"Apa?" Elena berusaha memastikan pendengarannya.
"Saya bisa membantu anda untuk membalas mereka."Ia memperhatikan pria itu yang terlihat tenang, sama sekali tidak terpengaruh dengan kejadian tadi. Seolah-olah pria itu sudah terbiasa. Jack bahkan tidak bereaksi apapun ketika Lucas merendahkannya. Pria itu benar-benar pintar dalam menyembunyikan emosinya."Anda ingin pergi kemana?"Elena menghela nafas panjang, kembali menghadap ke depan."Tidak usah berbicara formal padaku. Kita sudah bukan lagi atasan dan bawahan. Aku bahkan sudah resmi menjadi pengangguran sekarang." Elena terkekeh, memikirkan apa yang baru saja terjadi.Dia mengambil ponselnya dari tas kecil yang kemarin malam ia bawa."Lebih baik jangan melihat apapun di internet. Kau tidak akan menyukainya."Elena melirik pria itu. Apakah itu artinya Jack sebenarnya sudah tahu mengenai berita ini terlebih dulu? Tapi Elena tetaplah keras kepala. Ia tetap membuka berita online di internet dan matanya membelalak ketika melihat fotonya dan Jack yang sedang bercumbu terekspos dengan jelas.Wajah Jack sengaja diblur, begitu juga dengan bagian dada Elena. Hanya wajah Elena saja yang terlihat jelas di sini. Ada beberapa foto dan semuanya hanya menampakkan wajah Elena. Ia melihat sekilas ribuan komentar di sana dan jantungnya seperti mencelus.Jack benar, dia sangat tidak menyukainya. Entah kenapa baru sekarang kedua matanya berair. Padahal tadi ia begitu tegar dan berani melawan. Dia hanyalah perempuan biasa yang akan merasa sakit hatinya ketika ribuan orang menghujatnya di dunia maya.Tanpa sadar ia mengeluarkan suara isakan, lalu tertawa ketika menyadari Jack sesekali memperhatikannya."Padahal aku sudah terbiasa menghadapi masalah seperti ini. Tapi..." Tidak dengan tubuh telanjangnya yang menjadi konsumsi publik.Selama ini ia tidak pernah berpenampilan terbuka seperti perempuan kebanyakan. Elena adalah perempuan konservatif. Ia tidak pernah menampakkan belahan dadanya atau paha mulusnya. Ia selalu berpakaian tertutup. Bahkan di pesta kemarin, ia memakai gaun panjang berlengan panjang.Elena menangis semakin keras, menumpahkan segala emosi yang kini meledak di dadanya. Jack menyodorkan sekotak tisu dari atas dashboard yang langsung diterima oleh Elena."Sekarang semua orang menganggapku perempuan jalang yang murahan. Berselingkuh dengan bodyguarku sendiri," ucapnya dengan suara bergetar, lalu kembali terkekeh. "Aku benar-benar menyedihkan, bukan?"Pria di sampingnya menepikan mobil dan mematikan mesinnya."Maaf sudah mengambil keperawananmu. Aku hanya... Aku sedang dalam kondisi kurang baik. Aku mengira..."Jack tidak melanjutkan ucapannya. Pria itu malah membuka pintu mobil dan menutupnya, meninggalkan Elena sendiri dengan tangisannya. Apakah Lucas juga menganggapnya murahan? Tapi ia bersumpah melihat seringai tipis itu tadi.Hatinya terasa sakit luar biasa. Selama ini ia mengira bahwa Lucas benar-benar mencintainya. Tapi pria itu hanya diam saja dan malah mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Sama sekali tidak berniat untuk membelanya atau mendukungnya untuk melewati masalah ini.Bukankah selama ini ia selalu mentoleransi kesalahan pria itu? Dia memaafkannya ketika Lucas ketahuan selingkuh. Dia menutup mata ketika Lucas kedapatan memakai narkoba.Lantas kenapa sekarang pria itu langsung mencampakkannya begitu ia melakukan satu saja kesalahan yang bahkan tidak ia sengaja? Apakah pria itu bahkan mencintainya? Apakah selama ini hanya dia saja yang terlalu mencintai pria itu hingga gampang dibodohi?Dan kenapa Lucas bisa berada di mansion ayahnya sepagi itu? Pria itu tidak pernah mau ke mansion jika tidak ada dirinya dengan alasan kurang cocok dengan Miranda. Lalu tadi apa? Lucas bahkan berdiri di samping Bella dan Miranda.Suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya. Elena mendongak dan mendapati Jack tengah mengulurkan sebotol air mineral dingin dan sekotak es krim rasa coklat."Kudengar wanita akan merasa tenang jika memakan es krim," kata pria itu masih dengan tanpa ekspresi."Terima kasih," ucap Elena sambil menerima pemberian dari pria itu.Jack tidak duduk di kursi pengemudi, namun kembali menutup pintu dan sedikit menjauh dari mobil. Elena membuka kotak es krim dan langsung menyuapkannya ke dalam mulutnya. Ia memang benar-benar