Home / Young Adult / Bodyguard Kesayangan Nona Muda / Belenggu Rindu Yang Menyiksa

Share

Belenggu Rindu Yang Menyiksa

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-11-03 13:16:19

"Aku tahu apa konsekuensinya kalau Mas Kian tahu aku pernah meniduri Mbak Sasha secara diam-diam." Rado berucap dengan pandangan menunduk menerawang jauh.

"Tapi aku sendiri juga nggak bisa jauh dari Mbak Sasha. Dia penyemangatku, Kak Raf. Cinta pertamaku."

Dokter Rafael mengangguk sambil menepuk pundak Rado. "Masih banyak perempuan disana yang mau sama kamu, Do. Jangan berpikir perempuan yang bisa ngerti kamu cuma kakak iparmu aja."

Rado menggeleng. "Nggak, Kak Raf. Aku udah terlanjur nyaman sama perasaan ini meski salah."

"Aku tanya, tapi kamu harus jujur. Gimana caranya kamu bisa nidurin kakak iparmu?"

Rado menatapnya gamang.

"Bilang aja. Kan kita teman. Aku tempatmu berkeluh kesah."

"A... aku... " jeda, Rado seperti tidak siap mengatakannya tapi konseling adalah waktu dimana ia harus terbuka dengan Dokter Rafael untuk membuang segala kecemasannya.

"Aku... kasih... obat penenang milikku."

Selanjutnya Rado tertunduk takut dan malu tapi Dokter Rafael justru menepuk pundak Rado. Sebenarnya hatinya mencelos mendapati kenyataan bahwa Rado berjalan di luar koridor terlalu jauh.

"Dapat ide dari mana?"

"Lihat film."

Sebagai psikiater yang lama menangani Rado, ia paham sekali bagainamana membuat Rado kembali ke jalan yang benar.

"Baru sekali itu tidur sama kakak ipar?"

Rado menggeleng pelan. Dan kali ini ia merasa Rado benar-benar buta akan cinta hingga mulai berpikir menghalalkan segala cara.

"Berapa kali?"

"Tiga."

Dokter Rafael memaksa untuk tersenyum meski hatinya menyayangkan sikap yang Rado sudah diluar batas kewajaran.

"Rado, Tuhan itu kadang sengaja bikin seseorang jatuh cinta berkali-kali sebelum dipertemukan sama jodoh sebenarnya. Begitu juga kamu. Dan satu hal lagi, jangan ulangi lagi hal itu. Zina dilarang agama."

"Tapi aku cinta sama Mbak Sasha, Kak."

"Aku bantu kamu lepas dari perasaan itu. Kamu sibukin diri di organisasi bela diri sama jadi bodyguard."

"Aku nggak mau lepasin perasaan ini, Kak."

"Awalnya sulit tapi kamu pasti bisa. Pelan-pelan aja, Do. Sebelum Masmu tahu semuanya."

Rado tetap menggeleng. "Rekaman CCTV di rumah juga disimpan Mas Kian. Aku takut ketahuan, Kak. Tapi aku juga nggak mau lepasin Mbak Sasha!"

"Oke, oke. Kita coba bicarain lagi besok. Aku paham kamu perlu waktu."

Dokter Rafael ingin Rado beranjak dari zona nyamannya yang selama ini selalu berlindung di bawah ketiak Kian.

"Tadi, aku melakukan pekerjaan pertamaku, Kak."

Dokter Rafael terperanjat hingga menunjukkan ekspresi tidak terduga. "Apa yang kamu lakukan?"

"Dia minta aku menusukkan pisau ke keempat ban sama ngasih pilox di kaca mobil saudara tirinya."

"Wow! Berhasil?"

Rado mengangguk pelan. "Sekarang, aku takut. Aku tadi hampir ketahuan."

"Rado, apa yang kamu lakuin itu salah. Kelak kalau dia nyuruh kamu kayak gitu lagi, seenggaknya kamu bisa peringatin dia baik-baik."

"Dia nggak mau dilawan, Kak! Aku benci sama jalan hidupku! Aku benci!"

