Black Shadow

Black Shadow

Oleh:  almaratus sholehah  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
23Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Saudara kembar yang terpisah karena sebuah kejadian mengerikan. Mereka berbeda nasib. Sang adik yang baru bertemu beberapa hari dengan kakaknya, memilih bunuh diri. Kakak yang penasaran, menyamar menjadi sang adik untuk mengungkap alasan adiknya bunuh diri. Selama penyamaran, adiknya yang sudah tiada, terus hadir disetiap langkah kakaknya dengan berupa bayangan hitam.

Lihat lebih banyak
Black Shadow Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Chandra
sindii pemuda yang tidak terduga
2022-02-24 19:13:15
2
user avatar
Muthia Andhiny
lanjut thor cerita nya, tambahin bab nya, penasaran bnget
2021-12-05 14:41:08
2
user avatar
Tyara Ajjha
gimana nasib Sindi Thor?
2021-11-11 22:12:16
2
user avatar
Muthia Andhiny
lanjut thor
2021-11-11 22:04:41
1
23 Bab
Bab 1 : Perpisahan yang menyedihkan
Suatu hari, di sekolah dasar di kota Padang, hari menunjukkan pukul 12 siang. Di mana anak-anak kelas 3 sekolah dasar bersiap-siap mengemasi barang mereka untuk segera pulang.Lonceng pun berbunyi, semua murid kelas 3 sekolah dasar berlarian keluar kelas untuk menuju rumah mereka masing-masing. Begitu juga dengan kelas lainnya, yang sama berlomba untuk pulang ke rumah mereka.Seperti biasa dua gadis cantik kembar saling berpegangan tangan menunggu jemputan mereka. 30 menit telah berlalu, jemputan yang biasanya tidak pernah telat. Namun, sekarang tidak kunjung datang. Padahal, hanya beberapa siswa lagi yang tersisa, membuat mereka pun lelah.“Dek, kita pulang saja yuk. Mungkin pak Busri lupa jemput kita, kan dia sudah tua. Makanya sampai sekarang belum juga datang,” ucap Nindy kepada adik kembarnya Cindy.“Iya, Kak. Kita pulang saja, adek juga sudah capek nunggu, kaki adek hampir nggak kuat lagi berdiri,” jawab Sindy dengan polosnya.“Ayok.” Nindy pun menarik lembut tangan Sindy, mening
Baca selengkapnya
Bab 2 : Tujuh Tahun Kemudian
Pagi itu, di pinggir gang sebuah perumahan elit. Terlihat seseorang memakai pakaian serba hitam. Tidak lupa masker dan juga kacamata hitam menutupi wajahnya. Dia tengah mengamati sebuah rumah mewah di depan matanya, pengawasan yang ketat membuat dia ekstra hati-hati dalam bertindak.Manusia memakai serba hitam tersebut, melihat ke kiri dan kanan. Memastikan keadaan sekitar apakah yang aman dari kehidupan manusia. “Okey,” ucapnya pelan.Kemudian berjalan mendekat menuju rumah tersebut. Dengan mudah dan tanpa kesulitan sedikitpun. Dia masuk ke dalam pekarangan rumah itu, tanpa harus melewati pintu gerbang yang dijaga cukup ketat. Memanfaatkan sedikit celah untuk dia bisa beraksi di rumah itu.Dengan sangat hati-hati, dia berjalan menyusuri rumah yang pada dasarnya telah dijaga ketat oleh pengawal dan CCTV yang standby 24 jam. Berusaha menghindari beberapa pengawal yang bisa saja menyerang dirinya nanti. Dan dengan mudah, dia menemukan targetnya, pria tua yang sedang bermain bersama seor
Baca selengkapnya
Bab 3 : Api Cemburu
“Baik pak. Makasih yah, Pak,” jawab Cindy sambil menundukkan kepala dan berlari kecil ke arah temannya untuk melaksanakan hukumannya.Kesya memperhatikan dari kejauhan. Sikap Retno yang berlaku baik terhadap Cindy, siswi yang disukainya, membuat gadis itu iri karenanya. Dia sangat kesal, anak yang sekarang sudah hidup menjadi yatim piatu itu bisa menarik guru tertampan di sekolah mereka. Tidak hanya tampan, Retno yang terbilang masih muda, juga berdaya tarik tinggi di sekolah itu. Dan juga berpengaruh di Martin International High School. Maka dari itu, Kesya sangat salut dengan pesona Cindy yang bisa menaklukkan pria itu dengan mudahnya.“Semangat, Cindy. Tugas kamu cuma sedikit kok,” ujarnya bermonolog. Dengan sigap, Cindy segera menyelesaikan tugasnya.“Ihhh, benci banget aku lihat si Cindy itu,” ucap Nada teman dari Kesya.“Lihat tuh, dia lagi-lagi cari muka sama pak Retno. Pilih kasih banget tuh guru sinting,” lanjutnya memanaskan suasana.Nada hobi sekali memancing amarah sahabat
