Home / Urban / Bodyguard Gagah Dari Kampung / Chapter 2 : Tawaran Kerja

Share

Chapter 2 : Tawaran Kerja

last update Last Updated: 2022-12-05 12:00:09

"Tidak tertarik."

Dario berbalik melangkah pergi. Tapi sekali lagi dicegah oleh Lili.

"Aku akan memberikan gaji yang besar dan juga tempat tinggal."

"Apakah kau bisa menjamin kata-kata mu?" tanya Dario mencoba memastikan.

"Tentu saja. Aku tak pernah ingkar janji."

Setelah berpikir sejenak, Dario akhirnya setuju. Bagaimanapun dia baru tiba di kota ini. Tidak punya tempat tinggal dan belum bekerja, tentu saja tawaran gadis itu cukup menarik.

Dario dan Lili kini sedang berada di dalam taksi yang meluncur ke pinggiran kota Roswell. Tujuan mereka adalah komplek elit di kaki bukit. Hanya orang-orang super kaya yang bisa tinggal disana.

Dario tidak tahu itu. Dia hanya mengikuti Lili karena tawaran wanita itu terdengar menarik. Sepanjang jalan dia hanya memandang keluar lewat kaca mobil.

Gedung-gedung tinggi, beragam mobil yang berseliweran dan bangunan-bangunan yang gemerlapan oleh lampu-lampu berbagai warna, terlihat lebih menarik daripada gadis cantik yang duduk di sampingnya.

Lili sedang sibuk membaca berbagai pesan dan panggilan tak terjawab di handphone-nya. Dia sengaja mematikan gadgetnya agar tidak terganggu saat dia kabur.

Kebanyakan pesan dari Gerald, kepala pelayan di rumahnya. Pria ini sudah dia anggap sebagai kakeknya sendiri.

Sedangkan yang lain, ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Henry, ayah kandungnya. Dia tidak membaca satu pesan pun dari orang itu.

Hanya ada satu pesan dari ibunya, Felicity, untuk berhati-hati di luar.

"Hei, Dario. Apakah orang tua mu tidak kehilangan saat kau pergi?" tanya Lili seakan pada dirinya sendiri. Dimasukannya kembali Handphone-nya ke dalam tas.

Dario tak langsung menjawab. Dia coba mencerna pertanyaan Lili.

"Aku sudah tidak punya orang tua," jawabnya santai.

"Oh, maafkan aku. Aku tak tahu." Ada nada menyesal dalam kata-kata Lili.

"Tidak apa-apa. Sudah lama sekali dan aku sudah terbiasa. Tapi aku punya paman dan bibi. Mereka tentu saja khawatir saat aku pergi."

Dario tersenyum cerah sambil kembali menatap keluar.

"Kau masih termasuk beruntung."

"Iya."

Taksi itu kemudian kembali hening.

xxx

"Nona, sudah sampai."

Suara supir taksi membuyarkan lamunan Lili. Dia melihat keluar. Tempat taksi berhenti adalah kaki bukit.

"Ini masih jauh. Teruskan naik ke atas!" perintahnya.

"Maaf nona, semua taksi hanya bisa sampai sini. Jika memaksa naik, mobil kami akan dihancurkan. Jadi tolonglah mengerti." Suara supir taksi itu terdengar memohon.

"Huh, ayo keluar!" kata Lili pada Dario.

Setelah menerima pembayaran ongkos, taksi itu pergi. Lili melakukan panggilan dan hanya beberapa menit kemudian, sebuah mobil Mercedes hitam turun dari atas bukit.

Keduanya langsung masuk. Dario duduk disebelah supir, tas ranselnya ada di bagasi. Sedangkan Lili duduk melamun sendirian dibelakang.

Mobil itu terus mengikuti jalanan menaiki bukit. Dari jauh, sebuah rumah mewah gaya Victoria terlihat anggun bagaikan istana dongeng.

Tak lama mobil berhenti di sebuah gerbang setinggi 10 meter. Dua orang penjaga berdiri di kiri dan kanan gerbang.

"Tuan Henry dan Nyonya Felicity sudah menunggu di dalam, nona."

"Tumben sekali orang itu tahu jalan pulang."