Sejurus kemudian Rado menarik rambutnya kesal. Karena apa yang dia jalani dan Dokter Rafael katakan semuanya berbanding terbalik.

"Oke, oke, tenang Rado. Tenang!"

Dengan sekuat tenaga Dokter Rafael menahan Rado melukai dirinya sendiri karena apa yang ia jalani tidak sejalan dengan apa yang seharusnya.

Kontra yang ada membuat konflik di dalam hatinya dan harus teratasi dengan baik. Beruntung ia segera mendatangi Dokter Rafael atau gangguan itu semakin mengambil kewarasannya.

***

Ketika masih petang, Rado menyelinap ke dalam dapur untuk mengisi perutnya dengan makanan apapun yang masih tersisa. Dia harus minum obat penenang yang Dokter Rafael resepkan kemarin. Dan ia tidak mungkin berangkat kuliah tanpa pengaruh obat. Rado bisa mengamuk seperti orang gila.

Walau Kian dan Sasha tidak pernah memaksanya bercerita selama seminggu ini, namun keduanya berusaha mendekati Rado agar mau mengatakan rahasia yang ia pendam.

"Rado?"

Seketika Rado waspada begitu mendengar suara lembut itu memanggilnya dengan nada lirih. 

"Kamu ngapain?"

Rado menyembunyikan roti bakar yang belum habis di belakang tubuhnya dengan mimik waspada. Ia tidak mau sampai ketahuan bahkan dicurigai.

"Lapar ya? Sini aku buatin sarapan yang lebih bergizi." Tawar Sasha dengan penuh perhatian.

Masih dengan pakaian tidurnya yang berbahan satin, Sasha melewati Rado lalu menghangatkan ayam parmigiana dari dalam kulkas. Melihat itu hati Rado merasa lebih tenang karena Sasha tidak mencari tahu tentang keanehannya, justru bersikap seperti tidak ada masalah. 

Itulah yang ia sukai dari Sasha. Ia bisa mencari kapan waktu yang tepat bahkan suasana yang mendukung untuk bertanya apa masalahnya, dan itu membuat Rado merasa cukup disayang bahkan dicintai sedalam-dalamnya. 

Kemudian dorongan naluri kelelakian membuat langkah kaki Rado bergerak maju dan ketika jaraknya dengan punggung Sasha hanya satu jengkal, tangannya tiba-tiba terulur memeluk Sasha dari belakang. Matanya memejam erat sambil merasakan kenyamanan dengan kepalanya direbahkan di pundak Sasha. Bahkan di dalam dadanya seperti ada ledakan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan karena begitu ingin memeluk Sasha. 

"Rado?" Sasha terperanjat ketika ia sedang memanaskan makanan.

"Rado, lepas. Aku lagi masak."

Rado menggeleng lalu tangannya makin memeluk erat Sasha. Jika tempo hari ia gagal meraih puncak kenikmatannya karena kedatangan Kian yang mendadak, maka ia ingin menyalurkan kerinduannya pada Sasha pagi ini sebelum Kian mencegahnya. 

"Rado, kamu... kenapa begini?" Sasha bertanya dengan penuh kebingungan. 

Pasalnya ini pertama kalinya Rado begitu terang-terangan memeluknya. Tanpa ijin pula. Namun sayang Rado kembali diam sembari menikmati pelukan yang membuat kerinduan yang mengekangnya terlepas satu demi satu. 

Tangan Sasha menyentuh tangan Rado untuk disingkirkan perlahan tapi Rado enggan. Ingin sekali mulutnya berkata cinta dan sayang namun ia tidak mau kedekatan yang ada berubah rusak akibat ulahnya sendiri. 

"Do, ada Mas Kian. Jangan begini."

Sasha berusaha menyadarkan Rado agar tidak seperti ini karena hubungan mereka sudah jelas sebatas kakak dan adik ipar. Namun Sasha juga tidak mau terlalu frontal memarahi Rado akan tindakannya yang melewati batas. Ia ingat jika hati Rado sangat sensitif jika menyangkut anggota keluarganya akibat gangguan kelekatan yang diderita. 

