Share

Bab 4 : Bawa Aku Bersama Kalian

Retno selalu saja memandangi Cindy tanpa lelah, bahkan hingga pembelajarannya pun selesai. Dia pun berniat untuk bisa keluar bersama dengan gadis itu. Dia pun sengaja berlama di ruangan, pura-pura berkemas. Dia dengan sengaja membiarkan siswanya keluar lebih dulu. Dia ingin menunggu Cindy keluar kelas agar bisa berbarengan dengannya.

Sayang, dua pasang mata yang menatap cemburu itu sadar dengan Retno. Namun, guru itu tidak habis ide untuk segera meminta siswanya keluar kelas. Dia menyuruh Gilang membawakan buku tugas siswa untuk diantar ke ruangannya.

Sementara Kesya yang menyadari itu, ia menahan diri dan gengnya untuk menunggu keluarnya Retno dari ruangan. Sembari menunggu, Kesya mengarahkan pandangannya pada Cindy yang masih belum menyadari ada orang yang mengintainya, terus saja membereskan peralatannya di atas meja.

Lama Retno berdiri di depan menanti pujaan hati. Dia pun menyadari Kesya belum beranjak dari tempat duduknya.

Sorot mata Retno mengarah pada Kesya. Dia merasa gadis itu tahu niatnya, karena beberapa bulan lalu. Saat Kesya mengatakan cinta padanya, Retno tanpa sengaja berucap bahwa Cindy adalah gadis incarannya. Al-hasil saat ini, dia sadar tidak ada peluang untuk bisa mendekati Cindy dan mengajaknya makan bersama. 

Retno membuang nafas kasar sambil melotot pada Kesya yang tersenyum tipis padanya. Gegas dia pun melangkahkan kaki keluar kelas dengan rasa kecewa di hatinya.

Kesya tersenyum penuh kemenangan, melihat kepergian Retno dengan ekspresi menyedihkan. Dia pun bangkit dari tempat duduknya, dan mulai mendekati Cindy.

“Woiiiii.” Kesya berteriak dan memukul meja di depan Cindy, membuat gadis cantik ini terkejut dan menghentikan seketika aktivitasnya.

"Dasar, perempuan penggoda. Berapa banyak lagi lelaki yang kamu goda, hah?” teriak Kesya penuh amarah. 

"Aaakkhhh ...," ringis Cindy menahan sakit di kulit kepalanya akibat tarikan dan cengkraman Kesya di rambutnya.

Sakit yang tiada kira itu membuat Cindy menangis dan ingin segera melepasnya. Namun, dia tidak berani melawan Kesya. Apalagi sadar statusnya hanya siswa penerima bantuan yang juga disponsori orang tua gadis yang tengah menyiksanya itu.

Cindy hanya bisa menangis, berharap penderitaannya saat ini segera berakhir dan tiada lagi amarah dari Kesya untuknya. Karena dia tidak sanggup lagi untuk terluka.

"Ingat yah, perempuan penggoda. Sampai lu matipun, gue akan tetap membenci lo, nyiksa lo seperti ini. Dan ... tidak akan pernah ada kata maaf. Paham,” bisik Kesya di telinga kanan Cindy.

Gadis mungil itu mengangguk pelan. Cindy hanya menuruti dan mengiyakan perkataan Kesya yang menatapnya sembari membesarkan kedua pupil matanya. 

"Oh ya. Satu lagi, gue sebenarnya bakalan lebih kejam nyiksanya. Tapi beruntung aja sih lu, kalau bukan karena lu disukai Pak Retno sialan itu. Mungkin saja, tangan dan kaki mulus lu saat ini sudah terukir cantik oleh pisau-pisau indah kita." Kesya dengan emosi melepaskan cengkramannya, membuat Cindy lekas memegangi kepalanya yang sakit.

Kesya pun mengibaskan tangannya, menghapus aroma shampo dari rambut Cindy yang membuatnya jijik. Dia pun berjalan ke tempat duduknya kembali untuk duduk sebentar. Lalu, menarik nafas panjang kembali melangkahkan kaki jenjangnya keluar kelas. Menoyor dengan sangat kencang kepala Cindy saat Kesya melewati gadis itu, lalu tersenyum dan memerintahkan kedua temannya untuk melakukan hal yang sama.

“Rasain tuh,” ucap Nada yang terakhir melakukannya. Dan dia sedikit lebih kencang, hingga mendengar begitu keras kepala Cindy yang terbentur meja.

Sepeninggal mereka, Cindy hanya bisa menangis terisak. Berharap penderitaannya segera berakhir.

“Ma, Pa, Kak Nindy. Cindy capek seperti ini. Bawa Cindy pergi bersama kalian.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status