Home / Romansa / Broken Flower / 37. Family or enemies

Share

37. Family or enemies

Author: Ikabelatrix
last update Last Updated: 2023-08-23 20:00:08

Grassiela merasa cemas saat ia duduk di meja makan bersama Violeta, pikirannya terganggu oleh rumor buruk yang masih beredar di antara para pelayan. Namun, dia mencoba untuk tetap tersenyum dan bersikap normal.

Satu persatu berbagai kudapan lezat mulai dihidangkan di atas meja. Violeta tampak antusias untuk menikmati makanan di hadapannya, tetapi tidak dengan Grassiela. Perasaan yang tak tenang membuat dia sama sekali tidak berselera. Setelah para pelayan pergi, Violeta mendadak beranjak dari tempat duduknya, membuat Grassiela berkedip memandang wanita itu.

"Oh, aku melupakan multivitamin yang harus kuminum sebelum makan. Aku akan segera kembali," ujar Violeta sebelum cepat-cepat kembali ke kamar tamu untuk mengambil sesuatu yang dia lupakan.

Grassiela menghela napas panjang dan menunduk di ruangan itu sendirian. Entah kenapa kepergian Violeta seakan memberinya ruang bebas untuk bernapas. Kali ini Grassiela memilih untuk menyimpan kegelisahannya send
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ikabelatrix
maaf ya up nya kelamaan... makasih ...
goodnovel comment avatar
amoree
penasaran bgtt sama kelanjutanya tpi syang up nya lamaaa,, sehat2 terus ya kaa semangat up nya sampe tamat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Broken Flower   Ekstra Part - At the Journey’s End

    Matahari pagi menembus kaca tinggi manor Gluzenskov, memantul di lantai marmer yang berkilau. Di aula utama, langkah para pelayan bergema pelan, sibuk dengan rutinitas harian—seorang menata vas bunga segar, yang lain menyusun peralatan makan perak di meja makan. Aroma masakan lezat tercium samar dari dapur.Grassiela turun perlahan dari tangga besar sambil menggendong bayi mungil yang kini berusia tujuh bulan—putra kecilnya yang memegang mainan untuk digigit.Para pelayan yang berpapasan berhenti sejenak, membungkuk hormat, lalu tersenyum kecil melihat pemandangan lembut itu. Sosok nyonya mereka yang dulu hanya dikenal anggun dan dingin, kini tampak hangat dengan bayi di dekapannya.“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Mrs. Runova, kepala pelayan, terdengar. Wanita paruh baya itu melangkah mendekat sambil menyerahkan sebuah baki perak. Di atasnya, tertata rapi amplop-amplop bersegel mewah, sebagian bertinta emas. “Undangan untuk anda.”Grassiela mena

  • Broken Flower   133. Love Reclaimed - Ending

    Hamparan salju membentang luas, putih, sunyi, tak terjamah. Di tengah dinginnya udara pagi yang menusuk tulang di Zermatt, dunia seakan berhenti. Di tengah lanskap itu, Grassiela berdiri mengenakan gaun panjang berwarna putih bersih yang membalut tubuhnya dengan anggun. Setiap embusan angin membuat gaunnya berayun perlahan, seperti tarian yang halus. Rambut caramelnya digerai alami, sebagian berhias jepit berkilau sederhana. Pipinya sedikit memerah karena dingin, membuat kecantikannya justru semakin nyata. Dia berdiri sendirian, menatap ke kejauhan. Di sana, seseorang terlihat berjalan mendekat. James muncul dari balik kabut salju. Pakaian hitam pekat yang dikenakannya kontras dengan putihnya dunia, seolah ia adalah bayangan yang datang untuk menghisap cahaya. Jas panjangnya jatuh rapi, dengan kemeja dan dasi hitam yang membuatnya tampak seperti figur otoritas yang tak tergoyahkan. Rambut hitamnya sedikit berantakan diterpa angin, namun sorot mata kelabunya tetap tajam, penuh tekad.

