Hampir semua orang berkata demikian. Jhon selalu disebut tidak mirip ayah atau ibunya. Ia juga nyaris diduga anak pungut. Namun, Jhon sangat yakin dirinya bukanlah anak pungut seperti kata orang-orang.
Ia ingat. Sang ibu pernah berkata. Ketampanan Jhon memang bukan dari orang tua melainkan dari kakek buyut Jhon, yang dulunya tentara belanda.
"Kalau aku anak haram, bagaimana?" Sekalian saja Jhon tambah-tambahkan. "Kau akan berbuat apa pada anak haram ini?"
"Ck, aku tidak peduli," balasnya seraya memunggungi.
Dengan begitu, Jhon dapat melihat punggung lurus Aleta. Rambut ikalnya, yang tergerai. Lekukan indah tubuh gadis itu serta aroma wangi dari shampo, yang ia pakai.
"Aleta," panggil Jhon, serak.
Aleta balas bergumam. Ia tak tertarik berbalik. Jhon tersenyum satu sisi sambil memainkan helaian rambut gadis itu.
"Sakit, bodoh!" Omel Aleta.
"Kau tidak pernah memiliki kekasih?"
Gadis itu membisu. Tangannya mengepal. Jujur, i
Mohon maaf untuk bab sebelumnya, author salah judul 😂 harap maklum dikarenakan author menulis dalam keadaan ngantuk tapi ide masih jalan.****Sekuat apapun Aleta. Jhon terbilang mampu mengatasi gadis itu. Jhon melepas bantalan tangannya. Ia meraih pundak Aleta serta bersusah payah mendorong gadis itu.Hingga akhirnya posisi mereka duduk saling berhadapan. Aleta tetap dalam pangkuan Jhon, dan Jhon gantian menekan tubuhnya.Membuat Aleta kian melekat dalam dekapan Jhon. Sontak, Aleta tak terima.Gadis itu berusaha lepas. Ia menjauhkan pundak Jhon, akan tetapi lingkaran tangan Jhon pada punggungnya bagaikan perangko. Sulit sekali dipisahkan."Bajingan! Turunkan aku!" Pekik Aleta.Sayang tidak semudah itu. Jhon malah menyeringai. Sekali lagi ia berhasil menjadikan Aleta leluconnya."Bastard!" Umpat Aleta."Sst!" Bibir Jhon sedikit mengerucut. "Jinaklah sebentar, Aleta.""Bodoh! Kau pikir aku binatang," b
Bunyi plak plok plak plok pertemuan antara kulit keduanya terdengar jelas di tengah senyapnya malam.Nafas mereka saling memburu seolah menahan rasa nikmat, yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata."A--ku ..." ucap Aleta tertahan."Hah," balas Jhon sambil terus menaik-turunkan pantatnya disertai tatapan sayu dan wajah memerah."Aku ... aku ... um."Lingkaran tangan Aleta beralih ke pinggul Jhon. Di sana ia pun sama mencengkram setiap sisinya. Dan kali ini ia sedikit menekan ke bawah. Membuat pusaka Jhon tenggelam begitu dalam sampai ke ujung rahim gadis itu.Aleta memejamkan mata. Pipinya tambah merona. Sesekali ia menggigit bibir.Sudut bibir Jhon terangkat tipis. Ia tau, Aleta hendak mencapai puncaknya. Dengan sengaja Jhon memperlambat gerakan. Sontak, Aleta mengerjap.Gadis itu menatap tak terima. Ia melirik ke bawah. Jhon menarik seluruh pusakanya diiringi senyum menggoda."Fuck!" umpat Aleta seraya membalikan tubuh Jhon. M
