Share

Bodyguard Gagah Dari Kampung
Bodyguard Gagah Dari Kampung
Penulis: Benjiro Hirotaka

Chapter 1 : Pertama

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-05 11:00:29

Seorang pemuda berperawakan tinggi tapi sedikit kurus, baru saja keluar dari pintu Stasiun. Sebuah tas ransel besar tersampir di punggungnya. Senyumnya mengembang melihat banyaknya orang yang keluar masuk stasiun.

Namanya adalah Dario. Selama 12 jam lebih dia berada di kereta. Tujuannya adalah kota ini, Roswell. Salah satu kota besar di Negara Neatherland.

Roswell adalah ibukota provinsi Hidenburgh. Perdagangan dan industrinya terhitung maju. Beberapa perusahaan multinasional juga berkantor pusat disini.

Dario belum pernah ke kota ini. Selama 22 tahun hidupnya, ibukota kabupaten tempat kampungnya berada, adalah tempat paling jauh yang pernah dia datangi.

"Aku harus berhasil disini. Roswell aku datang."

sebut Dario sambil melangkah mantap ke jalanan ramai.

Hari menjelang gelap, tetapi jalanan masih terlihat ramai. Ciri khas kota besar yang tak pernah tidur. Dario membaca kembali alamat yang ditulis pamannya di bawah lampu jalanan.

Alamat itu adalah tempat kenalannya tinggal.

Pamannya bilang kenalannya itu adalah teman seperjuangannya dulu waktu masih muda. Dia dapat membantu Dario untuk sementara.

Setelah bertanya sana-sini, alamat kenalannya ternyata berada di belakang stasiun yang terpisah oleh sebuah sungai yang membelah kota. Dario harus melewati jembatan untuk sampai kesana.

Pemukiman itu terlihat padat dengan rumah-rumah yang berdiri berdempetan. Lampu-lampu sudah menyala di masing-masing rumah.

Jalanannya agak suram karena lampu di tiang-tiang listrik banyak yang hampir mati. Tidak banyak juga orang yang lalu lalang di sini.

Dia ingin bertanya pada seseorang saat suara orang berlari keluar dari sebuah gang. Seorang wanita dengan setelan baju dan rok putih berlari terburu-buru. Dario dan wanita itu sempat saling melirik sebelum dia menjauh berbelok ke gang yang lain.

"Cepat tangkap dia."

Beberapa pria juga keluar dari gang yang sama.

"Minggir!"

Salah satu pria itu mencoba mendorong Dario untuk menyingkir. Tapi yang di dorong tak bergeming sedikit pun. Pria itu keheranan. Keduanya saling tatap.

Sementara temannya yang lain tetap mengejar wanita itu, si pria malah berhenti. Sebuah tinju kemudian melayang ke wajah Dario yang tentu saja dia langsung hindari.

"Aku tidak ada masalah denganmu. Kenapa kau menyerang ku?" tanya Dario sambil menjauh.

Pria itu nampak kesal tinjunya tak menemui sasaran.

"Tampang mu membuatku muak," kata pria itu.

Sekali lagi si pria itu menyerang. Kali ini lebih ganas daripada tadi.

Dario dengan lincah menghindari semua serangannya. Dalam suatu kesempatan, tinjunya mendarat di perut pria itu, membuatnya tersungkur ke jalanan.

Dario mendekati lawannya yang sudah terbaring tak berdaya. Sambil jongkok di dekatnya, dia bertanya dengan nada dingin.

"Kenapa kalian mengejar wanita itu?"

Pria itu tetap diam, menatap Dario penuh dengan amarah. Dia kesal dengan pemuda dihadapannya ini, tetapi justru dia yang malah terbaring kalah.

Dario langsung meninju jalan aspal yang berada di samping kepala pria itu, meninggalkan sebuah retakan seperti sarang laba-laba.

Pria itu hanya melirik kesamping, dengan tinju seperti itu, kepalanya bisa pecah seperti bubur.

"Baik,,, baik aku akan mengatakan. Tapi kau haru melepaskan aku."

Suara pria itu bergetar. Tidak ada lagi amarah, hanya tinggal ketakutan yang tersisa. Dario hanya diam.

"Kami hanya disuruh menangkap wanita itu. Seseorang membayar mahal untuk membawanya,"

kata pria itu lagi.

"Siapa yang menyuruh kalian?"

"Aku,,, aku tidak tahu. Bos yang tahu."

"Dimana bos mu?"

"Dia yang punya tato di lehernya."

Dario menatap ke gang tempat wanita itu pergi.

