Share

Tugas Gila Pertama

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-11-03 00:29:02

Rado menghentikan aksinya dengan jantung berdegub kencang. Bahkan bisa dipastikan tubuhnya dipenuhi kecemasan yang luar biasa. 

Beruntung ia tidak bersembunyi di balik mobil Ziany, melainkan di mobil sebelahnya dengan memejamakan mata begitu erat. Nafasnya seperti orang sehabis lari tanpa berhenti sama sekali. 

"Oey, Man! Buruan! Ngapain lo kesana." 

Kali ini dewi fortuna berada di pihak Rado. Beruntung seseorang memanggil lelaki yang meneriaki aksi Rado. Tanpa melanjutkan langkahnya menuju mobil Ziany, lelaki itu berbalik arah ke temannya. 

Tubuh Rado meluruh di badan mobil lalu kembali terpejam sesaat untuk mengumpulkan kewarasan dan tenaga yang mendadak tersedot entah kemana. Setelah tenaganya sedikit kembali dan degub jantungnya tidak sekencang tadi, Rado berdiri dengan susah payah sambil berpegangan pada badan mobil.

Selesai?

Tidak. Ia masih harus memotretnya sebagai bukti pada Risty jika tugasnya telah usai. 

Bukannya memotret, jemari tangan Rado yang telah basah keringat dingin, justru menekan tombol video call tanpa sengaja.

"Gimana, Do?"

Rado terperanjat ketika mendengar suara Risty.

"Be... beres." Ia memasang wajah penuh ketakutan dengan deru nafas yang cepat.

Risty tertawa melihat ekspresi Rado yang menurutnya lucu. "Lo gemeteran?"

Rado mengangguk sebagai jawaban dan itu makin membuatnya sebagai bahan tertawaan Risty.

“Gue pengen lihat hasilnya.”

Kamera ponsel Rado diarahkan ke kaca mobil Ziany lalu keempat ban mobil. 

"Bagus! Nggak salah gue milih lo jadi bodyguard gue."

"Tolong... jangan... suruh... gini... lagi."

Rado sungguh-sungguh dengan gemetar yang menjalari tubuhnya. Bahkan ia sampai tergagap menjawab pertanyaan Risty. 

Ini kali pertama Rado berbuat nakal demi rupiah.

"Terserah gue. Karena gue bos lo. Dan tugas lo nurut sama gue."

Tanpa mau berdebat dengan Risty, Rado memasukkan ponselnya begitu saja ke dalam saku hoodie.

Setelah parkiran sepi, ia berjalan menuju motor dengan menekan kuat dada yang berdebar keras. Berusaha memusatkan pandangannya saat berkendara agar tidak sampai kecelakaan. Dan tak jauh dari apartemen Ziany, ia menepikan motornya lalu mengambil sebutir obat penenang terakhir yang ia simpan baik-baik kala membutuhkan di saat darurat.

Berbeda dengan Rado, senyum kemenangan tersungging di wajah Risty.

“Kenapa lo senyam-senyum?” Tanya Kaika yang duduk di sebelah Risty.

“Rado ngelakuinnya dengan rapi.”

“Oh ya? Nggak nyangka gue kalau dia bisa nyeremin.”

“Tapi ada yang aneh.”

“Apa?”

Risty mendekatkan suara yang dihasilkan dari penggilan videonya dengan Rado yang belum terputus ke telinga Kaika. Lalu keningnya berkerut heran.

“Kayak suara nafas habis lari maraton?”

Risty mengangguk. “Gue pikir juga gitu. Apa si Rado baik-baik aja ya?!”

“Ya kali, Ris. Rado tuh masih awam sama hal ginian. Mungkin dia ngejer.”

Keduanya tertawa meningkahi ulah Rado yang begitu pemula. Dan tidak lama terdengar deru motor sport-nya membelah jalanan kemudian Risty mematikan sambungan video.

“Dia udah lolos. Barusan kedengeran suara mobil-mobil di jalanan.”

“Jangan lupa transfer.”

“Oke.”

Lalu jemari Risty bergerak lincah mengirim sepuluh juta yang Rado butuhkan dan dalam hitungan detik uang itu telah berpindah ke rekening Rado.

