Stefanie : Kenapa wanita tidak boleh ikut?Dario : Aku tak tahu. Mereka yang mengatur nya.Stefanie : Kau pasti senang karena bisa bebas, ya kan?Dario : Tidak. Bebas mau apa? Aku justru lebih suka menghabiskan waktu dengan mu di apartemen ku.Stefanie: MESUM!!!Dario tertawa membaca pesan dari Stefanie. Meski hubungan mereka belum jelas, keduanya sudah dibilang cukup dekat sejak ciuman ke dua pas selesai makan siang tadi.Saat Sandy dan Peter pergi, Dario langsung memberitahu Stefanie. Tadinya gadis itu cukup antusias, tetapi setelah tahu hanya khusus pria, Dario tahu kalau gadis itu cemberut tak suka.Dario tak membalas pesan terakhir Stefanie. Dia kembali fokus mengerjakan tugas yang diberikan padanya setelah berapa hari ini hanya bengong saja.Tak terasa waktu pun bergerak dengan cepat. Jam sudah menunjukan saatnya tutup kantor."Dario, jangan sampai kau tidak datang ya."Sandy mampir sebentar ke meja Dario yang masih terlihat sibuk."Baik, senior. Aku pasti datang.""Oke kalau beg
"Kau bisa berhenti berpura-pura mabuk, bocah."Kata Fredy langsung pada Dario. "Kau sedang sial bertemu kami dan ditinggalkan teman-temanmu."Dario tersenyum. Matanya kembali fokus. Pandangannya menyapu semua orang."Kau hebat bisa tahu aku sedang berpura-pura.""Aku cukup veteran untuk mengetahui orang benar-benar mabuk atau tidak," balas Fredy."Yah, kau benar. Aku sial punya teman seperti mereka. Tapi justru aku yang beruntung bertemu kalian. Jadi bisa membayar bill ini dan aku akan pergi.""Sombong sekali kau. Apa kau yakin bisa melawan kami semua?"Dario menyeringai. Aura pekat keluar dari tubuhnya. Dia sudah lama tidak sekesal ini. Di undang makan, malah kemudian jadi umpan untuk para preman. Dia akan berurusan dengan mereka nanti."Majulah untuk melihat aku bisa atau tidak mengalahkan kroco seperti kalian."Fredy memberi kode untuk anak buahnya maju. Dia kemudian mengambil satu bangku dan duduk di sudut dengan santainya.Sekitar 3 orang menyerang Dario yang masih duduk. Bangku m
"Dario?"Nada keterkejutan, terdengar di ruangan yang masih sepi itu. Sandy menatap melongo ke arah meja Dario yang sedang sibuk melihat sesuatu di komputernya."Oh, senior, Sandy. Selamat datang," ujar Dario sambil menengok ke sumber suara."Eh, iya," jawab Sandy agak gugup. "Apa kau tidak apa-apa kemarin?"Dario berpura-pura tidak melihat kegugupan seniornya itu. Alisnya mengernyit, seakan bingung."Ya, aku tidak apa-apa. Apakah ada yang aneh denganku?" tanyanya."Tidak,,, tidak. Aku hanya bertanya sesama rekan saja."Kali ini Sandy yang bingung. Jelas-jelas kemarin Dario ditinggalkan bersama preman-preman itu. Lantas tidak lama kemudian, rombongan pria aneh berbaju hitam datang memblokir pintu masuk restoran."Oh iya. Terimakasih senior atas acara kemarin. Aku belum sempat mengatakannya kemarin."Punggung Sandy entah mengapa merinding begitu melihat senyum Dario setelah mengucapkan terimakasih itu. Seakan dia adalah maling yang tertangkap basah
Wendy bisa dibilang wanita yang cantik. Dia seumuran dengan Stefanie. Rambutnya hitam panjang, sering di ikat kuncir kuda. Matanya besar, hidungnya agak Bangir dengan bibir sedikit tebal. Kulitnya agak kecoklatan, tapi itu membuatnya semakin eksotis.Stefanie dan Wendy bisa dikatakan memiliki sifat bertolak belakang. Yang pertama enerjik dan sedikit ke Kanakan, sedangkan yang kedua lebih kalem dan terlihat lebih dewasa."Senior, laporannya sudah ku perbaiki. Anda bisa memeriksanya," ujar Dario berdiri di dekat meja Wendy yang sedang sibuk mengetik sesuatu."Oh, benarkah. Cepat sekali. Aku pikir perlu beberapa jam lagi kau baru menyelesaikannya," kata Wendy menghentikan kegiatannya.Dia menerima berkas dari Dario dan memeriksanya sebentar."Ini bagus dan rapi," ucap Wendy tersenyum senang. "Kau sangat membantuku, Dario. Yang lain sibuk saat ku minta bantuan. Aku tadinya agak skeptis meminta tolong padamu, tapi melihat kau menyelesaikan ini, aku jadi tidak bis
"Wendy menghilang. Rumahku sepertinya dibobol orang. Ruang tengah dan kamar Wendy juga berantakan. Aku pikir dia diculik."Stefanie berkata dengan panik ditelpon. Dario tentu saja terkejut. Dia baru saja akan menyelesaikan laporan mingguan untuk Lili."Baik, aku segera kesana. Kirim alamat apartemen mu.""Iya."Dario segera mengamankan laporannya lalu berganti baju dan jaket hitam untuk segera meluncur ke tempat Stefanie.Dia berlari ke Basemen dan membuka sebuah ruangan yang disewakan sebagai gudang untuk penghuni apartemen.Sebuah motor Ducati Multistrada V2S terlihat setelah Dario membuka terpal yang menutupinya.Motor ini hadiah dari Lili sebagai kendaraan operasi bila dibutuhkan. Dario tidak memakainya karena terlalu mencolok jika dipakai kerja.Setelah memastikan alamat Stefanie, raungan motor terdengar menggema di malam yang hening.xxxHanya hitungan menit karena jalanan sudah lenggang, Dario sudah berada di apartemen Stefanie.
