. Tolong kau keluar.” Joice tetap bersikap dingin, dan acuh, meminta Marcel untuk keluar. Dia masih enggan untuk bicara dengan suaminya. Sekalipun, tadi dia sudah bertemu dengan Poppy—tetap saja dia masih kesal dan marah.Marcel berusaha bersabar menghadapi sang istri yang cemburu buta. Dia menarik tangan Joice—membuat tubuh istrinya itu masuk ke dalam dekapannya. Tampak Joice berontak di kala Marcel memeluknya dengan erat.“Marcel, lepaskan aku! Lepas!” Joice mendorong dada bidang Marcel.“Jika kau berontak, maka aku akan benar-benar b

  • Bittersweet Passion    Bab 153. Extra Part VI

    Mobil sport milik Marcel terhenti di sebuah restoran ternama di Milan. Detik itu juga raut wajah Joice berubah menunjukkan jelas kebingungannya. Dia sedang marah, tapi kenapa malah diajak ke restoran? Apa-apaan ini? Sungguh! Joice menjadi semakin kesal pada Marcel.“Marcel, kau kenapa mengajakku ke sini?” seru Joice kesal pada Marcel.“Kita akan bertemu dengan seseorang.” Marcel membuka seat belt-nya, turun dari mobil—dan membukakan pintu mobil untuk istri tercintanya itu.“Bertemu siapa?!” Joice enggan untuk bertemu siapa pun. Dalam kondisi raut wajah yang sedang marah, menunjukkan jelas rasa tak suka jika harus bertemu dengan orang. Entah siapa yang ingin ditunjukkan oleh suaminya itu. Marcel menunduk, membuka seat belt sang istri. “Kau akan tahu, jika kau sudah turun.” Lalu, pria itu menarik tangan istrinya—memaksa untuk turun dari mobil. Joice mendesah kasar ketika tangannya ditarik sang suami masuk ke dalam restoran. Dia tidak memiliki pilihan lain untuk mengikuti suaminya it

  • Bittersweet Passion    Bab 152. Extra Part V

    “Mom, kenapa kau tidur di kamarku? Nanti Daddy kesepian. Kasihan Daddy, Mom. Daddy bilang padaku, dia tidak akan bisa tidur nyenyak, jika tanpa Mommy.” Janita menatap Joice yang tidur di kamarnya. Biasanya ibunya itu akan menemaninya tidur, jika dia tengah sakit. Tapi dia sehat dan baik-baik saja. Itu yang membuat gadis kecil itu bingung.Joice memeluk Janita dan mengecupi pipi bulat putrinya itu. “Mommy sangat merindukanmu. Itu kenapa Mommy tidur denganmu. Memangnya kau tidak suka tidur bersama Mommy?”Janita tersenyum lembut dan manis. “Tentu saja aku suka, Mommy. Aku suka tidur bersama Mommy. Tapi, aku kasihan pada Daddy tidur sendiri. Nanti Daddy kesepian. Bagaimana kalau Daddy diajak tidur bersama kita saja?” Gadis kecil itu memberikan ide luar biasa.“Tidak!” tolak Joice tegas, dengan raut wajah jengkel.“Kenapa tidak, Mommy? Kasihan Daddy tidur sendiri.” Raut wajah Janita muram.“Daddy tidak tidur sendiri. Malam ini Daddy tidur bersama Marvel, Little Girl.” Marcel melangkah men

  • Bittersweet Passion    Bab 151. Extra Part IV

    Weekend tiba. Marvel dan Janita bersorak riang gembira. Dua anak kembar itu libur. Mereka sekarang asik berkutat pada dengan iPad mereka masing-masing. Mereka tenang tak memiliki gangguan. Pasalnya Maxime masih bersama dengan kakek dan nenek mereka. Jika Maxime ada di rumah, sudah pasti adiknya itu akan mengganggu dengan membuat kekacauan. Marvel asik bermain game mobil balap. Janita asik bermain game barbie. Akan tetapi tentu Janita bermain game sambil mengemil cake yang dibuatkan pelayan. Gadis kecil itu memang terkenal sangat menyukai cake manis.“Marvel, Janita. Kalian mendapatkan video call Grandpa Dean dan Grandma Brianna. Ayo jawab telepon kakek kalian dulu.” Joice menghampiri dua anak kembarnya yang tengah asik bermain dengan iPad.“Yes, Mommy.” Marvel dan Janita menjawab dengan patuh. Mereka langsung berlari menghampiri pengasuh mereka—yang tengah memegang ponsel. Dua bocah itu bahagia mendengar kakek dan nenek mereka video call.Joice tersenyum sambil menggeleng-gelengkan k

  • Bittersweet Passion    Bab 150. Extra Part III

    Janita tersenyum-senyum seraya melangkah masuk ke dalam rumah. Gadis kecil cantik itu baru saja pulang sekolah—dengan wajah yang riang gembira. Sayangnya tidak dengan Marvel yang pulang dalam keadaan menekuk bibirnya.“Mommy, aku dan Kak Marvel sudah pulang.” Janita berseru dengan suara cempreng dan nyaring—membuat Marvel harus menutup kedua telinganya.“Anak-anak Mommy sudah pulang.” Joice tersenyum menyambut dua anak kembarnya yang sudah pulang. “Ayo ganti pakaian kalian dulu. Cuci tangan bersih, lalu kita makan siang bersama.”Janita dan Marvel sama-sama mengangguk patuh. Mereka menuju ke kamar mereka masing-masing bersamaan dengan para pengasuh mereka. Tepat di kala Janita dan Marvel sudah masuk ke dalam kamar—Joice bersenandung sambil menyiapkan makanan lezat yang sudah dia siapkan untuk dua anak kembarnya. Joice telah mengurangi pekerjaannya yang bergelut di dunia model. Bukan berhenti, tapi hanya mengurangi porsi pekerjaan. Bisa dikatakan fokus utama Joice adalah mengurus suam

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status