Lain Kimberly, lain lagi Bryan Malik. Di saat yang sama, hanya berbeda ruangan, ketiga pria di dalam sana tengah bercanda tawa dengan pembahasan tak jelas, tidak ada juntrungannya.
Bryan masih fokus memperbaiki ikatan dasi yang melingkar di lehernya. Tepatnya di dalam kerah kemeja dengan nuansa putih di segala sisi. Pria penyuka warna hitam itu memakai warna lain selain warna favoritnya. Demi pernikahannya tentu saja.
Leon dan Gilbert yang bertugas menjadi groomsmen tampak cekikikan berdua melihat kelakuan Bryan yang tampak gugup.
Bryan mengernyit saat mengamati dua sahabatnya tengah menertawakan dirinya dari pantulan kaca besar di hadapannya.
"Kalian gila? Hah? Apa yang kalian tertawakan?" tanya Bryan menoleh ke belakang tanpa membalikkan badan, jiwa penasarannya mulai terpancing melihat kelakuan Leon serta Gilbert.
Gilbert terkekeh geli setelah mendapat tepukan di bahunya dari Leon. Mereka terlibat aksi saling sikut
"Leon! Gilbert! Bangun! Jangan bercanda!" teriak Bryan yang mulai kalut sembari iris birunya memastikan gerak-gerik dua lelaki di sekelilingnya. Tangan besarnya mengguncang lengan kekar kedua sahabatnya secara bergantian. Benar-benar bukan prank, melainkan nyata adanya. Awalnya Bryan menduga bahwa dua sahabatnya tengah mengerjai dirinya, semacam lelucon seperti biasanya. Namun, kenyataannya, ini tak seperti yang ada dalam bayangannya. It's fact! "Shit!" umpat Bryan tanpa sadar. Pria tampan dengan balutan tuxedo putih itu membuka pintu kamarnya dan menemukan lima orang pengawal yang berdiri berjejer di sana. Kening Bryan mengernyit. Kenapa mereka semua ada di sini? "Kenapa kalian di sini? Bukankah aku meminta kalian mengawal calon istriku? Hah!" hardik Bryan dengan raut wajah emosi yang tak terbendung. Kelima pengawal itu menatap serius ke arah Bryan. Salah satu dari mereka
Nick dan Jenica sudah berada di resort bagian selatan. Jenica tersenyum penuh kemenangan membayangkan Bryan akan menjadi miliknya setelah peristiwa ini.Detik-detik menentukan segalanya.Jenica membuka salah satu kamar yang telah ia sewa dengan nama asing dan membayar lunas satu hari full.CeklekPintu terbuka."Ayo masuklah! Kita harus cepat, waktu kita terbatas!" seru Jenica yang kali ini memilih Nick menjadi rekan kerjasamanya.Dugg"Aaakkhh!!" pekik Jenica sebelum tubuhnya mencium lantai marmer yang dingin di bawahnya.Seseorang memukul tengkuk Jenica hingga perempuan itu terjatuh tepat di ambang pintu kamar.Nick tak menampik bahwa ia pun sedikit terkejut dengan hal yang baru saja terjadi. Pandangannya mengarah pada si pelaku dan korban kejadian tersebut silih berganti.Bradley?"Kenapa kau memukulnya sekeras itu, Bradley? Aku saja sampai bisa mende
Mobil melaju kencang keluar dari Bege Resort. Hal itu diketahui oleh Bryan dan para pengawal yang melihat keanehan pada mobil tersebut. Namun, mereka tak mau salah menerka.Bryan berjalan paling depan dan diikuti oleh kelima pengawal yang telah ditipu oleh Jenica.Iris birunya melihat ke segala penjuru berharap segera menemukan orang yang bisa digali informasinya mengenai hilangnya calon pengantin perempuan.Sementara itu, dua orang pria paruh baya tergesa-gesa keluar dari kamar Kimberly menuju suatu tempat penyedia jasa informasi mengenai seluk beluk resort. Ruang CCTV, tepatnya.George diikuti Gerald berjalan menuju ruang keamanan dan mengetahui dengan jelas apa saja yang terjadi di dalam resort tersebut beberapa waktu lalu. Tak mau membuat semua tamu undangan merasa cemas, salah satu dari mereka mengatakan penundaan waktu selama beberapa saat.Kembali lagi pada Bryan yang terlihat begitu marah, ia mengira Kimberly d
Bryan dan Jenica berdiri di samping pilar besar yang berada di ujung resort bagian selatan.Sementara itu, lokasi pernikahan ada di bagian utara. Semua tamu undangan masih bersabar menunggu datangnya pasangan mempelai yang akan mengikat janji suci di dalam sana.Bryan menatap tajam ke arah Jenica. Ia meletakkan kedua tangan di pinggang dengan angkuh. Ia tak pernah sekalut ini. Bagaimana bisa pernikahan yang sudah ada di dalam pikirannya terancam batal?"Jangan buang waktuku, katakan padaku sekarang juga!" desak Bryan pada Jenica. Iris birunya memandang ke segala arah dan sempat bersitatap dengan John, pengawalnya yang berdiri tegap di belakangnya.Jenica merasa terintimidasi. Ia terus menundukkan kepalanya sembari merapalkan doa dalam hati. Jari jemarinya tertaut dengan erat."Kimberly tidak mencintaimu, Tuan!" lirih Jenica terhenti."Aku tahu itu!" sela Bryan yang seketika membuat Jenica mendongakkan kepa