Baca selengkapnya
Bab 4 : Bawa Aku Bersama Kalian
Retno selalu saja memandangi Cindy tanpa lelah, bahkan hingga pembelajarannya pun selesai. Dia pun berniat untuk bisa keluar bersama dengan gadis itu. Dia pun sengaja berlama di ruangan, pura-pura berkemas. Dia dengan sengaja membiarkan siswanya keluar lebih dulu. Dia ingin menunggu Cindy keluar kelas agar bisa berbarengan dengannya.Sayang, dua pasang mata yang menatap cemburu itu sadar dengan Retno. Namun, guru itu tidak habis ide untuk segera meminta siswanya keluar kelas. Dia menyuruh Gilang membawakan buku tugas siswa untuk diantar ke ruangannya.Sementara Kesya yang menyadari itu, ia menahan diri dan gengnya untuk menunggu keluarnya Retno dari ruangan. Sembari menunggu, Kesya mengarahkan pandangannya pada Cindy yang masih belum menyadari ada orang yang mengintainya, terus saja membereskan peralatannya di atas meja.Lama Retno berdiri di depan menanti pujaan hati. Dia pun menyadari Kesya belum beranjak dari tempat duduknya.Sorot mata Retno mengarah pada Kesya. Dia merasa gadis it
Baca selengkapnya
Bab 5 : Semakin Benci Cindy
Gilang yang sudah keluar lebih dulu karena ditugaskan Retno, terlihat mencari seseorang di kantin sekolah. “Cindy kok nggak ketemu yah,” pikirnya bingung dan terus melangkahkan kakinya mengitari kantin tersebut.Ya, siapa lagi yang dicari kalau bukan Cindy, gadis pujaan hatinya. Semenjak cintanya diterima Cindy, jika tidak ada kesibukan masing-masing, mereka selalu melewatkan waktu jam istirahatnya bersama.“Haduh, Cindy di mana sih. Kok nggak ketemu juga daritadi,” ucapnya dan memilih mengantri dideretan siswa untuk mengambil makan siangnya.Selepas mendapat makanannya. Gilang melangkah menuju tempat duduk yang kosong berada di pojok kanan. Tidak beberapa lama, gadis yang ditunggu datang. Dia pun lekas menghampiri Cindy yang tampak lesu."Kamu ke mana sih, cantik? Dicariin daritadi nggak ada,” tanyanya bingung.Cindy tidak menjawab, dia hanya tersenyum manis menatap kekasih hatinya. Lalu pamit untuk ikut mengantri dengan siswa lain yang belum mendapatkan makanan. Setelah mendapat ma
Baca selengkapnya
Bab 6 : You're The Best, Perfectly
Sebuah gedung tua, berdiri kokoh di tengah hutan belantara. Seorang gadis cantik berkacamata hitam tengah melangkah memasuki gedung tersebut. Setiap ruangan dengan minim pencahayaan, dia tembus dengan langkah anggunnya. "Mr. P!!" ucapnya pada dua pria bertubuh besar yang berada di depan ruangan, menjaganya dengan ketat. Tanpa membalas, keduanya membuka pintu itu dengan lebar. Gadis itu kembali melangkah setelah sebelumnya menghentikan langkah untuk menghidupkan sebatang rokok yang dibawanya. "Haiii gadisku," ucap pria paruh baya, meletakkan gelas kopi yang baru dia seruput isinya. Gadis itu hanya mengangkat tangannya sekilas, lalu meletakkan sebuah foto di atas meja yang berada di sebelah kiri pria itu. Sembari tersenyum, dia berucap mission succes. Pria paruh baya itu tersenyum getir, melirik sekilas foto dan merasa puas dengan foto tersebut. Lantas Mr. P kembali tersenyum padanya, mengangguk kecil sembari bertepuk tangan memberi pujian."I Like You, Yuna. You're the best. Perfe
Baca selengkapnya
Bab 7 : Kamu Mau Mati?
