"Akh!"
Sebuah benda berat seakan menghantam kepala Aleta. Pening menjalari otak berisi rencana pembunuhan itu. Langkahnya terhenti. Ia berdiri memukul-mukul kepalanya.
"Hei, ada apa?" Tanya Jhon, lembut tapi khawatir. Jhon tarik tangan Aleta. "Jangan dipukul begitu, kau bisa gila dan saat kau gila dunia akan damai."
"Damn!" Umpat Aleta disertai mata melotot.
"Bercanda, mana mungkin dunia damai, yang ada malah kacau balau termasuk dunia ku."
Receh sekali gombalan Jhon. Setidaknya mampu mengukir senyum tipis pada wajah Aleta. Meskipun senyum itu cepat menghilang karena sakit mendera bagai ditusuk.
Spontan kerumunan di depan jhon membelah. Memberi cukup celah untuk Jhon lintasi."Jhon celana mu!" Bisik Aleta nyaris mencium daun telinga Jhon Christy.Rahang Sky mengeras. Amarahnya meluap-luap. Ia semakin tak sabar menghabisi Jhon. Lantas, melempar mayatnya ke hadapan Romis."Aku tidak pakai kolor. Kalau ku lepas artinya aku hanya menggunakan segitiga bermuda," tukas Jhon."Oh, burung mu bisa jadi kabur ke arah ku," tanbah Aleta, menggoda.Percakapan membisik mereka
Suara Aleta barusan begitu jelas. Gadis itu berteriak. Tidak mungkin ia dalam keadaan baik-baik saja. Terlebih sekarang ia tidak ada di sini. Jhon kalang kabut mencari sosoknya.Ia membelah kerumunan. Melihat satu persatu wajah mereka. Mengedar ke segala sudut, dan Aleta memang tidak ada."Oh, shit!" Jhon menarik kasar rambutnya. Arah mata pria itu tertuju pada pintu besi_akses.Ia bergegas membuka pintu. Menyusuri lorong gelap seperti tadi. Namun, sial sosok Aleta tidak juga ia temukan."Suaranya bisa terdengar. Artinya bukan di sini."Jhon kembali masuk. Ia lihat di beberapa titik ada pintu-pintu lain.
"Tadi sangat seru, pandangan ku seolah menembus awan hitam di sana," ucapnya seraya mengangkat jari ke udara. Menunjuk langit hitam legam tiada bintang.GrrrSi Hulk menggeram. Deretan giginya bagai taring singa, siap melahap. Aleta terkekeh, mentertawakan pria bertubuh besar itu."Haiden! Anjingmu ini payah sekali," ejek Aleta.Haiden membuang puntung rokok miliknya. Secepat kilat ia merogoh dada lalu mengeluarkan senjata api, dan dilempar ke arah si Hulk.Sigap hulk ta
Lalu, Aleta merobek sedikit ujung gaunnya. Bermodalkan robekan kain itu, ia mencomot potongan burung elang milik si Hulk, yang tergeletak di permukaan tanah.Ia meringis, jijik tapi anehnya ia tetap mengambil bagian masa depan si Hulk itu. Ia pertontonkan burung elang tersebut kepada Haiden."Lihat ini baik-baik, Haiden! Apa menurutmu ini kurang berotot, besar atau kurang panjang?"Melihat benda panjang berurat berlumuran darah itu. Mendadak kekuatan Haiden seolah runtuh. Rasa ngilu menjalari tubuhnya. Terutama pada bagian selangkangan. Lantas, Haiden bersimpuh duduk.
Hai, hai. Apa kabar kalian? Tiga hari Othor engga up, kalian rindu, kah? Rindu, dong. Masa engga, sih. WkwkJangan resah babe. Hari ini Othor bakalan up dua bab. Panteng terus, yawww. Love you all❤️_______"Anak pungut? Sky anak pungut?"Sepaham Aleta. Sky betul kakaknya meskipun ia sendiri tidak tau, Sky kakak kandung atau bukan. Sky dan Aleta hidup berdampingan sejak kecil."Mungkin saatnya kau tau," jawab Jhon.Aleta mengerutkan kening. Ia menggaruk kepalanya keheranan."Kita keluar dulu. Aku akan mengungkap beberapa hal, yang mungkin kau
Tuh, Othor kasih bab lagi. Yang baru datang. Sok tambahkan novel ini ke rak buku kalian yaw. Yang sudah menambahkan jangan lupa pantengin terus ya wkwk. Btw kasih Krisan juga dong buat Othornya. Kali aja Othor ada salah kata atau alur cerita yang gimana gitu, ye kannn.Dahlah, salam kiss dari Othor 😘_____Kurang dari tiga puluh menit. Aleta menghabiskan semua porsi steak daging, yang Jhon pesan. Bahkan Jhon hanya disisakan dua kali suap saja. Jhon sampai geleng-geleng kepala.Ditambah gadis itu juga meneguk habis satu botol anggur.Untunglah ia tidak mabuk. Kesadarannya kasih ada meski kedua netra hijau keabu-abuan miliknya memerah."Sudah kenyang?" Tanya Jhon, memastikan karena seorang Aleta seolah tak memiliki rasa kenyang jika hanya memakan se
"Ibu?"Sepasang mata tajam bak mata pisau miliknya tetiba redup. Semua kebengisan dari cara ia memandang mendadak lenyap. Netranya berubah redup, redup dan tanpa sadar buliran hangat membasahi pipi Aleta.Buliran itu jelas terasa. Aleta tersadarkan. Sigap ia seka. "Sialan, apa ini."Dalam waktu sekejap. Wajah sangar gadis itu kembali. Ia menghela nafas berat."Lousion sialan. Kenapa dia menyimpan foto besar ibuku di sini. Dasar payah! Mana kamarnya gelap mirip pemakaman. Persis sekali tempat ibuku rebahan," decak Aleta sambil menaiki tempat tidur Lousion.
Cek-klekPintu terbuka. Sejenak Lousion berdiri mengedarkan mata. Tidak ada seorang pun di dalam.Beni, anjing kesayangan Lousion berlari dari perapian. Ia melompat ke dalam pelukan Lousion.Lousion usap-usap kepala Beni, yang plontos tanpa bulu. Ia perhatikan baik-baik anjing tersebut. Ia menghela lega karena sepertinya hari ini Aleta tidak mengusik Beni."Jhon!" Panggil Lousion, lantang."Iya, tuan." Tiba-tiba Jhon berdiri di belakang Lousion. Kehadiran pria itu tidak Lousion sadari semenjak Lousion masuk."Di mana Aleta?""Ada di