Share

3. Mental Breakdown

"Apa?" Elena berusaha memastikan pendengarannya.

"Saya bisa membantu anda untuk membalas mereka."

Ia memperhatikan pria itu yang terlihat tenang, sama sekali tidak terpengaruh dengan kejadian tadi. Seolah-olah pria itu sudah terbiasa. Jack bahkan tidak bereaksi apapun ketika Lucas merendahkannya. Pria itu benar-benar pintar dalam menyembunyikan emosinya.

"Anda ingin pergi kemana?"

Elena menghela nafas panjang, kembali menghadap ke depan.

"Tidak usah berbicara formal padaku. Kita sudah bukan lagi atasan dan bawahan. Aku bahkan sudah resmi menjadi pengangguran sekarang." Elena terkekeh, memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Dia mengambil ponselnya dari tas kecil yang kemarin malam ia bawa.

"Lebih baik jangan melihat apapun di internet. Kau tidak akan menyukainya."

Elena melirik pria itu. Apakah itu artinya Jack sebenarnya sudah tahu mengenai berita ini terlebih dulu? Tapi Elena tetaplah keras kepala. Ia tetap membuka berita online di internet dan matanya membelalak ketika melihat fotonya dan Jack yang sedang bercumbu terekspos dengan jelas.

Wajah Jack sengaja diblur, begitu juga dengan bagian dada Elena. Hanya wajah Elena saja yang terlihat jelas di sini. Ada beberapa foto dan semuanya hanya menampakkan wajah Elena. Ia melihat sekilas ribuan komentar di sana dan jantungnya seperti mencelus.

Jack benar, dia sangat tidak menyukainya. Entah kenapa baru sekarang kedua matanya berair. Padahal tadi ia begitu tegar dan berani melawan. Dia hanyalah perempuan biasa yang akan merasa sakit hatinya ketika ribuan orang menghujatnya di dunia maya.

Tanpa sadar ia mengeluarkan suara isakan, lalu tertawa ketika menyadari Jack sesekali memperhatikannya.

"Padahal aku sudah terbiasa menghadapi masalah seperti ini. Tapi..." Tidak dengan tubuh telanjangnya yang menjadi konsumsi publik.

Selama ini ia tidak pernah berpenampilan terbuka seperti perempuan kebanyakan. Elena adalah perempuan konservatif. Ia tidak pernah menampakkan belahan dadanya atau paha mulusnya. Ia selalu berpakaian tertutup. Bahkan di pesta kemarin, ia memakai gaun panjang berlengan panjang.

Elena menangis semakin keras, menumpahkan segala emosi yang kini meledak di dadanya. Jack menyodorkan sekotak tisu dari atas dashboard yang langsung diterima oleh Elena.

"Sekarang semua orang menganggapku perempuan jalang yang murahan. Berselingkuh dengan bodyguarku sendiri," ucapnya dengan suara bergetar, lalu kembali terkekeh. "Aku benar-benar menyedihkan, bukan?"

Pria di sampingnya menepikan mobil dan mematikan mesinnya.

"Maaf sudah mengambil keperawananmu. Aku hanya... Aku sedang dalam kondisi kurang baik. Aku mengira..."

Jack tidak melanjutkan ucapannya. Pria itu malah membuka pintu mobil dan menutupnya, meninggalkan Elena sendiri dengan tangisannya. Apakah Lucas juga menganggapnya murahan? Tapi ia bersumpah melihat seringai tipis itu tadi.

Hatinya terasa sakit luar biasa. Selama ini ia mengira bahwa Lucas benar-benar mencintainya. Tapi pria itu hanya diam saja dan malah mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Sama sekali tidak berniat untuk membelanya atau mendukungnya untuk melewati masalah ini.

Bukankah selama ini ia selalu mentoleransi kesalahan pria itu? Dia memaafkannya ketika Lucas ketahuan selingkuh. Dia menutup mata ketika Lucas kedapatan memakai narkoba.

Lantas kenapa sekarang pria itu langsung mencampakkannya begitu ia melakukan satu saja kesalahan yang bahkan tidak ia sengaja? Apakah pria itu bahkan mencintainya? Apakah selama ini hanya dia saja yang terlalu mencintai pria itu hingga gampang dibodohi?

Dan kenapa Lucas bisa berada di mansion ayahnya sepagi itu? Pria itu tidak pernah mau ke mansion jika tidak ada dirinya dengan alasan kurang cocok dengan Miranda. Lalu tadi apa? Lucas bahkan berdiri di samping Bella dan Miranda.

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya. Elena mendongak dan mendapati Jack tengah mengulurkan sebotol air mineral dingin dan sekotak es krim rasa coklat.

"Kudengar wanita akan merasa tenang jika memakan es krim," kata pria itu masih dengan tanpa ekspresi.

"Terima kasih," ucap Elena sambil menerima pemberian dari pria itu.

Jack tidak duduk di kursi pengemudi, namun kembali menutup pintu dan sedikit menjauh dari mobil. Elena membuka kotak es krim dan langsung menyuapkannya ke dalam mulutnya. Ia memang benar-benar membutuhkannya.