Risty : Duitnya udah gue transfer. Tunggu perintah gue selanjutnya.

Tidak ada jawaban dari Rado setelahnya karena ia tengah menunggu reaksi obat penenang itu bekerja.

***

Rado tidak kembali ke rumah. Masih dengan pakaian yang sama, ia mengunjungi Dokter Rafael yang kebetulan tengah berdinas ke salah satu rumah sakit di kota ini.

Reaksi obat bekerja dengan baik, oleh sebab itu Rado bisa mengemudikan motornya hingga rumah sakit dengan selamat. Walau tidak sepenuhnya tenang, setidaknya Rado bisa berjalan lebih tegap tanpa ekspresi ketakutan. 

“Hai, Do. Gimana kabarnya brother?”

Dokter Rafael tidak pernah menganggap Rado seperti seorang pasien, tapi seperti adik sendiri untuk menghilangkan sekat yang membuatnya enggan mengutarakan semua isi hatinya.

“Baik, Kak Raf.”

“Ayo diminum dulu.” Dokter Rafael mengulurkan satu kaleng minuman dingin agar Rado lebih rileks.

“Tenang dulu, jangan tergesa-gesa.” Ucapnya lalu menyandarkan tubuhnya di meja praktik. Sedang Rado senantiasa duduk dengan wajah tertunduk di kursi pasien.

“Kak, aku mau ambil konseling.”

“Kan kamu udah sembuh.”

Rado menggeleng. “Tadi aku hampir berteriak kayak orang gila, Kak Raf. Satu-satunya obat penenang yang tersisa akhirnya kuminum.”

“Apa pemicunya?”

“Mbak Sasha dan … pekerjaan konyolku.”

Kening Dokter Rafael berkerut. “Nggak ada yang namanya pekerjaan konyol, Do. Dan kenapa juga sama kakak iparmu?”

Dari situlah cerita pun mengalir, Rado mengatakan segalanya. Perbuatan terlarangnya yang takut terbongkar oleh Kian, membuat kecemasannya kembali tergugah lalu memutuskan mengambil pekerjaan sebagai bodyguard Risty untuk membiayai konselingnya.

“Rado, kamu jatuh cinta sama wanita yang salah. Dia istri Masmu. Dan nggak seharusnya kamu nidurin dia juga. Oh Tuhan?!”

Rado mengangguk pelan. “Tapi jangan bilang Mas Kian. Dia pasti bakal murka lalu masukin aku ke rumah konseling. Aku nggak mau.”

Juga, Rado tidak yakin jika ia baik-baik saja di tempat itu karena sehari saja tidak bertemu kakak ipar tercintanya, Sasha, maka makin runyamlah hatinya. Karena sejauh ini, baik Kian dan Sasha tidak pernah menyadari kemanjaan Rado yang sering menempel pada Sasha memiliki maksud lain yang sesungguhnya terlarang.

“Do, kamu jadi bodyguard temanmu itu bukan kerjaan konyol. Itu kerjaan yang halal karena kamu keluarin usaha buat lindungin dia. Tapi yang jadi masalah kalau sampai Masmu tahu perbuatanmu dan kerjaan ini.”

“Tapi aku butuh uang, Kak. Aku bisa gila kalau nggak konseling sama minum obat. Aku nggak mau minta uang sama Mas Kian dan bilang soal perasaanku. Aku nggak mau Mas Kian nggak ngakuin aku adiknya lagi. Aku nggak mau dia jauhin Mbak Sasha dari aku. Aku mencintainya, Kak Raf!”

Dengan bibir bergetar dan wajah mulai panik, Rado kembali berucap. “Apa aku salah mencintai Mbak Sasha? Cuma dia, Kak Raf. Cuma dia! Satu-satunya cewek yang peduli dan sayang sama aku!”

Dokter Rafael mengambil kursi lalu duduk di dekat Rado, mengusap pundaknya layaknya kasih sayang seorang kakak pada adiknya.

“Sudah, jangan khawatir, aku pasti sembunyiin ini seperti maumu. Biar kamu juga lebih cepat sembuhnya.”

