Kemudian barisan di belakang Aleta membrondong masuk. Namun, mereka tetap tidak berani mendahului Aleta atau gadis itu akan mengeluarkan jurus andalan.
Grrr
Rahang Aleta mengeras. Ia menarik kursi di antara Jhon dan Mini. Lantas, menghempas kasar bokongnya dibarengi melempar tas ke dada Jhon.
Jhon agak terkejut. Untunglah ia cepat menangkap. "Oh, hai," sapa Jhon. Aleta balas menyerongkan bibir dengan endusan sebal.
"Hay, Aleta," sapa Mini juga.
Aleta membuang wajah. Ia menggosok-gosok ujung hidungnya. Tanpa basa-basi, Aleta menyambar piring makanan di hadapan Jhon.
Gadis itu merampas pisah dan garp
Dilumatnya bibir Aleta. Rasanya manis dan lembut. Siapapun pasti akan dibuat ketagihan. Seperti Jhon.Dan kenyataannya hanya Jhon seorang, yang berhasil mengambil semua itu. Sebuah keberuntungan memang.Aleta membelalak. Ia berontak. Ia mendorong kasar dada bidang Jhon, tetapi Jhon gencar menekan tubuhnya.Dalam hati Aleta berkata, "Bajingan!"Lumatan Jhon beralih ke bibir atas gadis itu. Ia isap seolah bibir Aleta adalah mie ayam.Sembari meronta. Sesekali mata Aleta me
Kedua peluru itu mulai berdekatan, berdekatan, dan dalam jarak satu inci mereka saling melewati.Sigap Jhon menyamping. Membiarkan peluru itu menerjang tiang penyangga gedung kampus. Sementara peluru darinya berhasil menggoreskan luka di lengan pria pengintai itu.Darah segar merembas keluar melalui serat pakaian pria itu. Ia melirik lengannya. "Bajingan!"Secepat kilat, Jhon menekan lengannya yang terluka. Darah segar si pengintai keluar semakin deras."Ash." Jelas ia kesakitan.
Bibir Aleta mengembang. Bola matanya bergerak ke atas. Tidak salah lagi. Pasti gadis itu sedang memikirkan sebuah ide."Hum, aku sudah lama tidak mengunjungi arena tarung bebas milik ayah Beni.""Your mean, your father?""Siapa lagi ayah Beni? Aku? Ck, tidak sudi," jawabnya merotasikan mata.Jhon mengulas senyum. Ia suka cara Aleta merotasikan mata. "Dan kau ingin datang ke sana?""Tentu saja, dan lagi biasanya Sky suka ikut serta. Kau bisa mengambil kesempatan ini," sar
"Tidak semudah itu, Sky!"Sudut bibir Sky terangkat sinis. Seseorang sejenis dirinya mana mau dikalahkan oleh Jhon, yang ja anggap pria rendahan dan antah berantah."Jangan harap bisa lolos dariku, Jhon Christy." Tekan Sky kemudian melingkarkan kaki kanannya ke kaki kiri Jhon. Dari gerakan itu, Sky mendorong bagian belakang lutut Jhon. Membuat kaki Jhon bertekuk sehingga posisi tubuhnya sedikit membungkuk dan Sky memelintir tangan pria itu ke belakang juga.KrekkkSaking kuatnya pelintiran tangan Sky. Tulang sendi Jhon seolah akan patah. Pria itu meringis keci
"Bodoh!" Hardik Lousion. "Bagaimana bisa kau kalah dari seorang darah asing seperti keparat itu, hah?" Lanjutnya, menyudutkan Sky.Sky hanya mampu tertunduk. Jangankan menatap, membalas hardikan sang ayah pun ia tidak berani meskipun dalam hatinya ia ingin sekali melawan pria berdarah Rusia murni itu.Lousion mengusap kasar rambutnya ke belakang. Dan ia melihat bingkai foto mendiang sang istri. Di dalam foto tatapan mendiang istrinya persis seperti tatapan Aleta. Namun, mendiang istri memiliki sedikit kehangatan untuk Lousion sehingga pria itu masih amat sangat mencintai istrinya hingga detik ini."Lihat, kau lihat, wanita yang telah berbaik hati me
"Akh!"Sebuah benda berat seakan menghantam kepala Aleta. Pening menjalari otak berisi rencana pembunuhan itu. Langkahnya terhenti. Ia berdiri memukul-mukul kepalanya."Hei, ada apa?" Tanya Jhon, lembut tapi khawatir. Jhon tarik tangan Aleta. "Jangan dipukul begitu, kau bisa gila dan saat kau gila dunia akan damai.""Damn!" Umpat Aleta disertai mata melotot."Bercanda, mana mungkin dunia damai, yang ada malah kacau balau termasuk dunia ku."Receh sekali gombalan Jhon. Setidaknya mampu mengukir senyum tipis pada wajah Aleta. Meskipun senyum itu cepat menghilang karena sakit mendera bagai ditusuk.
Spontan kerumunan di depan jhon membelah. Memberi cukup celah untuk Jhon lintasi."Jhon celana mu!" Bisik Aleta nyaris mencium daun telinga Jhon Christy.Rahang Sky mengeras. Amarahnya meluap-luap. Ia semakin tak sabar menghabisi Jhon. Lantas, melempar mayatnya ke hadapan Romis."Aku tidak pakai kolor. Kalau ku lepas artinya aku hanya menggunakan segitiga bermuda," tukas Jhon."Oh, burung mu bisa jadi kabur ke arah ku," tanbah Aleta, menggoda.Percakapan membisik mereka
Suara Aleta barusan begitu jelas. Gadis itu berteriak. Tidak mungkin ia dalam keadaan baik-baik saja. Terlebih sekarang ia tidak ada di sini. Jhon kalang kabut mencari sosoknya.Ia membelah kerumunan. Melihat satu persatu wajah mereka. Mengedar ke segala sudut, dan Aleta memang tidak ada."Oh, shit!" Jhon menarik kasar rambutnya. Arah mata pria itu tertuju pada pintu besi_akses.Ia bergegas membuka pintu. Menyusuri lorong gelap seperti tadi. Namun, sial sosok Aleta tidak juga ia temukan."Suaranya bisa terdengar. Artinya bukan di sini."Jhon kembali masuk. Ia lihat di beberapa titik ada pintu-pintu lain.