Matanya memperhatikan Jack yang terlihat sedang menelepon seseorang dengan sebelah tangan berkacak pinggang. Kacamata hitam bertengger di wajahnya, membuatnya terlihat seksi dan benar-benar memanjakan mata.

Jack terlihat seperti seorang model pria yang sedang mempromosikan jaket dan celana jeans alih-alih seorang bodyguard.

Beberapa wanita segala usia langsung berhenti ketika melihat pria itu. Mereka bahkan tidak segan-segan mengangakan mulut mereka ketika melihat ketampanan pria itu.

Elena menelan es krim di mulutnya dan tanpa sadar menggigiti sendok plastik. Ketika bersama Lucas, ia tidak pernah melihat fenomena seperti itu. Tiba-tiba ia merasa minder. Kepalanya menunduk untuk melihat pakaiannya.

Sebagai seorang putri konglomerat, seharusnya ia bisa berdandan lebih elegan. Bukan malah terlihat kuno seperti ini. Ia mendesah lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Kenapa juga ia harus memikirkan penampilannya dan penampilan pria itu di saat-saat seperti ini?

"Sekarang anda mau kemana?" Tiba-tiba Jack sudah kembali ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya, membuatnya terhenyak.

"Sudah kubilang jangan berbicara formal lagi. Aku sudah bukan lagi putri konglomerat."

Jack tidak merespon. Elena kembali mengesah. Menghadapi Jack ternyata membuatnya lelah. Lebih baik ia menghadapi ayahnya yang menggebu-gebu daripada pria dingin seperti patung di sampingnya.

"Antar aku ke Greenlake. Ada beberapa barang yang harus kuambil."

Pria itu mengangguk dan langsung menambah kecepatan tanpa mengatakan apapun.

***

"Maaf, Tuan Thomas memerintahkan kami untuk menahan anda agar tidak memasuki gedung ini."

Elena menghentikan langkahnya ketika dua sekuriti menahan lengannya.

"Jangan menyentuhnya," kata Jack dengan tatapan mengintimidasi.

Dua sekuriti itu sempat mundur, namun kembali berdiri tegak.

"Aku masih penerus sah Greenlake Group, jadi kalian tidak berhak melarangku untuk memasuki perusahaan milik keluargaku sendiri," kata Elena mulai berang.

Suasana hatinya benar-benar buruk pagi ini, dan dua orang di hadapannya membuatnya menjadi lebih buruk lagi.

"Maaf, Tuan Thomas memiliki wewenang tertinggi di perusahaan ini, jadi kami lebih mendengarkan perintah dari beliau."

"Berani sekali kalian menahanku. Kalau bukan karena..."

"Ada apa ini?" Suara bariton dari arah lobi mengalihkan perhatian mereka. Seorang pria berambut pirang melihat mereka sambil menaikkan alisnya.

"Maaf Tuan Alan, Tuan Thomas menyuruh kami untuk menahan Nona Elena agar tidak memasuki gedung ini," jawab salah seorang sekuriti.

Pria yang dipanggil Alan itu mengibaskan tangannya.

"Tidak apa-apa. Tadi paman meneleponku dan mengijinkan putrinya untuk menyelesaikan urusannya sebelum meninggalkan perusahaan," kata pria itu.

Kedua sekuriti langsung menunduk dan membiarkan Elena untuk masuk ke dalam gedung.

"Apa ayah benar-benar meneleponmu?" tanya Elena dengan langkah terburu-buru.

Alan langsung menempatkan jari telunjuknya di depan bibir. Mereka bertiga menuju ke lift untuk naik ke lantai paling atas.

"Banyak mata-mata di sini. Aku diberitahu oleh Mia ketika kau diusir dari rumah."

Alan adalah sepupu Elena dari pihak ibu. Pria itu sangat akrab dengan Elena dan sudah seperti saudara kandung. Hanya Alan satu-satunya yang berada di pihaknya. Dan Mia. Pelayan khususnya yang begitu setia padanya karena langsung direkrut oleh ibunya sebelum meninggal.

"Cepat ambil apa saja yang penting dan segera pergi dari sini sejauh mungkin. Sisanya biar aku yang mengatasinya," bisik Alan ketika pintu lift terbuka.

Elena tidak membuang-buang waktu lagi. Ia langsung masuk ke ruangan CEO yang kemarin masih ditempatinya dan mengambil berkas-berkas penting dari dalam brankas.

Setelah memastikan semua yang penting sudah dibawanya, ia bergegas keluar dari ruangan itu dan menyerahkannya pada Alan yang langsung menyembunyikannya di bawah tumpukan dokumen agar tidak ada yang curiga.

Pria itu tiba-tiba mencengkeram lengan Jack dan menatapnya penuh arti. Jack mengangguk dan menarik lengan Elena untuk segera pergi dari sana.

"Kenapa terburu-buru sekali?" tanya Elena heran ketika Jack hampir berlari setelah berhasil menuruni gedung tinggi itu hingga akhirnya keluar dari lift.

"Oh, masih berani ke tempat ini rupanya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status