Black Shadow

Black Shadow

last updateLast Updated : 2022-09-19
By:  almaratus sholehahOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
23Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Alea dan Alena merupakan saudara kembar. Keduanya memiliki sifat yang berbeda. Suatu hari, keduanya terpisah karena sebuah insiden. Alena tinggal bersama kedua orang tuanya sementara Alea, dibesarkan oleh seorang pembunuh bayaran dan melatih gadis itu menjadi wanita kuat dan juga hebat. Suatu hari, keduanya dipertemukan oleh takdir, Alea melihat adiknya dibully, hingga dia turun tangan mengatasi masalah adiknya. Disetiap kali adiknya akan ditindas, Alea menjadi bayangan hitam untuk Alena, hingga orang mengira bahwa Alena menjadi kuat, padahal mereka 2 orang yang berbeda

View More

Chapter 1

Part 1. Tidak Adil

Suatu hari, di sekolah dasar di kota Padang, hari menunjukkan pukul 12 siang. Di mana anak-anak kelas 3 sekolah dasar bersiap-siap mengemasi barang mereka untuk segera pulang.

Lonceng pun berbunyi, semua murid kelas 3 sekolah dasar berlarian keluar kelas untuk menuju rumah mereka masing-masing. Begitu juga dengan kelas lainnya, yang sama berlomba untuk pulang ke rumah mereka.

Seperti biasa dua gadis cantik kembar saling berpegangan tangan menunggu jemputan mereka. 30 menit telah berlalu, jemputan yang biasanya tidak pernah telat. Namun, sekarang tidak kunjung datang. Padahal, hanya beberapa siswa lagi yang tersisa, membuat mereka pun lelah.

“Dek, kita pulang saja yuk. Mungkin pak Anto lupa jemput kita, kan dia sudah tua haha. Makanya sampai sekarang belum juga datang, karena pelupa,” ucap Alea kepada adik kembarnya Alena. 

“Iya, Kak. Kita pulang saja yah, adek juga sudah capek nunggu, kaki adek hampir nggak kuat lagi untuk berdiri, tapi kita istirahat sebentar di sana yuk,” jawab Alena dengan polosnya dan keduanya pun beristirahat beberapa menit. 

“Ayok. Udah nggak capek lagi kan, kita pulang.” 

Alena mengangguk pelan. Alea pun menggenggam pergelangan tangan adiknya lalu melangkah meninggalkan pagar depan sekolah mereka.

Dengan langkah pasti, mereka berjalan menyusuri rumah demi rumah, gang demi gang hingga akhirnya mereka sampai di depan rumah mewah bertingkat dengan hiasan patung perak di halamannya. Cukup jauh perjalanan yang mereka tempuh untuk sampai di depan rumah mereka. Tapi, daripada berdiam di sekolah, lebih baik mereka segera pulang ke rumah. 

Tanpa kedua gadis kecil itu sadari, di dalam rumah mewah mereka, dua manusia dewasa, tergeletak di lantai. Tubuh mereka telah berlumuran darah, dan tidak lagi bernyawa. 

Ya, dua orang itu tidak lain adalah pekerja di rumah Marvel dan Anastasya. Bi Jina dan Pak Anto yang merupakan asisten rumah tangga serta sopir pribadi yang telah lama bekerja pada mereka. Bahkan mereka sudah bekerja sebelum dua saudara kembar itu dilahirkan.

Sesaat setelah dua gadis kecil itu membuka pelan gagang pintu rumahnya, mereka melihat dua pria berbaju serba hitam tengah berada di dekat tangga. Mereka melangkah pelan dan senyap, berusaha menghindari bunyi apapun. Dua pria dewasa itu terus menaiki lantai dua rumah mewah tersebut. 

Melihat orang yang tidak dikenalnya dan menakutkan, seketika Alena berteriak kuat. Terlebih ketika melihat Bi Jina dan Pak Anto yang mereka kenal tergeletak dengan bersimbah darah di lantai, bola mata keduanya melotot dan mulut mereka terbuka lebar.

Alea yang cerdas, dia paham akan situasi mereka saat ini yanh tidak baik-baik saja. Lekas membungkam mulut sang adik agar aman. Namun, tak dipungkiri teriakan sang adik nyatanya telah membuat 2 lelaki itu berbalik arah. Dua lelaki itu tersenyum sinis dan secepat kilat berlari pada mereka yang juga melangkah menjauh keluar rumah.

"Lari."

