Bukan Aleta namanya jika tidak punya trik nakal. Setiap saat otaknya selalu menemukan ide-ide mengerikan yang tidak akan pernah terbesit pada pemikiran siapapun.
Seperti detik ini. Gadis itu mengerjapkan mata. Langsung terbangun dan tersenyum sinis kala menyadari kedua tangannya tidak terbelenggu.
Sky berbalik. Ia hendak memilih kembali saja. Meninggalkan jazad Liev di hadapan Romis dan Jhon.Karena tak punya pilihan. Romis juga tak semudah itu membiarkan Sky pergi tanpa pertanggungjawaban.
Aleta tidak sadar. Dari tadi Minni memperhatikannya. Teman, yang selama ini selalu menyebut Aleta mengerikan. Kini, ia merasakan betapa perhatiannya Aleta dibalik kengerian tersebut."Ayo, bawa dia ke kamar favoritnya!" Perintah inspektur.
Aleta menggaruk kepalanya, yang tak gatal. Ia berkata lirih. "Jatuh cinta? Um, aku kurang mengerti.""Ya ampun … rupanya kepiawaian mu hanya membuat onar, yah. Sementara urusan hati kau sangat polos atau bodoh, ha ha."
Biar bagaimanapun. Aleta masih manusia. Ia psikopat tapi ia punya hati. Dimana dalam hatinya bisa jadi ada kebaikan, yang nyaris tidak pernah tampak.Berkat hadiah pemberian Aleta. Kemarahan Lousion meluruh. Ia mencium liontin tersebut berulang kali.
Sky keluar. Begitu pria itu memasuki pintu rahasia, yang tersembunyi di balik gang kecil. Aleta mendorong pintu mobilnya dari dalam."Eh, kenapa bisa dibuka?" Tanya Minni heran.
Di waktu yang sama. Louison baru tiba ditemani dua bodyguard andalan.Ia terperangah mendapati kekacauan, yang tampak jelas di pelupuk matanya. Arah mata Lousion langsung tertuju pada Aleta.
Ada sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi satu lampu penerangan. Aroma ruangan itu sangat tidak enak. Ditambah tidak adanya udara yang masuk membuat siapapun tidak betah.Kali pertama Baraq masuk. Ia juga sempat mual. Namun, ia tahan sekuat tenaga. Baraq tidak ingin terlihat lemah dihadapan Aleta. Mengingat dirinya sudah bergabung dengan bodyguard senior, meski baru dua bulan lamanya.
Pria yang terkena sedikit air kopi sisa milik Aleta pun naik pitam. Genggaman tangan kekasihnya ia lepas. Lantas, menghampiri Aleta disertai wajah merah bak udang rebus."Beraninya kau melempar sampah padaku!" Geram pemuda tersebut.