Share

Chapter 2 : Tawaran Kerja

"Tidak tertarik."

Dario berbalik melangkah pergi. Tapi sekali lagi dicegah oleh Lili.

"Aku akan memberikan gaji yang besar dan juga tempat tinggal."

"Apakah kau bisa menjamin kata-kata mu?" tanya Dario mencoba memastikan.

"Tentu saja. Aku tak pernah ingkar janji."

Setelah berpikir sejenak, Dario akhirnya setuju. Bagaimanapun dia baru tiba di kota ini. Tidak punya tempat tinggal dan belum bekerja, tentu saja tawaran gadis itu cukup menarik.

Dario dan Lili kini sedang berada di dalam taksi yang meluncur ke pinggiran kota Roswell. Tujuan mereka adalah komplek elit di kaki bukit. Hanya orang-orang super kaya yang bisa tinggal disana.

Dario tidak tahu itu. Dia hanya mengikuti Lili karena tawaran wanita itu terdengar menarik. Sepanjang jalan dia hanya memandang keluar lewat kaca mobil.

Gedung-gedung tinggi, beragam mobil yang berseliweran dan bangunan-bangunan yang gemerlapan oleh lampu-lampu berbagai warna, terlihat lebih menarik daripada gadis cantik yang duduk di sampingnya.

Lili sedang sibuk membaca berbagai pesan dan panggilan tak terjawab di handphone-nya. Dia sengaja mematikan gadgetnya agar tidak terganggu saat dia kabur.

Kebanyakan pesan dari Gerald, kepala pelayan di rumahnya. Pria ini sudah dia anggap sebagai kakeknya sendiri.

Sedangkan yang lain, ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Henry, ayah kandungnya. Dia tidak membaca satu pesan pun dari orang itu.

Hanya ada satu pesan dari ibunya, Felicity, untuk berhati-hati di luar.

"Hei, Dario. Apakah orang tua mu tidak kehilangan saat kau pergi?" tanya Lili seakan pada dirinya sendiri. Dimasukannya kembali Handphone-nya ke dalam tas.

Dario tak langsung menjawab. Dia coba mencerna pertanyaan Lili.

"Aku sudah tidak punya orang tua," jawabnya santai.

"Oh, maafkan aku. Aku tak tahu." Ada nada menyesal dalam kata-kata Lili.

"Tidak apa-apa. Sudah lama sekali dan aku sudah terbiasa. Tapi aku punya paman dan bibi. Mereka tentu saja khawatir saat aku pergi."

Dario tersenyum cerah sambil kembali menatap keluar.

"Kau masih termasuk beruntung."

"Iya."

Taksi itu kemudian kembali hening.

xxx

"Nona, sudah sampai."

Suara supir taksi membuyarkan lamunan Lili. Dia melihat keluar. Tempat taksi berhenti adalah kaki bukit.

"Ini masih jauh. Teruskan naik ke atas!" perintahnya.

"Maaf nona, semua taksi hanya bisa sampai sini. Jika memaksa naik, mobil kami akan dihancurkan. Jadi tolonglah mengerti." Suara supir taksi itu terdengar memohon.

"Huh, ayo keluar!" kata Lili pada Dario.

Setelah menerima pembayaran ongkos, taksi itu pergi. Lili melakukan panggilan dan hanya beberapa menit kemudian, sebuah mobil Mercedes hitam turun dari atas bukit.

Keduanya langsung masuk. Dario duduk disebelah supir, tas ranselnya ada di bagasi. Sedangkan Lili duduk melamun sendirian dibelakang.

Mobil itu terus mengikuti jalanan menaiki bukit. Dari jauh, sebuah rumah mewah gaya Victoria terlihat anggun bagaikan istana dongeng.

Tak lama mobil berhenti di sebuah gerbang setinggi 10 meter. Dua orang penjaga berdiri di kiri dan kanan gerbang.

"Tuan Henry dan Nyonya Felicity sudah menunggu di dalam, nona."

"Tumben sekali orang itu tahu jalan pulang."

Lili terdengar mendengus mendengar nama Henry.

"Fabian, dia Dario. Penjaga baru yang aku rekrut. Tunjukan tempat tinggal untuknya. Besok bawa dia ke rumah belakang."

"Baik, nona," jawab Fabian cepat.

Lili lantas keluar dari mobil dan masuk gerbang itu tanpa mengatakan apa pun lagi.

Dario hanya diam tanpa berkomentar melihat semua hal saat bersama Lili sepanjang jalan ke tempat ini. Semua pasti ada waktunya untuk dia tahu.

Untuk sementara, dia bersiap untuk mulai bekerja besok. Dia ingin tahu tugas apa saja yang harus dilakukan oleh seorang bodyguard. Pekerjaan ini adalah hal baru baginya.