Alea enarik tangan Alena. Tetapi mereka kalah cepat dari dua lelaki itu, malangnya, tubuh mungil mereka dengan mudah terangkat oleh kedua lelaki tersebut dan membawa mereka ke dalam rumah.

Tubuh mereka dihempaskan ke lantai yang telah dibanjiri darah segar yang mulai membeku. Sembari terisak, Alea berusaha mendekati Alena yang berteriak dan menangis dengan kencang. Dia menunjukkan betapa sang kakak harus kuat dan akan selalu melindungi adiknya dalam kondisi apapun, sekalipun dia sendiri dalam bahaya.

“Tenang ya, Dek. Ada kakak di sini. Kakak pasti akan melindungi kamu.” Didekapnya kuat tubuh Alena yang gemetar hebat, menenangkan sang adik yang amat ketakutan.

Alea dan Alena yang masih kecil, tentu tidak pernah tahu hidupnya akan seseram ini. Niat mereka untuk cepat pulang ke rumah, dapat beristirahat, makan dengan nikmat dan tidur siang. Justru menjadi malapetaka sendiri bagi mereka berdua.

Dua pria itu tersenyum menatap mangsa mungil mereka. Segera beraksi, setelah mengeluarkan benda tajam dari balik jaket hitamnya. Pisau itu pun dia arahkan ke tubuh Alena yang ketakutan. Pria bertato di keningnya itu sangat suka melihat mangsa yang takut padanya.

Sementara pria yang satunya lagi. Hanya memperhatikan, toh hanya bocah. Anak-anak yang lemah dan tidak sebanding dengan kekuatan mereka. 

Di arahkan pisau padanya, Alena memejamkan matanya dalam pelukan Alea. Sementara gadis itu mendongak, menantang kesal pria botak bertato itu.

“Mau apa kalian di rumah kami? Pergi!!” teriaknya gemetar.

“DIAM!!” bentak pria botak bertato itu.

Dua bocah mendadak lemah, memejamkan mata pasrah. Beberapa detik kemudian, terdengar suara hantaman kayu cukup kuat. Dua lelaki tersebut tersungkur setelah terhantam kayu balok dari arah belakang mereka, tanpa sempat melukai mereka.

“Papa!! Mama!!” teriak mereka kompak dan menghambur pada orang tua mereka.

“Ayok, Nak, kita pergi dari sini," ucapnya dan membalas pelukan putri-putri mereka.

Keduanya segera menggendong dan membawa anak-anaknya pergi dari tempat itu. Sementara dua pria tadi menahan rasa sakit di pundak mereka akibat hantaman kayu yang begitu kuat. Mereka berempat memanfaatkan waktu itu sedemikian mungkin, untuk terus berlari menjauh dari rumah yang sudah menjadi neraka tersebut.

“Bangkit kamu. Cepat kita kejar mereka!!” perintah si botak bertato, berusaha bangkit menahan nyeri di tengkuk mereka.

Dengan rasa khawatir yang tinggi. Sekeluarga itu bersembunyi di balik bak sampah besar yang hampir menutupi setengah jalan. 

“Sayang. Kalian berdua tetap tenang di sini dulu yah. Mama sama papa akan pastikan kondisi dulu. Aman atau tidak! Setelah itu, baru kami jemput kalian yah!! Mama, papa sayang kalian!!” Marvel dan Anastasya mencium kening putri mereka bergantian, sebelum meninggalkan mereka entah sampai ... kapan.

Pasangan suami istri itu melangkah keluar, meninggalkan putri kembar mereka. Kemudian, dengan cepat mengangkat beberapa kantong hitam berisi sampah untuk menutupi tubuh si kembar agar tidak terlihat dari luar dan memancing para pembunuh bayaran mendekati anak mereka.

Kedua saudara kembar itu pasrah di tempat mereka. Diam, tidak berani bersuara sesuai perintah orang tuanya. 

Selang satu jam, orang tua mereka tidak kunjung datang. Alena mulai panik dan kembali menangis terisak.

“Kak. Papa, Mama, mana?” tanyanya sambil mengusap air matanya yang mulai mengalir deras. 

“Kakak juga tidak tahu mereka di mana.” Merasa panik, Alea berusaha menenangkan sang adik dan berusaha mencari kedua orang tua mereka.

“Kamu di sini dulu ya, Dek. Kakak keluar dulu mau cari papa dan mama.” Alena mengangguk menuruti ucapan kakaknya. 