Setelah satu jam Cindy mengerjakan pekerjaannya. Dia merasa tubuhnya sangat lelah dan segera mengistirahatkannya, untung saja semua pekerjaannya sudah beres hingga dia bisa bersantai sejenak. Cindy yang memang bergantung pada pekerjaan ini, bekerja tanpa henti agar bisa digaji lebih tinggi oleh Wina, sang pemilik toko. Dia juga menjadi karyawan amanah sang pemilik toko, makanya dia sering diberikan makanan gratis oleh Wina karena jujur dan sangat membantu. Cindy menyeka keringat yang membanjiri keningnya. Kedua tangannya aktif mengibas untuk menghilangkan hawa panas di tubuhnya, setelah bekerja cukup keras. "Huufff, lelahnya," ucapnya sembari mengibas baju kausnya, menyenderkan tubuhnya di bangku kasir. Terdengar pintu kaca toko itu dibuka pelan. Cindy lekas berdiri, saat melihat pelanggan masuk ke tokonya. Dia menundukkan kepala sedikit. "Selamat datang," ucapnya sembari tersenyum ramah pada pelanggan yang wajahnya belum terlihat olehnya. Cindy begitu ramah melayani setiap pelan
Baca selengkapnya
Bab 8 : Pahlawan Cindy
Cindy panik kala pekerjaannya yang baru saja diselesaikan, justru kembali dikacaukan teman-teman kelasnya. Dia gegas menuju Kesya, untuk menghentikan kekacauan yang diperbuat mereka. Dia takut jika buk Wina nantinya marah padanya, hingga membuat dirinya harus kehilangan pekerjaan yang menggantungkan kehidupannya. "Stop, stop, hentikan semuanya. Kalian tidak boleh mengobrak-abriknya. Tolong, jangan seenaknya di sini." Cindy berteriak mencoba menghentikan. Namun, sayang, mereka yang memang sengaja berbuat demikian. Mengabaikan ucapan, dan larangan dari Cindy. Justru mereka semakin menjadi-jadi dengan kelakuan mereka. Cindy menguatkan dirinya untuk berani melawan mereka, dia memegang tangan Kesya. "Kesya, cukup. Hentikan semua ini," teriak Cindy. Sang empu nama seketika menghentikan kegiatannya. Dia melihat ada tangan mencengkram pergelangan tangannya. Lalu, mengalihkan pandangannya pada si gadis yang memegang tangannya itu. "Kamu bilang apa tadi?" tanya Kesya mendekati menatap Cind
Baca selengkapnya
Bab 9 : Janji Retno
Cindy mati kutu dibuatnya. Tatapan ketiga gadis kaya keturunan bangsawan, bangsa di atas awan itu, bak menusuk jantungnya. Apalagi, bisikan roh halus jelmaan manusia, Kesya Alvionita, berisi tentang sebuah ancaman. Membuat bulu kuduk Cindy merinding. "Jawab cepat," sentak Kesya memberi ultimatum dari tatapannya. Kesya sibuk sendiri melihat Cindy yang diam membisu. Dia sedikit takut pada Retno yang bisa saja menjadi ancamannya saat ini. Sementara Tania dan Nada hanya diam, memperhatikan di belakang Kesya."I-iya, Pak. Mereka ke sini cuma belanja kok," jawab Cindy gugup, sembari tangannya menyeka keringat yang membendung keningnya. Sadar Cindy ketakutan, Retno melirik tidak percaya pada Kesya, lalu kedua temannya yang mematung. Dia menarik nafas panjang, menghempaskannya kasar. "Ya sudah, kalau kalian sudah selesai membeli apa yang kalian mau, pulang lagi ke rumah kalian," ucap Retno dengan tegas sembari terus berdiri, berkacak pinggang memperhatikan murid-muridnya.Kesya mencebik k
Baca selengkapnya
Bab 10 : El, Aku Lebih Berhak
Malam pun tiba, Yuuna terbangun dari tidurnya. Dia yang sebelumnya berniat berpesta ria setelah sukses dengan misinya, membatalkan semua itu, dan memilih untuk istirahat di rumahnya. Kesadarannya belum terkumpul full, Yuna kembali merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba perutnya keroncongan, Yuna yang masih mengantuk, terpaksa bangun. Dia melihat sekeliling rumahnya gelap, hanya lampu dari luar yang merambat masuk ke celah jendelanya. "Mmmhhh." Yuna menggeliat manja, dia meraih ponselnya di atas nakas.Dilihatnya jam telah menunjukkan pukul 8 malam. "Akkkhhh sial," umpatnya dan bangkit.Yuna pun gegas turun dari kontrakan barunya untuk mencari makanan. Berjalan menyusuri gang-gang kecil, dengan sorotan lampu jalanan yang sedikit redup, dan mengerjap. Tiada rasa takut dalam dirinya akan terjadi bahaya yang menimpanya. Sudah lama Yuna berkeliling di lingkungan itu. Namun, belum juga dia dapati tempat untuk dia bisa mengisi perutnya yang sudah memberontak untuk diisi. "Arrgghh, masa di lingku
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status