CitttRem berdecit. Jhon menghentikan mobil tepat di depan teras kediaman Lousion.Aleta bergegas keluar. Ia berlari sedari menuruni mobil sampai tiba di kamar.Pintu kamarnya terdengar dibanting. Seketika Beni, anjing kesayangan Lousion mengerjap bangun. Anjing itu menggonggong.Lantas, Aleta membuka pintu kamarnya kembali. Ia melempar bantal ke arah Beni."Anjing sialan! Suaramu benar-benar menusuk telinga ku!" maki Aleta.Biarpun Beni hanya seekor anjing. Beni dapat menangkap ekspresi kemarahan wajah Aleta. Anjing itu langsung diam. Wajahnya mengkerut. Ia meloncat turun serta berlari menaiki anak tangga."Lapor sana! Lapor dengan ayah mu!" geram Aleta sembari membanting pintu.Dan kali ini yang terkejut bukan Beni, melainkan Katy. Kucing kesayangan Aleta sekaligus musuh bebuyutan Beni.Katy melompat dari tempat tidur Aleta. Kemudian Aleta tangkap dengan gemas."Oh, sayang ku." Aleta mencium gemas pipi Katy. Ia usap-usap bul
Lalu, didapatinya Aleta tengah mendorong tubuh seorang wanita ke permukaan tembok. Ia mengarahkan pisau cincin miliknya pada leher wanita tersebut. Sekali jurus mata tajam pisau akan menyayat kulit lehernya.Tidak ada perlawanan apapun, yang dilakukan wanita tersebut. Ia diam, ketakutan.Jangankan melawan Aleta. Melihat tatapan Aleta saja, ia bisa kencing berdiri."Aleta! Kau mau apa?" Tanya Jhon, mendekat dengan hati-hati. Takut kalau-kalau Aleta nekat."Stop! Berhenti di sana!" Teriak Aleta."Ok tapi lepaskan wanita itu,"
Kemudian barisan di belakang Aleta membrondong masuk. Namun, mereka tetap tidak berani mendahului Aleta atau gadis itu akan mengeluarkan jurus andalan.GrrrRahang Aleta mengeras. Ia menarik kursi di antara Jhon dan Mini. Lantas, menghempas kasar bokongnya dibarengi melempar tas ke dada Jhon.Jhon agak terkejut. Untunglah ia cepat menangkap. "Oh, hai," sapa Jhon. Aleta balas menyerongkan bibir dengan endusan sebal."Hay, Aleta," sapa Mini juga.Aleta membuang wajah. Ia menggosok-gosok ujung hidungnya. Tanpa basa-basi, Aleta menyambar piring makanan di hadapan Jhon.Gadis itu merampas pisah dan garp
Dilumatnya bibir Aleta. Rasanya manis dan lembut. Siapapun pasti akan dibuat ketagihan. Seperti Jhon.Dan kenyataannya hanya Jhon seorang, yang berhasil mengambil semua itu. Sebuah keberuntungan memang.Aleta membelalak. Ia berontak. Ia mendorong kasar dada bidang Jhon, tetapi Jhon gencar menekan tubuhnya.Dalam hati Aleta berkata, "Bajingan!"Lumatan Jhon beralih ke bibir atas gadis itu. Ia isap seolah bibir Aleta adalah mie ayam.Sembari meronta. Sesekali mata Aleta me
Kedua peluru itu mulai berdekatan, berdekatan, dan dalam jarak satu inci mereka saling melewati.Sigap Jhon menyamping. Membiarkan peluru itu menerjang tiang penyangga gedung kampus. Sementara peluru darinya berhasil menggoreskan luka di lengan pria pengintai itu.Darah segar merembas keluar melalui serat pakaian pria itu. Ia melirik lengannya. "Bajingan!"Secepat kilat, Jhon menekan lengannya yang terluka. Darah segar si pengintai keluar semakin deras."Ash." Jelas ia kesakitan.
Bibir Aleta mengembang. Bola matanya bergerak ke atas. Tidak salah lagi. Pasti gadis itu sedang memikirkan sebuah ide."Hum, aku sudah lama tidak mengunjungi arena tarung bebas milik ayah Beni.""Your mean, your father?""Siapa lagi ayah Beni? Aku? Ck, tidak sudi," jawabnya merotasikan mata.Jhon mengulas senyum. Ia suka cara Aleta merotasikan mata. "Dan kau ingin datang ke sana?""Tentu saja, dan lagi biasanya Sky suka ikut serta. Kau bisa mengambil kesempatan ini," sar