Lili terdengar mendengus mendengar nama Henry.

"Fabian, dia Dario. Penjaga baru yang aku rekrut. Tunjukan tempat tinggal untuknya. Besok bawa dia ke rumah belakang."

"Baik, nona," jawab Fabian cepat.

Lili lantas keluar dari mobil dan masuk gerbang itu tanpa mengatakan apa pun lagi.

Dario hanya diam tanpa berkomentar melihat semua hal saat bersama Lili sepanjang jalan ke tempat ini. Semua pasti ada waktunya untuk dia tahu.

Untuk sementara, dia bersiap untuk mulai bekerja besok. Dia ingin tahu tugas apa saja yang harus dilakukan oleh seorang bodyguard. Pekerjaan ini adalah hal baru baginya.

Fabian membawanya ke bagian samping yang terpisah dari rumah utama. Sebuah bangunan dua tingkat yang memanjang kebelakang berdiri kokoh.

Dibagian depannya, ada bangunan lebih kecil berfungsi sebagai garasi. Beberapa mobil mahal terparkir disana.

Setelah memarkirkan mobil yang mereka tumpangi, Fabian membawa Dario ke dalam bangunan dua tingkat itu.

Bangunan itu ternyata mess dan tempat latihan bagi para penjaga. Lantai pertama adalah ruang peralatan dan arena latihan. Ada juga kantin khusus di sudut belakang.

Sedangkan lantai 2 adalah kamar tidur yang berderet dalam dua baris berhadapan kebelakang. Setiap penjaga mempunyai kamarnya masing-masing.

Dario datang ketika sedang pergantian shift dari 2 ke 3 sehingga mess itu kebetulan sedang sepi. Hanya beberapa yang terlihat di lantai bawah.

"Ini kamar mu. Pakai name tag sementara ini kemanapun kau pergi," ucap Fabian sambil memberikan name tag dan perlengkapan baju ganti. "Jika ingin makan, kau hanya perlu ke kantin di lantai bawah. Kantin buka 24 jam. Apa ada yang perlu ditanyakan?"

"Bagaimana dengan besok. Apa kah aku menunggu atau harus pergi mencari mu?"

"Aku akan datang jam 8 pagi. Sebelum itu bersiaplah. Nona Lili tidak suka menunggu."

"Baiklah. Terimakasih karena sudah mengantarku."

"Tidak masalah. Jika kau perlu sesuatu, aku ada di kamar dekat parkiran mobil di depan."

"Iya."

Fabian pun kemudian pergi. Kamar penjaga yang Dario tempati cukup nyaman. Dengan ukuran 3x2,5m, kamar ini sudah di lengkapi dengan kamar mandi sendiri lengkap dengan peralatannya, sebuah kasur ukuran singel dan sepasang meja dan kursi. Ada dispenser otomatis di dekat pintu.

Dia segera meletakan ransel dan baju ganti serta seragam dari Fabian. Dia ingin segera mandi karena badannya sudah terasa lengket.

xxx

Rumah Utama.

Lili berada di balkon lantai dua yang menghadap sebuah danau buatan. Cahaya bulan memantul indah dari permukaannya.

Dia duduk sendiri dengan sebotol wine berada di meja kecil di sampingnya. Pikirannya kosong menatap ke danau. Dia bereaksi setelah menyadari ada seseorang datang.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Dia nampaknya orang yang teliti dan efektif. Tidak banyak bicara, tetapi merekam semua dengan baik." sosok Fabian muncul dari belakang. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Lili.

"Dia yang menolongku tadi sore. Sekelompok ikan teri hampir menangkap ku."

"Apakah itu berarti rencana nona sudah bocor?"

"Mungkin. Ada pengkhianat diantara kita. Hanya beberapa orang yang tahu aku pergi ke tempat 'itu'. Tapi para teri itu sudah mencegat ku."

"Lalu apa yang harus kita lakukan, nona?"

"Pergilah ke geng Scorpio. Nama bosnya Chad. Cari tahu siapa yang membayarnya untuk menangkap ku."

"Baik. Lalu apa yang akan nona lakukan pada Dario?"

Lili diam sejenak.