Bukk!!

Pri itu pingsan sekali pukul. Dia pun diseret ke tepi jalan dan di dudukan disana. Dario segera berlari menyusul ke arah wanita dan para pria pengejarnya pergi.

xxx

Lili terpojok di sudut jalan buntu, sementara para bajingan itu berjalan perlahan mendekatinya dengan senyum menyeringai.

"Apa mau kalian?" tanyanya sambil mengambil sikap waspada.

"Apa mau kami?" seorang pria berbadan besar dengan tato di lehernya bertanya balik. "Tentu kami mau kamu nona. Ada yang berani membayar mahal untukmu."

"Berapa? Sebutkan harganya! Aku bisa membayar kalian dua kali lipat."

Pria itu tertawa diikuti oleh yang lain.

"Ini bukan masalah uang, nona. Ini soal integritas. Aku Chad, dari gang Scorpio, akan selalu mengerjakan tugas sampai selesai."

Lili menatap gerombolan Chad dan anak buahnya dengan mata menyala. Dia sedikit menyesal tak membawa para bodyguard-nya.

Dia pikir, kabur kali ini akan tetap lancar seperti sebelum-sebelumnya. Siapa sangka dia justru bisa ditemukan dan di tangkap oleh gerombolan teri seperti ini.

"Apa kalian tidak kehilangan seseorang?"

Suara pria terdengar dari belakang Chad dan teman-temannya. Mereka melihat seorang pemuda awal 20-an membawa ransel besar berdiri dengan tenang di ujung jalan.

Chad dan yang lainnya kemudian saling pandang. Mereka akhirnya sadar salah satu temannya tidak ada diantara mereka.

"Robert tidak ada. Apa yang kau lakukan padanya?"

pria paling dekat dengan Dario langsung menatap tajam padanya.

"Oh, orang itu namanya Robert rupanya. Dia tiba-tiba pingsan, aku hanya membawanya ke pinggir jalan biar tidak tertabrak mobil."

"Sialan! Itu pasti ulahmu, bocah!"

Pria itu maju langsung menyerang.

"Sama-sama tidak sabaran kalian semua, ya?"

Dario mengelak dengan santai. Ransel besarnya tidak terlihat mengganggu. Setelah beberapa serangan, pria itu justru jatuh tersungkur.

Yang lain tak tinggal diam. Mereka menyerang secara bersamaan. Sayangnya, hanya dalam hitungan beberapa detik, semuanya bernasib sama seperti pria pertama.

Tinggal Chad yang menatap nanar. Anak buahnya sudah melewati banyak pertempuran. Mereka bukan preman biasa. Tetapi sekarang semua jatuh seperti tahu lembek.

"Siapa kau, anak muda?" tanya Chad. "Kami tidak pernah menyinggung mu sebelumnya, bukan?"

Dario tersenyum. Dia melihat tato di leher pria itu. Seperti kata Robert, pria ini adalah bosnya.

"Kau benar. Kita tidak ada masalah sebelumnya. Tapi wanita itu yang punya masalah. Tanyakan saja padanya. Jika dia bilang aku pergi, aku akan pergi."

Dua orang pria yang masih berdiri menatap Lili menunggu jawaban. Tatapan gadis itu bergantian ke arah Chad dan Dario.

Yang pertama adalah bajingan yang ingin menangkapnya. Yang kedua adalah orang asing yang tiba-tiba saja muncul. Meski dia mengalahkan anak buah Chad, itu tidak menjamin kalau mereka tidak berkomplot.

"Kalahkan dia, aku akan membayarmu."

Lili melihat Dario hanya tersenyum penuh arti mendengar kata-katanya.

"Disini kau salah paham, nona. Aku tidak meminta uang mu. Anak buahnya sudah menyerang ku, aku hanya membalas. Itu sudah impas sebenarnya. Aku bisa pergi sekarang."

Kali ini Lili dan Chad yang menatap Dario bingung. Pemuda ini tiba-tiba datang dan menghajar semua orang. Tapi kini dia akan pergi begitu saja?

"Kalau kau pergi, aku Chad, kepala geng Scorpio akan berterima kasih dan akan mengajakmu bersulang di lain waktu."

Lili nampak gelisah. Meski hanya Chad sendiri, tapi dia bukan lawan pria itu. Hanya pemuda aneh ini harapan satu-satunya.

"Baik. Tolong tinggallah disini, tuan!" pinta Lili. Dia pun melihat kearah Chad. "Dia bermaksud jahat padaku. Aku sangat berterimakasih kalau kau menolong ku."