  • Broken Flower   132. Embrace in Zermatt

    Matahari musim dingin memantul di salju yang berkilau, pemandangan Matterhorn tampak anggun dari jendela kamar suite mereka. Grassiela baru terbangun, tubuhnya masih terasa hangat di balik selimut tebal. Ia menoleh, tempat di sebelahnya kosong. Dari balik bulu mata lentiknya, ia dapat melihat James berdiri di balkon, mantel tidurnya terikat rapi, siluetnya tegap di bawah cahaya siang. Ponsel masih di tangannya, layar menyala redup—menandakan panggilan baru saja berakhir. Grassiela menggeliat, meraih selimut dan membungkus tubuhnya, lalu melangkah keluar ke balkon. Angin dingin menusuk kulitnya, namun ia lebih fokus pada ekspresi James yang serius. “Ada apa?” suaranya pelan, nyaris tenggelam oleh desir angin Alpen. James menoleh padanya. “Kau sudah bangun?" Dia melirik sekilas. "Hanya soal bisnis,” ujarnya menepis pikiran yang semula rumit. Diam-diam Grassiela menelan salivanya, mengingat bahwa bisnis James kacau akibat ulahnya. Setelah ia membongkar bisnis ilegal itu, sebagian bes

  • Broken Flower   131. Shattered Control

    Suasana pagi di dalam chalet terasa lebih ramai dari biasanya. Para pelayan berlalu-lalang menyiapkan koper, sementara perawat sibuk memakaikan mantel hangat pada bayi mungil yang tersenyum di dalam boks bayi.Di kamar utama, seorang dokter sedang memeriksa Grassiela yang duduk bersandar di ranjang, dia masih terlihat pucat namun lebih tenang daripada semalam.James berdiri di samping ranjang dengan ekspresi serius, tangannya dilipat, matanya mengawasi setiap gerakan dokter.Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk pelan.Helena muncul terlebih dahulu, disusul Alfonso di belakangnya. Keduanya mengenakan pakaian musim dingin, siap untuk pergi.“Grace…” Helena tersenyum lembut, mendekati ranjang dan menggenggam tangan putrinya, “kami berangkat dulu, ya?”Grassiela menatap mereka, sedikit terkejut. “Kalian… jadi pergi sekarang?”Alfonso mengangguk. “Kami hanya pergi ke bawah, ke lembah. Udara di sana lebih hangat dan cuc

  • Broken Flower   130. Shattered Affection

    Salju terus jatuh perlahan―halus dan membungkam. Di bawah langit malam Zermatt yang gelap dan membeku, James hanya berdiri terpaku. Ucapan Grassiela menggema di kepalanya, menusuk lebih dalam daripada peluru manapun yang pernah ia terima.Grassiela memeluk dirinya sendiri, menggigil bukan hanya karena dingin… tapi oleh sakit di dalam dadanya.“Cukup…” suaranya pecah di udara beku. “Aku… tak tahan lagi.”James membuka mulutnya, tapi tak ada satu kata pun keluar. Tatapannya penuh syok dan penyesalan saat mencermati wajah istrinya yang berlinang air mata.Grassiela menghapus air mata dengan punggung tangannya, namun tangis itu tak henti mengalir. “Aku tidak bisa terus bersamamu," bisiknya. “Setiap kali kau melakukan kekejaman… setiap kali kau menghukum seseorang… dan terlebih karena aku... semua itu membuatku merasa bersalah.”Ia menunduk, bahunya bergetar. “Membuatku frustasi karena dosa yang tidak kulakukan sendiri.”Air mata jatu

  • Broken Flower   129. Cruel Affection

    "Aku merindukan saat kita bersama."Ucapan James yang tenang dan dalam, membuat hati Grassiela terasa mencelos.Grassiela memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan gugup yang mulai merayap di tubuhnya.“Itu hanya dugaanmu,” ujarnya, nadanya terdengar lebih seperti pembelaan. Ia meletakkan nampan di atas meja kerja yang dipenuhi berkas.James menatapnya, mengamati setiap gerakan istrinya. “Ucapan terima kasih… sambil membawa kopi hangat dan sandwich buatan sendiri?” suaranya rendah, namun mengandung nada menggoda dan percaya diri.Grassiela tak menjawab. Ia sibuk merapikan lipatan rok tidurnya, menghindari tatapan James. Suasana ruangan diselimuti keheningan yang menegangkan.Perlahan James berjalan mengitari meja dan berhenti tepat di belakangnya. Napas hangatnya menyentuh tengkuk Grassiela.“Kau datang ke sini karena kau merindukanku, kan?” bisiknya, nada suaranya tenang tapi penuh keyakinan.Grassiela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status