"Aku punya rencana lain. Dia mungkin cocok dengan rencana itu."

"Apakah dia bisa dipercaya, nona?"

"Aku tak tahu. Tapi firasat ku mengatakan semua yang dia katakan atau lakukan itu jujur."

"Apakah bukan kebetulan kalau dia tiba-tiba datang menyelamatkan anda?"

"Aku juga berpikir seperti itu. Tapi beberapa hari ini kita selidiki kebenarannya."

"Baik." Fabian kemudian undur diri, meninggalkan Lili sendirian lagi.

Pikirannya melayang saat pulang ke rumah tadi. Ayahnya langsung memaki dan memarahinya begitu dia sampai di depan pintu. Untung ada ibunya yang langsung membawanya ke kamar.

Pria itu, kenapa dia malah pulang? Tidak cukupkah dia menyakiti ibu dengan pergi bersama wanita jalang itu?

Jika bukan karena harta kakek, mana mungkin wanita itu mau dengan pria tua seperti ayah. Hanya orang bodoh yang mau percaya kalau dia mencintainya sepenuh hati seperti ibu.

'Tunggulah ibu. Aku akan segera menghancurkan pria dan keluarga wanita itu yang sudah menyakitimu.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 67 : Hati Yang Terhubung

    Pria yang baru datang itu tidak memiliki badan sekekar para bajingan yang menggangu Stefanie. Sosoknya terlihat kurus dengan sebuah kacamata kotak yang terpasang di wajahnya. Namun meski begitu, tangan Jhon tidak bisa lepas dari genggaman pria itu bagaimanapun dia mencoba. Hanya tatapan dingin dari pria itu yang membuatnya merasa merinding. "Dario," Stefanie membisikan sebuah nama. "Apakah kalian tidak mengerti bahasa manusia? Pelayan ini hanya ingin kalian tidak membuat keributan." Dengan sekali hentakan, Jhon terhuyung mundur yang langsung ditahan oleh Tomi. Bajingan itu merasa malu ketika tidak bisa lepas dari genggaman lawannya dihadapan banyak orang. "Siapa kau bajingan? Berani menggangu kesenangan kami geng Red Bull!" Orang-orang di restoran yang sedang menonton menunjukkan wajah ngeri begitu Jhon menyebutkan nama geng tempat dia bernaung. Geng Jhon adalah salah satu yang terkuat di kota ini. Bisnis mereka juga lumayan banyak. Baik yang Legal maupun yang ilegal Mer

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 66 : Seorang Gadis Dan Seorang Wanita

    Fabian hanya bisa mengulum senyum melihat bosnya makan dengan lahap. Dia masih berdiri dengan tenang di samping Lili. Meskipun terlihat sederhana, masakan yang dibawa Fabian terasa berbeda. Tadinya sang bos muda terlihat ragu begitu tudung saji dibuka. Baginya yang sudah pernah berkeliling dunia, semua makanan sudah pernah dicoba. Dia pun agak skeptis dengan apa yang diucapkan Fabian. Namun saat suapan pertama memasuki mulutnya, gadis itu tanpa sadar segera menghabiskan makanan yang di meja. Nafsu makannya yang sudah hilang beberapa Minggu ini, langsung bangkit begitu saja. "Dimana kau menemukan koki ini, Fabian? Apa kau tidak memesan makanan ini dari restoran terkenal?" Ada nada penasaran yang keluar dari pertanyaan yang Lili ucapkan. "Bukannya sudah saya bilang tadi nona, anda malah bertemu koki ini terlebih dahulu daripada saya." Lili tentu saja berpikir siapa saja orang yang dia kenal. Belakangan ini kecuali Dario, yang lain sudah dia kenal sejak lama. Dia hanya b