Fabian membawanya ke bagian samping yang terpisah dari rumah utama. Sebuah bangunan dua tingkat yang memanjang kebelakang berdiri kokoh.

Dibagian depannya, ada bangunan lebih kecil berfungsi sebagai garasi. Beberapa mobil mahal terparkir disana.

Setelah memarkirkan mobil yang mereka tumpangi, Fabian membawa Dario ke dalam bangunan dua tingkat itu.

Bangunan itu ternyata mess dan tempat latihan bagi para penjaga. Lantai pertama adalah ruang peralatan dan arena latihan. Ada juga kantin khusus di sudut belakang.

Sedangkan lantai 2 adalah kamar tidur yang berderet dalam dua baris berhadapan kebelakang. Setiap penjaga mempunyai kamarnya masing-masing.

Dario datang ketika sedang pergantian shift dari 2 ke 3 sehingga mess itu kebetulan sedang sepi. Hanya beberapa yang terlihat di lantai bawah.

"Ini kamar mu. Pakai name tag sementara ini kemanapun kau pergi," ucap Fabian sambil memberikan name tag dan perlengkapan baju ganti. "Jika ingin makan, kau hanya perlu ke kantin di lantai bawah. Kantin buka 24 jam. Apa ada yang perlu ditanyakan?"

"Bagaimana dengan besok. Apa kah aku menunggu atau harus pergi mencari mu?"

"Aku akan datang jam 8 pagi. Sebelum itu bersiaplah. Nona Lili tidak suka menunggu."

"Baiklah. Terimakasih karena sudah mengantarku."

"Tidak masalah. Jika kau perlu sesuatu, aku ada di kamar dekat parkiran mobil di depan."

"Iya."

Fabian pun kemudian pergi. Kamar penjaga yang Dario tempati cukup nyaman. Dengan ukuran 3x2,5m, kamar ini sudah di lengkapi dengan kamar mandi sendiri lengkap dengan peralatannya, sebuah kasur ukuran singel dan sepasang meja dan kursi. Ada dispenser otomatis di dekat pintu.

Dia segera meletakan ransel dan baju ganti serta seragam dari Fabian. Dia ingin segera mandi karena badannya sudah terasa lengket.

xxx

Rumah Utama.

Lili berada di balkon lantai dua yang menghadap sebuah danau buatan. Cahaya bulan memantul indah dari permukaannya.

Dia duduk sendiri dengan sebotol wine berada di meja kecil di sampingnya. Pikirannya kosong menatap ke danau. Dia bereaksi setelah menyadari ada seseorang datang.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Dia nampaknya orang yang teliti dan efektif. Tidak banyak bicara, tetapi merekam semua dengan baik." sosok Fabian muncul dari belakang. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Lili.

"Dia yang menolongku tadi sore. Sekelompok ikan teri hampir menangkap ku."

"Apakah itu berarti rencana nona sudah bocor?"

"Mungkin. Ada pengkhianat diantara kita. Hanya beberapa orang yang tahu aku pergi ke tempat 'itu'. Tapi para teri itu sudah mencegat ku."

"Lalu apa yang harus kita lakukan, nona?"

"Pergilah ke geng Scorpio. Nama bosnya Chad. Cari tahu siapa yang membayarnya untuk menangkap ku."

"Baik. Lalu apa yang akan nona lakukan pada Dario?"

Lili diam sejenak.

"Aku punya rencana lain. Dia mungkin cocok dengan rencana itu."

"Apakah dia bisa dipercaya, nona?"

"Aku tak tahu. Tapi firasat ku mengatakan semua yang dia katakan atau lakukan itu jujur."

"Apakah bukan kebetulan kalau dia tiba-tiba datang menyelamatkan anda?"

"Aku juga berpikir seperti itu. Tapi beberapa hari ini kita selidiki kebenarannya."

"Baik." Fabian kemudian undur diri, meninggalkan Lili sendirian lagi.

Pikirannya melayang saat pulang ke rumah tadi. Ayahnya langsung memaki dan memarahinya begitu dia sampai di depan pintu. Untung ada ibunya yang langsung membawanya ke kamar.

Pria itu, kenapa dia malah pulang? Tidak cukupkah dia menyakiti ibu dengan pergi bersama wanita jalang itu?

Jika bukan karena harta kakek, mana mungkin wanita itu mau dengan pria tua seperti ayah. Hanya orang bodoh yang mau percaya kalau dia mencintainya sepenuh hati seperti ibu.

'Tunggulah ibu. Aku akan segera menghancurkan pria dan keluarga wanita itu yang sudah menyakitimu.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status