"Kalau nggak ada Mas Kian, apa aku boleh begini yang lama?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Muhammad
hmmm gitu juga ya
goodnovel comment avatar
Gould Amadine
makanya g blh deket² sm ipar ya itu...takutnya terjd cinta terlarang.. gmn reaksi kian klo tau istrinya udah digagahi adiknya sdri
goodnovel comment avatar
Juniarth
buku ini akan mulai update setelah buku dg judul aku bukan pemuas nafsumu tamat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Menikah

    Akhirnya persidangan perceraian Risty dan Richard selesai digelar. Perjuangan berat dan besar Kak Alfonso memenangkan harta Risty yang tidak seharusnya dibagi akhirnya dikabulkan oleh pengadilan. Richard mendapatkan harta gono gini namun tidak dengan warisan Risty dari Papanya yang telah tiada. Walau begitu, masih ada masalah lain yang belum terselesaikan tapi Risty memilih untuk mundur. "Aku mundur, Mas Al," ucapnya pada Kak Alfonso. Aku, Risty, Kak Alfonso, dan pengacaranya sedang duduk bersama di ruang tamu rumah Mas Kian untuk membahas hasil persidangan hari ini. Kemudian Risty meletakkan berkas pengadilan yang tebal itu di meja kaca ruang tamu. "Aku bertekad mandiri, Mas Al. Masalah warisanku yang masih dikuasai Nenek dan Kakek, aku nggak peduli lagi. Terserah mau mereka apakan harta Papa." Kak Alfonso memandang Risty tidak habis pikir. "Ris, itu hakmu. Warisan itu bisa kamu pakai untuk modal bisnismu." "Lalu berjuang lagi di pengadilan? Aku lelah, Mas Al." "Kakek da

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Risty Tidak Boleh Pergi Lagi

    Perceraian Risty sudah diserahkan pada pengacara kepercayaan Kak Alfonso. Dia hanya tidak mau waktunya terkuras habis memikirkan perceraian yang diprediksi bakal alot itu. “Aku mau perceraian kami tahu beres, Mas. Masa bodoh sama harta dan warisan itu. Yang penting aku bisa lepas dulu dari Richard,” ucap Risty malam itu di rumah Mas Kian. “Apa yang jadi hakmu bakal aku perjuangin sama pengacara, Ris.” Kepala Risty mengangguk, “Makasih, Mas. Tapi aku nggak berharap banyak.” “Belum dicoba. Jangan pesimis dulu.” Aku yakin jika Kak Alfonso bisa membantu Risty memenangkan perceraian itu secara adil Semoga saja karena Risty benar-benar seperti perempuan tanpa keluarga. Bahkan Risty merelakan warisan dari Papanya jatuh ke tangan nenek kakeknya karen tetap memilih bercerai dari Richard. Apapun konsekuensinya Risty sudah pasrah dan memilih menjalani kehidupan selanjutnya sesuai versi dan kemampuannya sendiri. Kini, ia jauh lebih selektif menggunakan uang dari pada biasanya. Sudah pasti k

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Syarat Terkabulkannya Perceraian

    "Nenek dan kakek nggak akan percaya gitu aja sama ucapanmu, Ris! Kecuali kamu punya bukti kalau Richard memang main perempuan kayak tuduhanmu!" Neneknya berseru tidak terima dengan menatap Risty tajam. "Aku malas kalau harus buka cctv rumah, Nek. Buat apa aku menenggelamkan diri ke tempat yang selama ini cuma bikin aku menderita. Itu bukan rumah, tapi ne-ra-ka!""Itu artinya kamu cuma fitnah! Bisa bicara tapi nggak ada bukti yang nyata! Ini lebih kejam dari pembunuhan, Ris! Apalagi yang kamu fitnah itu suamimu sendiri!" giliran Ibunya Richard yang berseru tidak terima dengan menunjuk wajah Risty.Risty menatap semua yang ada di ruangan ini lalu berdiri dari duduknya. Kemudian aku ikut berdiri. "Silahkan kalian lihat dan cek sendiri. Masih ada di cctv rumah. Jangan suruh aku ngurusin hal sam-pah kayak gitu! Aku muak! Lebih muak lagi menjadi anggota keluarga ini!" ucapnya sungguh-sungguh dengan hati kesal sekali. Kemudian ia menatap nenek dan kakeknya bergantian. "Kalau nenek dan kak