Kali ini Chad yang tidak senang.

"Aku akan pergi," kata Chad akhirnya. "Tapi sebelum itu, aku ingin tahu namamu anak muda?"

"Namaku Dario."

"Baiklah, Dario. Kali ini kami gagal menangkap wanita itu. Tapi lain waktu mungkin tidak. Aku harap tidak bertemu lagi dengan mu."

Dario hanya tersenyum melihat Chad membangunkan anak buahnya yang sudah babak belur lantas pergi. Tinggal dia dan Lili disitu.

"Well, kau sudah selamat nona. Para penjahat pun sudah pergi. Maka aku pun harus pergi. Selamat tinggal."

Dario berbalik untuk pergi, tapi suara Lili menahannya.

"Tunggu. Namamu Dario kan?"

Dario kembali berbalik menatap Lili. Bila diperhatikan dengan seksama, wanita itu memang cantik. Wajahnya oval, matanya bulat dengan iris hitam pekat. bibir tipisnya terlihat ranum. Kulitnya pun seputih susu.

"Iya benar," jawab Dario. Apa kau ada perlu denganku?"

"Kau bukan asli orang sini dan baru datang, kan?"

"Sekali lagi kau benar. Jadi apa mau mu nona?" tanya Dario balik sambil tidak sabaran dengan maksud lawan bicaranya.

"Bekerjalah untukku! Jadilah Bodyguard ku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Trader Kecil
sampai di kota rosewell.. penduduk nya boleh bercakap indonesia.. hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 67 : Hati Yang Terhubung

    Pria yang baru datang itu tidak memiliki badan sekekar para bajingan yang menggangu Stefanie. Sosoknya terlihat kurus dengan sebuah kacamata kotak yang terpasang di wajahnya. Namun meski begitu, tangan Jhon tidak bisa lepas dari genggaman pria itu bagaimanapun dia mencoba. Hanya tatapan dingin dari pria itu yang membuatnya merasa merinding. "Dario," Stefanie membisikan sebuah nama. "Apakah kalian tidak mengerti bahasa manusia? Pelayan ini hanya ingin kalian tidak membuat keributan." Dengan sekali hentakan, Jhon terhuyung mundur yang langsung ditahan oleh Tomi. Bajingan itu merasa malu ketika tidak bisa lepas dari genggaman lawannya dihadapan banyak orang. "Siapa kau bajingan? Berani menggangu kesenangan kami geng Red Bull!" Orang-orang di restoran yang sedang menonton menunjukkan wajah ngeri begitu Jhon menyebutkan nama geng tempat dia bernaung. Geng Jhon adalah salah satu yang terkuat di kota ini. Bisnis mereka juga lumayan banyak. Baik yang Legal maupun yang ilegal M

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 66 : Seorang Gadis Dan Seorang Wanita

    Fabian hanya bisa mengulum senyum melihat bosnya makan dengan lahap. Dia masih berdiri dengan tenang di samping Lili. Meskipun terlihat sederhana, masakan yang dibawa Fabian terasa berbeda. Tadinya sang bos muda terlihat ragu begitu tudung saji dibuka. Baginya yang sudah pernah berkeliling dunia, semua makanan sudah pernah dicoba. Dia pun agak skeptis dengan apa yang diucapkan Fabian. Namun saat suapan pertama memasuki mulutnya, gadis itu tanpa sadar segera menghabiskan makanan yang di meja. Nafsu makannya yang sudah hilang beberapa Minggu ini, langsung bangkit begitu saja. "Dimana kau menemukan koki ini, Fabian? Apa kau tidak memesan makanan ini dari restoran terkenal?" Ada nada penasaran yang keluar dari pertanyaan yang Lili ucapkan. "Bukannya sudah saya bilang tadi nona, anda malah bertemu koki ini terlebih dahulu daripada saya." Lili tentu saja berpikir siapa saja orang yang dia kenal. Belakangan ini kecuali Dario, yang lain sudah dia kenal sejak lama. Dia hanya b