Jenica merasa dirinya dalam posisi terjepit. Sang ayah tak berdiri di garda depan untuk mendukungnya justru menyerang dirinya. Lalu, haruskah ia mengaku? "Bawa dua orang tadi kemari!" titah Gerald yang melihat langsung perdebatan keluarga calon besannya pada salah satu pengawal pribadinya. Kedua manik mata birunya tertuju pada Jenica yang kini menundukkan wajahnya usai mendapat serangan lisan dari Bryan. Bryan turut mengarahkan pandangannya pada dua orang pelayan laki-laki dan perempuan tersebut yang memiliki target berbeda. Ia masih mencoba menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi di sini. Indera pendengarannya fokus mendengar semua obrolan serius di sekitarnya saat ini. "Sekarang katakan pada kami, siapa yang menyuruhmu menjebak calon menantuku dan juga anakku?" seru Gerald menunjukkan taring tak kasatmata yang selalu ia tutupi selama ini. Bryan tampak terkejut, ternyata sang ayah bisa bersikap seperti itu demi
"Aku yakin sekali Kimberly juga memiliki perasaan padamu! Meski ini masih berupa pendapatku, tapi entah kenapa aku memiliki feeling, suatu saat nanti kalian pasti akan saling mencintai satu sama lain," yakin Gerald menatap dalam ke arah Bryan seraya menepuk pelan bahu sang anak. Bryan terdiam. Jujur, sebuah gelanyar aneh menjalar ke seluruh tubuh. Ia pun belum bisa mengartikannya. Sungguh, rasanya aneh karena sanggup membuat seluruh aliran darahnya berdesir hebat. Senyuman gadis yang akan ia nikahi terbayang dalam pikirannya. 'Kimberly, kau ada di mana? Apakah kau tetap akan membatalkan pernikahan ini saat kau berada bersama mantan kekasihmu itu?' batin Bryan sembari terus memikirkan Kimberly. ******* Mobil melaju kencang menuju suatu tempat. Bradley mengambil sebuah keputusan berat saat memilih mendukung Nick untuk menculik Kimberly. Mau tak mau Bradley telah menjadi musuh keluarga Bryan, yang tentu saja
Meninggalkan Kimberly sejenak dengan segala perjuangannya melindungi harga diri dari hasrat meledak-ledak Nick padanya.Kini, beralih pada Bryan yang tampak begitu serius mengendarai mobil mewahnya mengejar ke mana Nick membawa calon istrinya. Usai mendengar informasi dari mata-matanya, ia segera bergegas melesat dengan kendaraan mewahnya tersebut menuju suatu tempat."Awas kau anak kecil! Beraninya kau menculik calon istriku! Pantas saja wajahmu terlihat tidak asing, ternyata kau pelayan di restoran waktu itu. Harusnya aku menghajarmu saat itu juga kalau ternyata kau berani berbuat seperti ini padaku! Brengsek!" umpat Bryan sambil memukul stang bundar di hadapannya. Ia geram bukan main.Leon yang masih merasakan efek pusing karena minuman dari pelayan tadi hanya bisa menjadi pendengar setia sang sahabat mengumpat di kursi kemudi.Ia yang tadi terbangun penuh rasa kebingungan di dalam ruangan khusus mempelai laki-laki hanya bisa menyapuk
Nick terperangah. Mengapa gadis itu lebih memilih mengakhiri hidupnya ketimbang kembali padanya? Apakah ia tak layak bersanding dengan gadis pujaannya?Terlalu naif kah dirinya mengharapkan Kimberly kembali merajut kasih bersamanya?"Kim, kenapa kau mengancamku dengan trik sederhana itu? Aku tahu kau pasti sedang bercanda, kan? Kembalilah padaku, Kimberly!" pekik Nick yang berjalan semakin mendekat."Berhenti di sana atau aku akan benar-benar lompat! Aku tidak bercanda, Nick!" teriak Kimberly dengan lantang. Ia tak main-main. Tak ada candaan dalam setiap kalimat yang keluar dari bibirnya.Nick menghentikan langkahnya."Oke, aku berhenti! Tolong jangan lakukan itu! Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu," ucap Nick bernegosiasi sembari menatap dalam ke arah gadis yang berdiri tepat di samping batas pegangan jembatan tua."Tanyakan saja apa yang kau mau!""Kenapa kau rela melakukan ini, Kimbe