Bena, Lily, Jibran, dan Shana serentak menoleh ke arah Dara yang bereaksi seolah-olah dirinya mengenal Sharleen. Itu tidak sepenuhnya salah, namun tidak benar juga. Dirinya hanya pernah bertemu sekali dengan wanita itu seminggu yang lalu. Ia yakin bahwa Sharleen tidak akan mengingat dirinya yang notebenenya hanya seorang karyawan biasa.
“Lo kenal?” tanya Shana heboh.Dara menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Gak kenal sih, cuma pernah gak sengaja ketemu aja,” jawab Dara jujur.“Dimana, Kak?” Lily yang tidak pernah absen dari berita gosip manapun sudah pasti akan bertanya pertanyaan detail seperti ini.“Kafe bar.”“Lo ngapain ke kafe bar?”“Nengok adik gue. Dia manggung sama bandnya disana.”“Sendirian?”Pertanyaan terakhir yang dilontarkan oleh Bena membuat Dara diam sejenak untuk berpikir. Hampir saja mulutnya yang sulit untuk diajak kerja sama itu mengatakan bahwa ada seseorang yang bersamanya saat itu, yakniDara tertegun dan tubuhnya langsung beku. Ia tahu betul suara siapa yang baru saja didengarnya. Ia ingin sekali memukul dirinya sendiri karena timing yang tidak tepat ini. Ia perlahan membalikkan badannya. “Hehe… bukan ghibah kok, Pak,” ujar Dara dengan suara bergetar karena panik Sagara tiba-tiba ada di belakangnya. Dirinya merasa tidak adil karena sedari tadi yang bergosip adalah Lily, tapi Sagara harus datang saat dirinya sedang berbicara.Bena, Shana, Jibran, dan Lily menahan tawa mereka setelah mengorbankan Dara selaku rekan kerja sendiri. Jika Dara merupakan orang yang mudah emosi, ia mungkin sudah melemparkan pulpen yang sedang ia megang ke salah satu rekan kerjanya.Di sisi lain, Sagara juga sebenarnya sedang menahan tawanya ketika melihat wajah panik Dara. Pria itu melipat kedua tangannya di dada sembari menaikkan kedua alisnya. “Jangan gosip mulu makanya di jam kerja,” ucap Sagara memberikan petuah. “Gimana? Naskah-naskah peserta lomba udah diso
Suasana menjadi tegang ketika Shana mengeluarkan sindirannya kepada Sharleen yang dirasa tidak memiliki etikad yang sopan dalam memasuki ruangan kerja orang lain. Wanita itu bahkan tidak menyapa seorang pun kecuali Sagara. Sharleen langsung tersenyum canggung mendengar sahutan yang ditujukan kepadanya. “Oh, iya, halo semua! Gue Sharleen dari Kusuma Law Firm yang bakal bantu kalian semua soal masalah kontrak atau hukum lainnya. Mohon kerja samanya!” seru Sharleen yang terdengar seperti terpaksa dibalik kalimat-kalimat ramah yang diucapkannya itu.Pandangan Sharleen yang semula hanya tertuju kepada Sagara kini beralih ke sosok di sebelahnya, yakni Dara yang sedang duduk manis di kursinya dan belum sempat beranjak karena jarak waktu antara Sagara yang berdiri terlalu dekat dengannya dengan datangnya Sharleen samgatlah pendek.“Hai! Lo yang waktu itu sama Sagara di kafe bar, kan? Ketemu lagi kita.” Sharleen mengulurkan tangannya kepada Dara untuk bersalaman,
“Jadi ini mau bahas apa, Pak?” “Gak bahas apa-apa. Tadi saya udah minta Rosa untuk pesen makan, kita makan bareng aja disini.”Dara duduk dengan canggung di ruang kantor Sagara. Salah pria itu yang tanpa persetujuan melibatkannya ke dalam sandiwara pekerjaan ini.“Emang kenapa sih, Pak, gak mau makan bareng temen Bapak. Kasihan loh kayaknya kecewa banget,” ucap Dara yang sebenarnya menyelipkan sindiran kepada Sharleen. Dirinya masih kesal dengan insiden jabat tangan tadi.“Males aja. Saya bingung mau respons apa kalo dia lagi bahas masa lalu,” jawab Sagara terus terang.Dara tidak paham mengenai masa lalu seperti apa yang dimaksud dengan Sagara. Ia tidak mengetahui kehidupan pribadi pria itu dan tidak mau mengetahui terlalu dalam mengenai hal tersebut. Seperti janjinya, wanita itu berharap dirinya bisa menjaga jarak dengan Sagara.“Oh…”Di saat yang bersamaan, Rosa, sekretaris Sagara, memasuki ruangan dengan menenteng d
“Pesanannya sudah semua ya, Kak.”“Iya sudah, Terima kasih Mba.”Alunan musik lofi yang tenang memenuhi penjuru kafe dengan tema klasik yang saat ini tidak terlalu ramai pengunjung. Hanya beberapa orang termasuk Carissa dan Sagara di dalam kafe tersebut. Pengunjung lain sibuk dengan laptop di depan mereka. Kafe ini memang cocok dijadikan untuk tempat bekerja di luar kantor karena suasananya yang nyaman.Carissa dan Sagara kurang lebih juga memiliki tujuan yang sama dengan pengunjung lainnya. Bukan bekerja formal seperti pegawai lainnya, melainkan bekerja untuk membahagiakan orang tua mereka dengan melakukan kencan berdua. Mereka bahkan telah memberikan swafoto mereka kepada orang tua masing-masing sebagai bukti kalau mereka saat ini sudah memiliki ‘progres’.“Sibuk?” tanya Sagara karena Carissa sedari tadi sibuk bermain dengan ponselnya.“Hmm…” jawab Carissa tidak niat.Sagara menghela napasnya. Pria itu sebenarnya malas membuang
