Hai semua. Terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca novel ini. Terimakasih tak terhingga untuk kalian semua. š„³š„³š„³š„³š„³ Dengan ini saya umumkan kalau novel ini akan Hiatus untuk sementara. Saya sedang mengumpulkan ide agar jalan ceritanya bisa lebih menarik kedepannya. Jujur saja saya juga sedikit keteteran untuk melanjutkan novel ini akibat kesibukan di dunia nyata. Sambil menunggu, mungkin untuk proyek novel selanjutnya saya akan menulis spin off tentang masa lalu Raven (Eros). Tapi itu buat nanti ya, bukan sekarang-sekarang. Untuk saat ini, saya sedang menulis novel lain untuk mengikuti kontes yang diadakan oleh goodnovel. Genre-nya bisa sangat berbeda dengan novel Bodyguard Gagah Dari Kampung. Minta do'anya saja semoga bisa masuk seleksi dan memenangi hadiahnya. Tanpa pembaca, apalah artinya saya. Jadi jangan berhenti untuk mendukung saya ya. Terimakasih sekali lagi untuk kalian semua. Kalian semua hebat. šš
Sore menjelang malam, saat sang surya berada di ujung ufuk sebelah barat, sebuah kereta berhenti di stasiun kecil yang sepi. Hanya ada satu atau dua petugas yang terlihat di stasiun itu.Sepasang pria dan wanita turun dari gerbong belakang kereta. Tak lama kemudian, kereta itu berjalan kembali meneruskan perjalanannya. Deru suaranya kemudian hilang setelah kereta menjauh.Sang pria menuntun sang wanita dengan hati-hati. Perut sang wanita yang membuncit, menandakan ada satu kehidupan yang akan menyongsong dunia sebentar lagi."Hei Revano, kau akhirnya pulang juga!" sapa salah satu petugas yang berdiri di dekat pintu keluar masuk stasiun. " Apakah dia istrimu?""Ah, tuan Galileo, lama tak jumpa," balas pria bernama Revano itu sambil tersenyum. Dia memandang lembut ke arah sang wanita." Ya, dia istriku, Jovanka. Kami akan disini sampai anak kami lahir.""Salam, tuan Galileo." Kini giliran Jovanka yang menyapa pria paruh baya yang berusia akhir 30an."Ah, senangnya. Kau pergi begitu lama
Perubahan tampaknya jelas sedang terjadi di Boa Groups. Baik di kantor pusat atau kantor cabang, beberapa orang yang dicurigai telah ditangkap atas tuduhan penggelapan dana dan menerima suap. Mereka-mereka yang ditangkap tidak hanya dari pihak eksekutif dan manajerial, beberapa di antaranya malah hanya karyawan biasa tapi bisa membeli barang-barang yang kelihatannya cukup mahal. Hal ini tentu membuat kaget para kolega yang bekerja dengan benar untuk perusahaan. Efeknya timbul rasa saling curiga antar karyawan. Efek lainnya membuat kepercayaan publik jatuh sehingga membuat saham perusahaan menurun. Beberapa perusahaan lain yang bekerja sama dengan Boa Groups juga meninjau kembali kerjasama mereka. Sebagai orang yang sudah berkutat dengan bisnis selama puluhan tahun, Edinson sudah meramal hal itu akan terjadi. Saat ini dia tak perduli dengan saham perusahaannya yang turun dan lusinan telepon dari para pemegang saham menanyakan komitmennya. Edinson hanya ingin menyelamatkan sesuatu
Seorang pemuda berperawakan tinggi tapi sedikit kurus, baru saja keluar dari pintu Stasiun. Sebuah tas ransel besar tersampir di punggungnya. Senyumnya mengembang melihat banyaknya orang yang keluar masuk stasiun.Namanya adalah Dario. Selama 12 jam lebih dia berada di kereta. Tujuannya adalah kota ini, Roswell. Salah satu kota besar di Negara Neatherland.Roswell adalah ibukota provinsi Hidenburgh. Perdagangan dan industrinya terhitung maju. Beberapa perusahaan multinasional juga berkantor pusat disini.Dario belum pernah ke kota ini. Selama 22 tahun hidupnya, ibukota kabupaten tempat kampungnya berada, adalah tempat paling jauh yang pernah dia datangi."Aku harus berhasil disini. Roswell aku datang."sebut Dario sambil melangkah mantap ke jalanan ramai.Hari menjelang gelap, tetapi jalanan masih terlihat ramai. Ciri khas kota besar yang tak pernah tidur. Dario membaca kembali alamat yang ditulis pamannya di bawah lampu jalanan.Alamat itu adalah te
"Tidak tertarik."Dario berbalik melangkah pergi. Tapi sekali lagi dicegah oleh Lili."Aku akan memberikan gaji yang besar dan juga tempat tinggal.""Apakah kau bisa menjamin kata-kata mu?" tanya Dario mencoba memastikan."Tentu saja. Aku tak pernah ingkar janji."Setelah berpikir sejenak, Dario akhirnya setuju. Bagaimanapun dia baru tiba di kota ini. Tidak punya tempat tinggal dan belum bekerja, tentu saja tawaran gadis itu cukup menarik.Dario dan Lili kini sedang berada di dalam taksi yang meluncur ke pinggiran kota Roswell. Tujuan mereka adalah komplek elit di kaki bukit. Hanya orang-orang super kaya yang bisa tinggal disana.Dario tidak tahu itu. Dia hanya mengikuti Lili karena tawaran wanita itu terdengar menarik. Sepanjang jalan dia hanya memandang keluar lewat kaca mobil.Gedung-gedung tinggi, beragam mobil yang berseliweran dan bangunan-bangunan yang gemerlapan oleh lampu-lampu berbagai warna, terlihat lebih menarik daripada gadis cantik