Edmun dan Hudson tiba hampir bersamaan dengan Dario ke ruangan cctv. Keduanya memang diminta untuk datang."Ada apa, tuan Dario? Apakah anda menemukan jejak orang itu?" tanya Hudson penasaran. Bagaimana pun, mereka baru saja berpisah tadi."Yah, bisa dibilang begitu," jawab Dario. " Tuan Hudson, apakah ada tangga khusus yang mengarah ke atap?""Iya, bagaimana kau tahu?""Hanya menebak saja," ucap Dario lagi. "Lalu tuan Edmun, adakah anak buahmu memeriksa ke atap?""Apakah maksudmu orang itu malah lari ke atas?" Edmun malah balik bertanya yang membuat Dario kesal."Ini hanya hipotesis ku. Jawab pertanyaan ku dulu.""Iya, memang mereka tidak mengecek sampai ke atas. Ada yang sampai depan pintu lalu turun lagi karena pintunya terkunci," jawab Edmun sedikit gugup."Apakah benar-benar memang terkunci atau ada sesuatu yang menahannya?" tanya Dario kemudian."Aku tidak tahu. Mereka hanya bilang pintu ke atap terkunci, lalu turun. Aku pikir juga tidak mungkin penculik itu malah ke atas. Pasti
Fraud terhuyung kebelakang. Darah menyembur dari mulutnya. Pisau yang ia pegang terpental jauh. Sebuah tendangan baru saja mengenai dagunya.Saat Fraud berbicara dengan Wendy, Dario sudah mengumpulkan kekuatannya. Dia segera menendang tangan kiri Fraud yang memegang pisau serta dagu pria itu bergantian.Dario segera bangun dan berlari ke arah pisau yang tergeletak 10 meter darinya. Tapi benda pipih yang mengeluarkan listrik kembali di lempar Fraud.Dengan Akrobatik, Dario menendang kembali benda pipih itu menjauh. Sedikit sengatan membuatnya terjatuh setelah melayang di udara.Fraud kembali melempar lebih banyak benda pipih itu ke arah Dario dan di sekitarnya. Strategi pria itu ingin Dario terkepung.Tapi sekali lagi Dario menendang semuanya sampai rusak. Fraud terlihat kesal. Kali ini dia mengeluarkan pistol khusus yang pelurunya bermuatan listrik dan menembakkannya dengan tangan kiri.Dario harus berguling-guling agar tidak kena. Jujur saja, tersengat listrik bukan pengalaman yang me
Sebenarnya Wendy sudah datang dari tadi, tapi dia tidak segera masuk. Dia hanya mendengarkan obrolan Dario dan Stefanie dibalik pintu.Pemeriksaan polisi sudah selesai, jadi dia langsung kesini untuk menemui Dario. Tak disangka, nampaknya sepasang pria dan wanita di dalam kamar cukup dekat.Wendy bisa menilai dari obrolan dan candaan mereka. Sejak kapan mereka dekat? Bukannya Stefanie itu ratu es? Hatinya tiba-tiba terasa sakit jika memikirkan itu.Setelah mendengarkan kata-kata terakhir Stefanie, Wendy akhirnya memutuskan masuk ke kamar Dario."Wendy? Apa kau baik-baik saja?"Stefanie segera bangun dan memeluk Wendy. Nada suaranya terdengar khawatir. Kekhawatiran perempuan itu benar-benar tulus, Wendy merasakan hangat di hatinya."Yah, aku tidak apa-apa. Maaf sekali lagi telah merepotkan mu, Stef," ucap Wendy yang kemudian ikut duduk bersama Stefanie."Jangan dipikirkan. Kau adalah temanku. Sesama teman harus mau direpotkan," ujar Stefanie tersenyum.Keduanya kembali berpelukan."Ehm