Pelan-pelan dan penuh kewaspadaan. Alea berusaha keluar untuk mencari orang tuanya yang menghilang daritadi. Rela meninggalkan sang adik yang mulai berhenti menangis agar dirinya aman saat ditinggal sendiri oleh kakaknya.

Dengan berani Alea berjalan ke arah rumah mereka tadi, untuk memastikan apakah papa dan mamanya kembali ke rumah itu atau tidak. Namun, belum sampai kaki kecilnya menginjak depan rumah tersebut, dia sudah terlihat oleh dua lelaki tadi yang sekarang bertambah banyak.

Alea berusaha lari secepat mungkin menuju tempat persembunyiannya tadi. Dan di waktu yang bersamaan sang adik terlihat digendong oleh papanya memasuki mobil hitam mereka.

“Papa, Mama, Alena, tunggu!! Tunggu Alea, Pah. Mah!!” teriaknya dengan kencang, kaki kecilnya terus berlari menjauh.

Bukan mereka tidak mendengar teriakan Alea. Namun, dengan berat hati mereka terpaksa meninggalkan anaknya yang berusaha lari dari kejaran orang-orang jahat itu, demi menyelematkan 3 nyawa yang lain.

Kaki Alea sudah lemah, membuatnya jatuh tersungkur hingga membuat lututnya berdarah. Namun, semangatnya untuk terus mengejar tidak pernah pudar, membuatnya terus berusaha bangkit dan kembali berlari. Meski mobil itu sudah semakin menjauh.

Apalah daya, tubuh mungil Alea yang sudah lemah tersebut, tertangkap oleh orang-orang tadi. Mereka tertawa, berhasil menangkap mangsa mereka. 

“Lepas!! Lepass!!” ucapnya dalam posisi setengah duduk, bertumpu pada lutunya. Sembari terus memberontak kuat dan menangis.

Seorang pria berkaca mata hitam, berjongkok di hadapan Alea. Dengan senyum sinisnya, dia mengangkat dagu si gadis mungil tersebut.

“Haha, lihat, lihatlah mereka. Mereka meninggalkan kamu,” ucapnya sembari tertawa kencang.

“Nggak, mereka pasti kembali. Aku yakin itu,” jawabnya berteriak, sembari berusaha dan terus melawan.

“Mereka tidak akan pernah kembali, mereka tidak menganggapmu lagi ada,” jawabnya sambil tersenyum.

“Bohong, mereka sayang sama aku. Aku anak mereka,” tangis Alea pecah, merasa pasrah dengan keadaan yang tengah ia rasakan. Lelaki itu kemudian memegang kembali dagu gadis itu.

“Bodoh!! Mereka sudah membuangmu, mereka sudah meninggalkan kamu,” teriaknya berang.

Alea semakin menangis, betul juga apa yang dikatakan lelaki itu. Dia merasa telah dibuang keluarganya sendiri, merasa tidak disayang lagi oleh mereka. Sekarang, tanpa dirinya mereka pergi begitu saja. Mereka pasti mendengar teriakannya tadi, tetapi tetap tidak berhenti dan semakin pergi menjauh meninggalkannya seorang diri.

“Berhenti menangis, mereka tidak pantas untuk ditangisi,” lanjut lelaki itu yang kemudian berdiri.

Alea tetap menangis. Dalam hatinya, dia masih berharap kedua orang tua beserta adiknya menjemput kembali dirinya.

“Aku tidak akan membunuh kamu. Ikut aku, atau kamu akan mati di sini menunggu orang yang telah membuang kamu dalam kehidupan mereka.” Kemudian lelaki itu melangkah pergi diikuti pengikut-pengikutnya.

Namun Alea sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berpijak. Dia masih berharap dan menunggu keajaiban datang. Hujan mulai turun, setelah beberapa jam yang lalu mendung menyelimuti langit. Dendam mulai tumbuh dihati Nindy kecil, tangannya mengepal kuat, bibirnya bergetar menahan amarah yang membara di dalam hatinya.

“Ini tidak adil. Tidak adil,” ujarnya dalam hati seraya terus mengepal tangannya kuat menatap ke arah tempat keluarganya pergi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Chandra
sindii pemuda yang tidak terduga
2022-02-24 19:13:15
2
user avatar
Muthia Andhiny
lanjut thor cerita nya, tambahin bab nya, penasaran bnget
2021-12-05 14:41:08
2
user avatar
Tyara Ajjha
gimana nasib Sindi Thor?
2021-11-11 22:12:16
2
user avatar
Muthia Andhiny
lanjut thor
2021-11-11 22:04:41
1
23 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status