Pagi-pagi sekali Dario sudah berada di halaman mess untuk berolahraga. Dia sudah memakai baju training pemberian Fabian.Dia sudah tahu sebagian besar tata letak ruangan di tempat ini dan berkenalan dengan beberapa orang seperti penjaga kantin."Hei, anak baru. Apa kau mau bertanding?"Sebuah suara menghentikan stretching yang sedang dilakukannya.Seorang pria berambut cepak dengan baju training yang sama seperti Dario berdiri tidak jauh darinya. Dari name tag-nya, pria itu bernama Bruno."Aku hanya junior baru disini. Belum bisa melawan senior Bruno," jawab Dario."Kau cukup menarik. Aku biasanya orang yang bangun paling pagi. Hari ini aku kalah denganmu. Jadi aku penasaran. Kita bermain game ringan saja bagaimana?""Game bagaimana yang Senior maksudkan?""Kita adu cepat di lapangan sebelah. Jujur saja aku kuat di kecepatan. Aku ingin mengujinya dengan mu.""Well, kalau begitu aku terima tantanganmu, senior. Aku juga punya keunggulan di kece
Seminggu kemudian, seorang pemuda berumur 20-an sudah berdiri di depan perusahaan Boa Groups & Co. Pemuda itu terlihat rapi dengan setelan kemeja putih dan celana kain hitam. Tas gendong hitam berada di punggungnya.Sebuah name tag menggantung di saku kiri pemuda itu. Ada logo perusahaan Boa Groups di backgroundnya. Di atasnya tertulis nama Dario dan ada foto dirinya dengan kacamata berbingkai besar. Dibawah foto tertulis Departemen Marketing.Dario berpenampilan berbeda atas saran Fabian. Rambutnya disisir rapi kebelakang. Kacamata besar dipilih sekalian untuk menyamarkan wajahnya. Dia terlihat seperti kutu buku saat ini.Saat melangkah masuk, penjaga pintu membiarkannya lewat setelah melihat name tag-nya itu."Nona, aku karyawan baru dibagian marketing. Bisakah kau memberi tahuku dimana departemen marketing berada?"Dario bertanya kepada resepsionis cantik yang sedang merapikan mejanya. Name tag-nya belum dipasang, jadi dia belum tahu nama resepsionis itu."Bisa kulihat name tag mu?
Hari kedua masih tak jauh beda dengan sebelumnya. Dario tidak mengerjakan apapun sepanjang pagi. Secara kebetulan, dia mendengar isu tak sedap tentang dirinya.Ada gosip kalau Dario masuk ke perusahaan karena titipan, bukan karena usahanya sendiri. Itu dilihat dari pendidikan terakhirnya.Rata-rata yang bekerja di Perusahaan ini minimal Sarjana D3, yang paling tinggi ada beberapa yang S2. Tapi Dario justru hanya sampai D1."Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Stefanie yang kini sudah nongol dari balik sekat meja kantor Dario."Oh, nona Stefanie. Apa kau sudah mau pergi?" Dario malah balik bertanya."Iya. Aku kesini ingin mengajak mu. Apa kau jadi ikut?""Tentu saja. Pergi ke proyek adalah salah satu pengalaman menarik. Apalagi perginya dengan nona cantik seperti dirimu.""Aku jadi penasaran, apakah skill marketing mu sama hebatnya dengan skill merayu mu?"Keduanya tertawa kecil. Setelah mengobrol banyak semalam, mereka jadi lebih dekat.Stefanie termasuk tertutup soal kehidupan pribad
"Orang-orang ku terluka karena kalian. Bagaimana kalian mau bertanggungjawab?"Pria dengan anting di telinga kirinya berkata sambil bertolak pinggang. Tiga orang anak buahnya maju berdiri disampingnya dengan perban asal yang membungkus kepala dan badan mereka."Kalian yang mulai, kenapa kami yang harus tanggung jawab?""Iya,, iya benar!"Para pekerja pembuat jalan protes. Jelas-jelas mereka yang memprovokasi, kenapa mereka malah yang minta tanggungjawab?Lagi pula, puluhan teman mereka terluka. Sangat jauh dibandingkan 3 orang badut yang dibungkus ala mumi itu.Pria beranting itu hanya menyeringai."Diam!" teriaknya. "Kalian bekerja di tanah kami. Tentu saja kami juga ingin ikut membantu. Tapi kalian malah menyerang saudara-saudara kami. Ternyata orang-orang kota lebih berbahaya dari kami orang kampung."Teriakan protes kembali terdengar dari pihak para pekerja. Jelas alasan pria beranting itu hanya dibuat-buat. Membantu apanya? Mereka justru menggang