Rado mengangguk sembari menghela nafas lega dan mengusap air matanya.

“Tapi kamu harus tahu, sepandai apapun kamu sembunyiin hal ini, suatu saat Masmu pasti tahu. Kamu siap terima hukumannya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
juliana dewi
Lebih kesel liat kelakuan Rado... masa iya sampai 3x meniduri kakak iparnya....jgn sampai terulang lg laah thor... kasian Sasha walaupun Sasha gk menyadarinya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Menikah

    Akhirnya persidangan perceraian Risty dan Richard selesai digelar. Perjuangan berat dan besar Kak Alfonso memenangkan harta Risty yang tidak seharusnya dibagi akhirnya dikabulkan oleh pengadilan. Richard mendapatkan harta gono gini namun tidak dengan warisan Risty dari Papanya yang telah tiada. Walau begitu, masih ada masalah lain yang belum terselesaikan tapi Risty memilih untuk mundur. "Aku mundur, Mas Al," ucapnya pada Kak Alfonso. Aku, Risty, Kak Alfonso, dan pengacaranya sedang duduk bersama di ruang tamu rumah Mas Kian untuk membahas hasil persidangan hari ini. Kemudian Risty meletakkan berkas pengadilan yang tebal itu di meja kaca ruang tamu. "Aku bertekad mandiri, Mas Al. Masalah warisanku yang masih dikuasai Nenek dan Kakek, aku nggak peduli lagi. Terserah mau mereka apakan harta Papa." Kak Alfonso memandang Risty tidak habis pikir. "Ris, itu hakmu. Warisan itu bisa kamu pakai untuk modal bisnismu." "Lalu berjuang lagi di pengadilan? Aku lelah, Mas Al." "Kakek da

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Risty Tidak Boleh Pergi Lagi

    Perceraian Risty sudah diserahkan pada pengacara kepercayaan Kak Alfonso. Dia hanya tidak mau waktunya terkuras habis memikirkan perceraian yang diprediksi bakal alot itu. “Aku mau perceraian kami tahu beres, Mas. Masa bodoh sama harta dan warisan itu. Yang penting aku bisa lepas dulu dari Richard,” ucap Risty malam itu di rumah Mas Kian. “Apa yang jadi hakmu bakal aku perjuangin sama pengacara, Ris.” Kepala Risty mengangguk, “Makasih, Mas. Tapi aku nggak berharap banyak.” “Belum dicoba. Jangan pesimis dulu.” Aku yakin jika Kak Alfonso bisa membantu Risty memenangkan perceraian itu secara adil Semoga saja karena Risty benar-benar seperti perempuan tanpa keluarga. Bahkan Risty merelakan warisan dari Papanya jatuh ke tangan nenek kakeknya karen tetap memilih bercerai dari Richard. Apapun konsekuensinya Risty sudah pasrah dan memilih menjalani kehidupan selanjutnya sesuai versi dan kemampuannya sendiri. Kini, ia jauh lebih selektif menggunakan uang dari pada biasanya. Sudah pasti k

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Syarat Terkabulkannya Perceraian

    "Nenek dan kakek nggak akan percaya gitu aja sama ucapanmu, Ris! Kecuali kamu punya bukti kalau Richard memang main perempuan kayak tuduhanmu!" Neneknya berseru tidak terima dengan menatap Risty tajam. "Aku malas kalau harus buka cctv rumah, Nek. Buat apa aku menenggelamkan diri ke tempat yang selama ini cuma bikin aku menderita. Itu bukan rumah, tapi ne-ra-ka!""Itu artinya kamu cuma fitnah! Bisa bicara tapi nggak ada bukti yang nyata! Ini lebih kejam dari pembunuhan, Ris! Apalagi yang kamu fitnah itu suamimu sendiri!" giliran Ibunya Richard yang berseru tidak terima dengan menunjuk wajah Risty.Risty menatap semua yang ada di ruangan ini lalu berdiri dari duduknya. Kemudian aku ikut berdiri. "Silahkan kalian lihat dan cek sendiri. Masih ada di cctv rumah. Jangan suruh aku ngurusin hal sam-pah kayak gitu! Aku muak! Lebih muak lagi menjadi anggota keluarga ini!" ucapnya sungguh-sungguh dengan hati kesal sekali. Kemudian ia menatap nenek dan kakeknya bergantian. "Kalau nenek dan kak