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 65 : Perubahan

    Perubahan tampaknya jelas sedang terjadi di Boa Groups. Baik di kantor pusat atau kantor cabang, beberapa orang yang dicurigai telah ditangkap atas tuduhan penggelapan dana dan menerima suap.Mereka-mereka yang ditangkap tidak hanya dari pihak eksekutif dan manajerial, beberapa di antaranya malah hanya karyawan biasa tapi bisa membeli barang-barang yang kelihatannya cukup mahal.Hal ini tentu membuat kaget para kolega yang bekerja dengan benar untuk perusahaan. Efeknya timbul rasa saling curiga antar karyawan.Efek lainnya membuat kepercayaan publik jatuh sehingga membuat saham perusahaan menurun. Beberapa perusahaan lain yang bekerja sama dengan Boa Groups juga meninjau kembali kerjasama mereka.Sebagai orang yang sudah berkutat dengan bisnis selama puluhan tahun, Edinson sudah meramal hal itu akan terjadi.Saat ini dia tak perduli dengan saham perusahaannya yang turun dan lusinan telepon dari para pemegang saham menanyakan komitmennya.Edinson hanya ingin menyelamatkan sesuatu yang d

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 64 : Masa Lalu

    Sore menjelang malam, saat sang surya berada di ujung ufuk sebelah barat, sebuah kereta berhenti di stasiun kecil yang sepi. Hanya ada satu atau dua petugas yang terlihat di stasiun itu.Sepasang pria dan wanita turun dari gerbong belakang kereta. Tak lama kemudian, kereta itu berjalan kembali meneruskan perjalanannya. Deru suaranya kemudian hilang setelah kereta menjauh.Sang pria menuntun sang wanita dengan hati-hati. Perut sang wanita yang membuncit, menandakan ada satu kehidupan yang akan menyongsong dunia sebentar lagi."Hei Revano, kau akhirnya pulang juga!" sapa salah satu petugas yang berdiri di dekat pintu keluar masuk stasiun. " Apakah dia istrimu?""Ah, tuan Galileo, lama tak jumpa," balas pria bernama Revano itu sambil tersenyum. Dia memandang lembut ke arah sang wanita." Ya, dia istriku, Jovanka. Kami akan disini sampai anak kami lahir.""Salam, tuan Galileo." Kini giliran Jovanka yang menyapa pria paruh baya yang berusia akhir 30an."Ah, senangnya. Kau pergi begitu lama

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 63 (Bab 1 End) : Edinson Wallace Bertindak

    Sosok cantik dengan penampilannya yang elegan masuk tanpa permisi. Kehadiran sosok itu membuat Raven dan Dario berhenti tertawa. "Selamat datang, Nona." Ucap ketiga orang di ruangan serentak. Lili masuk diiringi Fabian dibelakangnya. "Apa kalian sedang menertawakan Rhino?" Lili kembali bertanya. Raven hanya tersenyum simpul. Rhino terlihat suram, sedangkan Dario hanya bisa nyengir saja. "Rhino kalah cepat dalam memburu tersangka yang meracuni saya, nona Lili. Ada yang berhasil menangkapnya sebelum dia. Makanya lihatlah wajahnya bagai rebusan ubi sekarang." "Sial kau, Raven. Semoga kakimu membusuk dan kau hanya bisa diam di ranjang selamanya." "Hei... Hei... Bukannya itu terlalu kejam?" Fabian yang sedari tadi diam ikut bicara. "Biarkan saja, Fabian. Orang tua itu kalau stress memang seperti itu." Raven kembali terkekeh. "Huh, aku jadi kangen dengan Raven kecil yang tidak banyak omong." Rhino hanya mendengus kesal. Lili hanya bisa tersenyum melihat interaksi dua sahabat itu. Da

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 62 : Kenyataan Yang Sebenarnya.

    Mobil Ferrari yang dikendarai oleh Connor perlahan memasuki gerbang rumah utama keluarga Wallace. Saat itu jam makan malam, lampu-lampu cantik sudah menyala, berderet memenuhi taman yang berada di sebelah parkiran. Sebuah mobil VW hitam sudah terparkir tak jauh dari Connor menghentikan mobilnya. Beberapa penjaga yang berjaga menyapanya dengan hormat. Setelah di parkir, Gerald sudah menunggunya di depan pintu masuk. Wajah Connor tidak terlihat baik-baik saja. Dia bisa menebak kenapa dia dipanggil kesini. "Selamat datang, tuan muda. Tuan Besar sudah menunggu di meja makan." Ucap Gerald sopan. Dia membukakan pintu dan membiarkan cucu tertua majikannya untuk masuk. "Apakah tuan besar sendirian?" tanya Connor yang berjalan di depan. "Tidak, tuan. Ada tuan Gustav yang menemani tuan besar." Desahan pelan keluar dari mulut Connor. Malam ini bisa jadi malam yang berat untuknya. Gustav seingatnya adalah teman dekat kakeknya. Saat Perusahaan Penjaga Boa didirikan, Gustav menjadi instruktur