membutuhkannya.Matanya memperhatikan Jack yang terlihat sedang menelepon seseorang dengan sebelah tangan berkacak pinggang. Kacamata hitam bertengger di wajahnya, membuatnya terlihat seksi dan benar-benar memanjakan mata.Jack terlihat seperti seorang model pria yang sedang mempromosikan jaket dan celana jeans alih-alih seorang bodyguard.Beberapa wanita segala usia langsung berhenti ketika melihat pria itu. Mereka bahkan tidak segan-segan mengangakan mulut mereka ketika melihat ketampanan pria itu.Elena menelan es krim di mulutnya dan tanpa sadar menggigiti sendok plastik. Ketika bersama Lucas, ia tidak pernah melihat fenomena seperti itu. Tiba-tiba ia merasa minder. Kepalanya menunduk untuk melihat pakaiannya.Sebagai seorang putri konglomerat, seharusnya ia bisa berdandan lebih elegan. Bukan malah terlihat kuno seperti ini. Ia mendesah lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Kenapa juga ia harus memikirkan penampilannya dan penampilan pria itu di saat-saat seperti ini?"Sekarang anda mau kemana?" Tiba-tiba Jack sudah kembali ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya, membuatnya terhenyak."Sudah kubilang jangan berbicara formal lagi. Aku sudah bukan lagi putri konglomerat."Jack tidak merespon. Elena kembali mengesah. Menghadapi Jack ternyata membuatnya lelah. Lebih baik ia menghadapi ayahnya yang menggebu-gebu daripada pria dingin seperti patung di sampingnya."Antar aku ke Greenlake. Ada beberapa barang yang harus kuambil."Pria itu mengangguk dan langsung menambah kecepatan tanpa mengatakan apapun.***"Maaf, Tuan Thomas memerintahkan kami untuk menahan anda agar tidak memasuki gedung ini."Elena menghentikan langkahnya ketika dua sekuriti menahan lengannya."Jangan menyentuhnya," kata Jack dengan tatapan mengintimidasi.Dua sekuriti itu sempat mundur, namun kembali berdiri tegak."Aku masih penerus sah Greenlake Group, jadi kalian tidak berhak melarangku untuk memasuki perusahaan milik keluargaku sendiri," kata Elena mulai berang.Suasana hatinya benar-benar buruk pagi ini, dan dua orang di hadapannya membuatnya menjadi lebih buruk lagi."Maaf, Tuan Thomas memiliki wewenang tertinggi di perusahaan ini, jadi kami lebih mendengarkan perintah dari beliau.""Berani sekali kalian menahanku. Kalau bukan karena...""Ada apa ini?" Suara bariton dari arah lobi mengalihkan perhatian mereka. Seorang pria berambut pirang melihat mereka sambil menaikkan alisnya."Maaf Tuan Alan, Tuan Thomas menyuruh kami untuk menahan Nona Elena agar tidak memasuki gedung ini," jawab salah seorang sekuriti.Pria yang dipanggil Alan itu mengibaskan tangannya."Tidak apa-apa. Tadi paman meneleponku dan mengijinkan putrinya untuk menyelesaikan urusannya sebelum meninggalkan perusahaan," kata pria itu.Kedua sekuriti langsung menunduk dan membiarkan Elena untuk masuk ke dalam gedung."Apa ayah benar-benar meneleponmu?" tanya Elena dengan langkah terburu-buru.Alan langsung menempatkan jari telunjuknya di depan bibir. Mereka bertiga menuju ke lift untuk naik ke lantai paling atas."Banyak mata-mata di sini. Aku diberitahu oleh Mia ketika kau diusir dari rumah."Alan adalah sepupu Elena dari pihak ibu. Pria itu sangat akrab dengan Elena dan sudah seperti saudara kandung. Hanya Alan satu-satunya yang berada di pihaknya. Dan Mia. Pelayan khususnya yang begitu setia padanya karena langsung direkrut oleh ibunya sebelum meninggal."Cepat ambil apa saja yang penting dan segera pergi dari sini sejauh mungkin. Sisanya biar aku yang mengatasinya," bisik Alan ketika pintu lift terbuka.Elena tidak membuang-buang waktu lagi. Ia langsung masuk ke ruangan CEO yang kemarin masih ditempatinya dan mengambil berkas-berkas penting dari dalam brankas.Setelah memastikan semua yang penting sudah dibawanya, ia bergegas keluar dari ruangan itu dan menyerahkannya pada Alan yang langsung menyembunyikannya di bawah tumpukan dokumen agar tidak ada yang curiga.Pria itu tiba-tiba mencengkeram lengan Jack dan menatapnya penuh arti. Jack mengangguk dan menarik lengan Elena untuk segera pergi dari sana."Kenapa terburu-buru sekali?" tanya Elena heran ketika Jack hampir berlari setelah berhasil menuruni gedung tinggi itu hingga akhirnya keluar dari lift."Oh, masih berani ke tempat ini rupanya?""Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la