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Coret Namaku Dari Daftar Keluarga

    Malam ini, Mas Kian mengizinkanku tidur di rumahnya dengan alasan harus menjaga Risty yang tidak stabil emosinya. Sekaligus ingin berbicara empat mata dengan Mas Kian tentang perasaanku pada istrinya, Mbak Sasha, yang kini sudah tidak ada lagi. Berharap Mas Kian tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak benar seperti masa lalu pada istrinya."Hatiku benar-benar udah buat Risty, Mas. Udah nggak ada lagi cinta buat Mbak Sasha. Tapi, demi kebaikan bersama, setelah kakek neneknya Risty tiba di Indonesia, aku bakal balik ke apartemen." Kepala Mas Kian mengangguk pelan. Kami tengah duduk bersama di dapur, malam-malam begini. Membicarakan urusan lelaki."Apapun itu, Do. Mas akan dukung selama kamu bisa mengendalikan isi hatimu pada orang yang nggak seharusnya. Oh ya, kapan kakek neneknya Risty datang ke Indonesia?" "Diusahakan secepatnya sama Kak Al." Keesokan harinya, aku sengaja mengetuk pintu kamar Risty lebih dulu sambil membawa segelas susu hangat. Semoga saja dia sudah bangu

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Kami Bisa Memulainya Dari Awal

    "Rado, kamu dimana? Risty mengurung diri di kamar. Mas takut dia nekat!" ucap Mas Kian melalui sambungan telfon dengan suara panik. Bulu kudukku meremang begitu mendengar ucapan Mas Kian. Apa Risty berpikir ingin mengakhiri hidupnya? Astaga, Tuhan! Tolong halangi Risty melakukan itu! Baru saja aku selesai membuat kesepakatan dan negoisasi dengan Richard tentang pernikahan mereka, mengapa Risty justru seperti ini? "Mas, coba terus bujuk Risty biar buka pintunya! Aku kesana sekarang!" "Oke. Cepat, Do!" Aku segera memasukkan ponsel ke dalam saku celana lalu memasang helm. Melihatku yang tergesa-gesa, Kak Alfonso kemudian membuka suara. "Kenapa, Do?" "Risty nggak mau buka pintu kamarnya, Kak." "Apa?!" Kak Alfonso ikut terkejut. "Aku balik dulu. Makasih untuk bantuannya malam ini." Aku segera melajukan motor sport milikku menuju kediaman Mas Kian. Meninggalkan Kak Alfonso dan para bodyguardnya yang masih bersiap kembali pulang. Semoga jalanan tidak terlalu macet karena ini ham

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Biar Gue Yang Membahagiakan Dia

    "Rado, aku bilang pu-lang!" Risty kembali memekik di ujung sambungan telfon. Aku membasahi bibir sambil berperang dengan pikiran sendiri. "Sekali lagi aku tegasin kalau aku nggak cinta kamu! Jadi, jangan bahayakan dirimu demi aku! Nggak usah berjuang terlalu dalam demi aku karena nggak pernah ada cinta di hatiku buat kamu!" Serius kah Risty berkata demikian? Benarkah dia tidak mencintaiku barang setitik pun? Kenyamanan yang selama ini kuberikan dan segenap perhatian? "Aku tahu, kalau yang paling jatuh cinta tuh aku, Ris. Aku cinta kamu, sangat! Karena aku cinta kamu, aku putusin untuk ngasih satu kenangan yang bikin kamu bisa selalu ingat sama siapa itu Rado. Kenangan baik yang bikin kamu ingat aku dan bikin kamu bisa lepas dari pernikahan yang cuma bisa bikin kamu tertekan." "Bodoh! Aku bilang balik, Rado!" Kepalaku menggeleng dengan telfon masih menempel di telinga. "Sekali ini aja, Ris. Biar aku bantu kamu lepas dari Richard." "Kalau tahu begini, mending kamu nggak usah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status