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 61 : Rencana Reynold Dan Amarah Connor

    Hasil perlombaan hari kedua benar-benar di luar dugaan. Dua kontestan paling potensial sama-sama tidak mendapatkan poin karena gagal finish.Penyebab keduanya gagal adalah karena anak buah Lili yang dipertengahan lomba malah disangsikan untuk bisa melanjutkan. Di kubu Reynold, hasil kurang bagus yang mereka terima dalam dua hari lomba membuat ayah dan anak kelimpungan. Mereka sudah menyiapkan para pengawal terbaik untuk kontes ini. Namun adanya insiden kecelakaan beberapa pengawal, membuatnya kekurangan kekuatan. "Sudah ku bilang dari dulu, fokus untuk mengembangkan anak buahmu!" Suara Robert terdengar gusar. Dihadapannya ada Reynold dan Rose. Tampang keduanya tidak terlalu bagus. "Jika tidak ada insiden sebelum lomba, anak buahku bisa melakukannya dengan lebih baik," Reynold mencoba membela diri, tidak mau disalahkan sepenuhnya. Brakk! "Omong kosong! Kau tidak lihat apa yang terjadi dengan anak buah Lili? Dia juga mengalami

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 60 : Raven Dan Rhino 4

    Seorang pria tinggi besar melangkah santai mendekati Eros dan Randolf berada. Jaket kulit, celana serta sepatu tentara yang dia kenakan menunjukan aura yang mendominasi. "Jedi?" Sebelum ada jawaban, Randolf terlihat mengambil senjatanya dengan tangan kiri. Eros segera berlari kemudian setengah melayang menerjang tubuh sang lawan. Tanpa ampun Randolf langsung terlempar menabrak dinding. Seteguk darah keluar dari mulutnya. Erang kesakitan tak bisa tertahan. Setelah melakukan tendangan tadi, Eros juga ikut terjatuh. Dia bangkit dan mengambil pistol. Setelah mengeluarkan isinya, dia melempar senjata itu ke sungai. Jedi datang dengan senyum sumringah. Sementara Eros masih merasa De Javu dengan kejadian tadi. Dia mengingat ketika di keroyok di sebuah gang dan diselamatkan Jedi. Keduanya berpelukan. Jedi jadi orang yang terlihat paling bahagia. "Aku sudah mencari mu keliling kota selama berbulan-bulan. Tidak kusangka Eros yang melegenda malah mau mati di bawah kolong ini." Senyum meri

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 59 : Raven Dan Rhino 3

    Dulu sewaktu sudah belajar mengingat, keadaaan yang membuat Eros menjadi pribadi yang dingin dan hanya ingin sendirian.Hidup hanya dengan nenek tanpa kasih orang tua, membuatnya berpikir dunia bukan tercipta untuknya. Meski pikirannya sedikit berubah saat dia bersama Jedi mengukir legenda sebagai yang terkuat di kota, pikiran itu kembali terbawa sampai dia tiba di Roswell.Kesialan satu persatu menghampirinya yang masih hijau untuk hidup di kota besar. Dia pernah ditipu hingga semua uang yang dia bawa hilang.Pernah juga disiram sang pemilik toko ketika pagi menjelang setelah semalaman menumpang untuk sekedar memejamkan mata.Bahkan harus mengorek tempat sampah mencari makanan sisa hanya untuk sekedar memenuhi perutnya yang lapar. Berbulan-bulan Eros bekerja serabutan dengan tidur dimana saja. Dia kerap berpindah-pindah hingga bisa kenal dengan beberapa orang yang senasib dengannya.Dengan mereka, Eros belajar arti sebuah ketulusan. Meski sama-sama kekurangan, mereka siap selalu sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status