Share

Bab 5 : Semakin Benci Cindy

Gilang yang sudah keluar lebih dulu karena ditugaskan Retno, terlihat mencari seseorang di kantin sekolah. 

“Cindy kok nggak ketemu yah,” pikirnya bingung dan terus melangkahkan kakinya mengitari kantin tersebut.

Ya, siapa lagi yang dicari kalau bukan Cindy, gadis pujaan hatinya. Semenjak cintanya diterima Cindy, jika tidak ada kesibukan masing-masing, mereka selalu melewatkan waktu jam istirahatnya bersama.

“Haduh, Cindy di mana sih. Kok nggak ketemu juga daritadi,” ucapnya dan memilih mengantri dideretan siswa untuk mengambil makan siangnya.

Selepas mendapat makanannya. Gilang melangkah menuju tempat duduk yang kosong berada di pojok kanan. Tidak beberapa lama, gadis yang ditunggu datang. Dia pun lekas menghampiri Cindy yang tampak lesu.

"Kamu ke mana sih, cantik? Dicariin daritadi nggak ada,” tanyanya bingung.

Cindy tidak menjawab, dia hanya tersenyum manis menatap kekasih hatinya.  Lalu pamit untuk ikut mengantri dengan siswa lain yang belum mendapatkan makanan. Setelah mendapat makanan, Cindy pun gegas menghampiri Gilang yang telah menunggunya di meja makan.

Mereka berdua menikmati waktu makan siangnya sembari bergurau bersama. Walaupun waktu mereka untuk berduaan tidak lagi selama biasanya, Cindy dan Gilang benar-benar memanfaatkannya sebaik mungkin.

Tanpa disadari oleh pasangan kekasih itu. Kesya menatap mereka tajam. Dia mengepal tangan kuat menahan gejolak emosi yang ada di dalam dada. Ingin rasanya dia menghantam wajah gadis yang membuat pria itu tertawa lepas, padahal mereka berada di keramaian.

"Enak banget yah, gembel tapi bisa ikut makan enak di sekolah,” ucap Kesya yang ternyata sudah berada di belakang Cindy.

Seketika Cindy meremang, kehadiran Kesya di belakangnya, bagaikan hantu yang membuat dirinya seketika ketakutan. Sementara Gilang, dia mencebik kesal menatap wajah jutek gadis yang berdiri di belakang kekasihnya, karena waktu berduaan mereka terganggu olehnya.

Kesya sedikit membungkukkan tubuhnya. Tangannya pun beraksi cepat dengan menarik rambut Cindy, membuat gadis itu menjerit tertahan, menahan rasa sakit di kulit kepalanya.

"Heh, Kesya, lepaskan tangan kamu dari Cindy. Kamu yah, kasar sekali jadi cewek,” ucap Gilang reflek memukul tangan Kesya keras, berusaha membantu melepaskan cengkraman kuat tangan gadis sombong itu di rambut sang kekasih.

"Terserah gue dong, mau kasar, mau lembut. Ini kan tangan gue, ngapain lo ikut campur," bentak Kesya murka, kesal kesenangannya diganggu.

Namun, bukan Kesya namanya kalau diganggu harus pasrah dan bahkan menurut. Justru gadis itu, semakin menguatkan cengkraman nya hingga membuat Cindy semakin meringis, kulit kepalanya terasa terbakar dan seperti mau lepas saja. 

"Sya, lepas tidak. Cindy kesakitan," ucap Gilang panik, lantas berdiri dari tempat duduknya, mencoba melepas tangan Kesya tanpa harus melukai Cindy. 

Cindy meringis menahan sakit, dia hanya diam saat Gilang membantunya. Dia tak bisa melawan tindakan Kesya yang semena-mena pada dirinya. Dia memasrahkan diri, karena memang selemah itulah seorang Cindy. 

Merasa tangannya sakit karena Gilang mencengkeram pergelangan tangannya. Kesya pun melepas tangannya. 

"Dasar cewek gembel, penggoda, awas saja kamu bermesraan lagi di sini. Mati adalah cara terbaik biar hidupmu tenang," bisik Kesya kesal lantas membalikkan tubuhnya, kembali melangkah ke bangkunya. Di mana Nada dan Tahnia ada di sana. 

Melihat adegan yang begitu memilukan, ditambah teriakan Gilang yang mencoba menghentikan Kesya tadi. Memancing para manusia untuk melihat ke arah mereka. Semua mata pun tertuju pada mereka.

Cindy diam membisu. Dia sedikit menyeka air matanya, menatap makanan di depannya dengan wajah sedih, meratapi penderitaannya saat ini yang sangat menyedihkan. Cindy merasa lelah, setiap hari dia tersiksa, setiap hari dirinya dilukai oleh orang-orang yang tidak pernah dia jahati. 

"Kamu nggak apa-apa kan, Cin?" tanya Gilang melihat raut wajah sang kekasih yang memerah. 

"Aku capek, Lang. Aku capek seperti ini terus," ucap Cindy pelan, lalu menunduk, berusaha menyeka air mata yang lolos jatuh ke pipinya. 

"Sabar yah, Cin. Kamu kuat, kamu gadis hebat. Kamu nggak usah masukin ke hati apa yang dia ucapkan. Oke," ucap Gilang menenangkan. 

"Aku wanita cantik dan hebat. Semangat ya sayang. Aku selalu ada untuk kamu," lanjutnya menyemangati Cindy. 

Lonceng pun berbunyi, para siswa kembali masuk ke kelas mereka untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Cindy dan Gilang bangkit untuk kembali ke kelas. Di tempat duduknya, Kesya mengumpat dalam hati, dia semakin membenci Cindy yang selalu saja memiliki malaikat penolong dalam hidupnya. 

"Awas saja kamu, Cindy. Aku tidak akan segan untuk menyiksamu tanpa ampun," ucap Kesya dalam hati, meremas kuat tisu yang ada di tangannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status