“Gue gak ikutan ah!” Seru Sagara tidak setuju dengan ‘permainan’ yang diajukan oleh Carissa.“Katanya mau yang seru?” Carissa mendesis lalu mengeluarkan senyum menggodanya. “Lo gak penasaran emang?”“Penasaran soal apa?”“Siapa yang bakal dia jawab duluanlah! Lo atau gue.”Sagara tertawa tidak percaya. “Ya pasti lo lah! Kan, lo kakaknya?” jawab Sagara.Carissa menggelengkan kepalanya. “She hates me for sure,” balas Carissa. “Ayolah! Biar seru sedikit acara ‘date’ kita,” rayu Carissa agar Sagara menyetujui ajakannya.Sagara mengeluarkan gelengan kepala yang kuat. “Kalo Dara ngambek sama gue, lo mau tanggung jawab?” Carissa tertawa kencang. Hampir merusak suasana tenang dan damai di kafe yang saat ini sedang mereka singgahi. “Tenang aja kalo soal itu. Sedetik Dara liat gue sama lo, udah pasti bakal ngerti dia kalo gue yang ajak lo buat prank dia,” jawab Carissa.Wanita itu menatap Sagara sebentar sebelum kembali membuka mulutnya untuk berbicara. “Lagian, gue yakin lo lebih suka kalo ada
“Tuh, kan, apa gue bilang? Lo gak bakal disalahin.” Carissa bahkan tidak terkejut ketika wanita yang saat ini berdiri di sampingnya meneriakinya dengan emosi. Wanita itu tidak lain atau tidak bukan seseorang yang sedari tadi menjadi bahan taruhan, Dara.“Maaf, Dar. Saya beneran gak maksud ganggu libur kamu dan nyuruh kesini,” ucap Sagara langsung meminta maaf karena pria itu dihantui rasa bersalah secara instan ketika melihat raut wajah kesal Dara.“Gak apa-apa, Pak. Saya tahu pasti kerjaan orang jelek ini kalo masalah beginian,” ujar Dara yang masih menggunakan nada sopan dan berusaha tenang ketika berbicara dengan bosnya.Dara meniup poni yang menghalangi matanya dengan kasar. Ekspresi wajah wanita itu benar-benar tidak bisa terkontrol. “Gue lagi nonton sama temen gue, Kak! Lo tahu, kan? Gue kira ada kepentingan apa. Lo bisa gak sih kalo bercanda gak usah bawa-bawa gue?” ujar Dara geram.Hal ini rupanya bukan pertama kalinya Carissa menjahili ad
Dara duduk di kursi yang diambil oleh Sagara dari meja lain. Carissa memperhatikan sikap Sagara kepada Dara yang kelewat lembut. Hal tersebut tentu saja tidak normal karena ia saja tidak pernah bersikap seperti ini kepada karyawannya meskipun sudah di luar waktu kerja. Melihat adegan tersebut tentu membuat senyum Carissa mengembang. Sepertinya tidak sulit untuk melancarkan rencana besar nan liciknya.“Kok sama Dara pake aku-kamu, sama gue pake lo-gue. Gak adil lo,” sindir Carissa yang tentu saja hanya sebuah candaan. Wanita itu tidak peduli sama sekali sebenarnya. Ia hanya ingin menggoda adiknya.“Dia karyawan gue, ya kali pake lo-gue,” sahut Sagara kesal. Lama-lama, Sagara ikut emosi dengan Carissa sama seperti Dara. Carissa memang tipikal orang yang mudah menyulut amarah siapa pun yang menjadi lawan bicaranya.Kini, Dara yang bergantian memperhatikan interaksi antara Sagara dan Carissa. Mereka terlihat cukup dekat untuk orang yang ia ketahui baru secara
“Lo tengah deh, Dar!”“Lo aja!”“Udah-udah, saya yang di tengah.” Sagara langsung menyerobot barisan Carissa agar pria itu duduk di tengah di antara dua saudara perempuan yang tidak henti-hentinya bertengkar.Dara, Sagara, dan Carissa menonton film yang sebelumnya sudah ditonton tiga per empat bagian oleh Dara. Dara sebenarnya tidak masalah, ia bisa menunggu nanti ketika filmnya sudah muncul di layanan streaming. Toh, cuplikan akhir film tersebut sudah beredar di mana-mana.Namun, kontrol kakaknya yang kuat dengan segala tawarannya itu yang membuat Dara sekarang duduk di kursi bioskop B8, di samping Sagara. “Terakhir kamu nonton sampe bagian mana?” tanya Sagara berbisik kepada Dara meskipun film belum dimulai.Dara langsung menoleh dan terkejut ketika wajah pria itu sangat dekat dengannya, membuat wanita itu otomatis menjauhkan wajahnya. “Bagian bapaknya masuk ke ‘The Further’ buat nyari anaknya, Pak,” balas Dara berbisik.