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Coret Namaku Dari Daftar Keluarga

    Malam ini, Mas Kian mengizinkanku tidur di rumahnya dengan alasan harus menjaga Risty yang tidak stabil emosinya. Sekaligus ingin berbicara empat mata dengan Mas Kian tentang perasaanku pada istrinya, Mbak Sasha, yang kini sudah tidak ada lagi. Berharap Mas Kian tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak benar seperti masa lalu pada istrinya."Hatiku benar-benar udah buat Risty, Mas. Udah nggak ada lagi cinta buat Mbak Sasha. Tapi, demi kebaikan bersama, setelah kakek neneknya Risty tiba di Indonesia, aku bakal balik ke apartemen." Kepala Mas Kian mengangguk pelan. Kami tengah duduk bersama di dapur, malam-malam begini. Membicarakan urusan lelaki."Apapun itu, Do. Mas akan dukung selama kamu bisa mengendalikan isi hatimu pada orang yang nggak seharusnya. Oh ya, kapan kakek neneknya Risty datang ke Indonesia?" "Diusahakan secepatnya sama Kak Al." Keesokan harinya, aku sengaja mengetuk pintu kamar Risty lebih dulu sambil membawa segelas susu hangat. Semoga saja dia sudah bangu

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Kami Bisa Memulainya Dari Awal

    "Rado, kamu dimana? Risty mengurung diri di kamar. Mas takut dia nekat!" ucap Mas Kian melalui sambungan telfon dengan suara panik. Bulu kudukku meremang begitu mendengar ucapan Mas Kian. Apa Risty berpikir ingin mengakhiri hidupnya? Astaga, Tuhan! Tolong halangi Risty melakukan itu! Baru saja aku selesai membuat kesepakatan dan negoisasi dengan Richard tentang pernikahan mereka, mengapa Risty justru seperti ini? "Mas, coba terus bujuk Risty biar buka pintunya! Aku kesana sekarang!" "Oke. Cepat, Do!" Aku segera memasukkan ponsel ke dalam saku celana lalu memasang helm. Melihatku yang tergesa-gesa, Kak Alfonso kemudian membuka suara. "Kenapa, Do?" "Risty nggak mau buka pintu kamarnya, Kak." "Apa?!" Kak Alfonso ikut terkejut. "Aku balik dulu. Makasih untuk bantuannya malam ini." Aku segera melajukan motor sport milikku menuju kediaman Mas Kian. Meninggalkan Kak Alfonso dan para bodyguardnya yang masih bersiap kembali pulang. Semoga jalanan tidak terlalu macet karena ini ham

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Biar Gue Yang Membahagiakan Dia

    "Rado, aku bilang pu-lang!" Risty kembali memekik di ujung sambungan telfon. Aku membasahi bibir sambil berperang dengan pikiran sendiri. "Sekali lagi aku tegasin kalau aku nggak cinta kamu! Jadi, jangan bahayakan dirimu demi aku! Nggak usah berjuang terlalu dalam demi aku karena nggak pernah ada cinta di hatiku buat kamu!" Serius kah Risty berkata demikian? Benarkah dia tidak mencintaiku barang setitik pun? Kenyamanan yang selama ini kuberikan dan segenap perhatian? "Aku tahu, kalau yang paling jatuh cinta tuh aku, Ris. Aku cinta kamu, sangat! Karena aku cinta kamu, aku putusin untuk ngasih satu kenangan yang bikin kamu bisa selalu ingat sama siapa itu Rado. Kenangan baik yang bikin kamu ingat aku dan bikin kamu bisa lepas dari pernikahan yang cuma bisa bikin kamu tertekan." "Bodoh! Aku bilang balik, Rado!" Kepalaku menggeleng dengan telfon masih menempel di telinga. "Sekali ini aja, Ris. Biar aku bantu kamu lepas dari Richard." "Kalau tahu begini, mending kamu nggak usah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status