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 65 : Perubahan

    Perubahan tampaknya jelas sedang terjadi di Boa Groups. Baik di kantor pusat atau kantor cabang, beberapa orang yang dicurigai telah ditangkap atas tuduhan penggelapan dana dan menerima suap.Mereka-mereka yang ditangkap tidak hanya dari pihak eksekutif dan manajerial, beberapa di antaranya malah hanya karyawan biasa tapi bisa membeli barang-barang yang kelihatannya cukup mahal.Hal ini tentu membuat kaget para kolega yang bekerja dengan benar untuk perusahaan. Efeknya timbul rasa saling curiga antar karyawan.Efek lainnya membuat kepercayaan publik jatuh sehingga membuat saham perusahaan menurun. Beberapa perusahaan lain yang bekerja sama dengan Boa Groups juga meninjau kembali kerjasama mereka.Sebagai orang yang sudah berkutat dengan bisnis selama puluhan tahun, Edinson sudah meramal hal itu akan terjadi.Saat ini dia tak perduli dengan saham perusahaannya yang turun dan lusinan telepon dari para pemegang saham menanyakan komitmennya.Edinson hanya ingin menyelamatkan sesuatu yang d

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 64 : Masa Lalu

    Sore menjelang malam, saat sang surya berada di ujung ufuk sebelah barat, sebuah kereta berhenti di stasiun kecil yang sepi. Hanya ada satu atau dua petugas yang terlihat di stasiun itu.Sepasang pria dan wanita turun dari gerbong belakang kereta. Tak lama kemudian, kereta itu berjalan kembali meneruskan perjalanannya. Deru suaranya kemudian hilang setelah kereta menjauh.Sang pria menuntun sang wanita dengan hati-hati. Perut sang wanita yang membuncit, menandakan ada satu kehidupan yang akan menyongsong dunia sebentar lagi."Hei Revano, kau akhirnya pulang juga!" sapa salah satu petugas yang berdiri di dekat pintu keluar masuk stasiun. " Apakah dia istrimu?""Ah, tuan Galileo, lama tak jumpa," balas pria bernama Revano itu sambil tersenyum. Dia memandang lembut ke arah sang wanita." Ya, dia istriku, Jovanka. Kami akan disini sampai anak kami lahir.""Salam, tuan Galileo." Kini giliran Jovanka yang menyapa pria paruh baya yang berusia akhir 30an."Ah, senangnya. Kau pergi begitu lama

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 63 (Bab 1 End) : Edinson Wallace Bertindak

    Sosok cantik dengan penampilannya yang elegan masuk tanpa permisi. Kehadiran sosok itu membuat Raven dan Dario berhenti tertawa. "Selamat datang, Nona." Ucap ketiga orang di ruangan serentak. Lili masuk diiringi Fabian dibelakangnya. "Apa kalian sedang menertawakan Rhino?" Lili kembali bertanya. Raven hanya tersenyum simpul. Rhino terlihat suram, sedangkan Dario hanya bisa nyengir saja. "Rhino kalah cepat dalam memburu tersangka yang meracuni saya, nona Lili. Ada yang berhasil menangkapnya sebelum dia. Makanya lihatlah wajahnya bagai rebusan ubi sekarang." "Sial kau, Raven. Semoga kakimu membusuk dan kau hanya bisa diam di ranjang selamanya." "Hei... Hei... Bukannya itu terlalu kejam?" Fabian yang sedari tadi diam ikut bicara. "Biarkan saja, Fabian. Orang tua itu kalau stress memang seperti itu." Raven kembali terkekeh. "Huh, aku jadi kangen dengan Raven kecil yang tidak banyak omong." Rhino hanya mendengus kesal. Lili hanya bisa tersenyum melihat interaksi dua sahabat itu. Da

  • Bodyguard Gagah Dari Kampung   Chapter 62 : Kenyataan Yang Sebenarnya.

    Mobil Ferrari yang dikendarai oleh Connor perlahan memasuki gerbang rumah utama keluarga Wallace. Saat itu jam makan malam, lampu-lampu cantik sudah menyala, berderet memenuhi taman yang berada di sebelah parkiran. Sebuah mobil VW hitam sudah terparkir tak jauh dari Connor menghentikan mobilnya. Beberapa penjaga yang berjaga menyapanya dengan hormat. Setelah di parkir, Gerald sudah menunggunya di depan pintu masuk. Wajah Connor tidak terlihat baik-baik saja. Dia bisa menebak kenapa dia dipanggil kesini. "Selamat datang, tuan muda. Tuan Besar sudah menunggu di meja makan." Ucap Gerald sopan. Dia membukakan pintu dan membiarkan cucu tertua majikannya untuk masuk. "Apakah tuan besar sendirian?" tanya Connor yang berjalan di depan. "Tidak, tuan. Ada tuan Gustav yang menemani tuan besar." Desahan pelan keluar dari mulut Connor. Malam ini bisa jadi malam yang berat untuknya. Gustav seingatnya adalah teman dekat kakeknya. Saat Perusahaan Penjaga Boa didirikan, Gustav menjadi instruktur

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status