Share

Kemenangan

Lomba cerdas cermat tahun ini, dimenangkan oleh SMA Citra. Tiga tim dari SMA Citra mendapat peringkat pertama, dan satu tim lainnya mendapat peringkat kedua. 

Tim yang mendapat peringkat pertama adalah Yandi dan teman-teman se-timnya sebagai peserta cerdas cermat matematika, kemudian dari tim cerdas cermat biologi oleh Reza, Ino dan Diki, serta satu tim dari cerdas cermat fisika. Sedangkan tim cerdas cermat kimia, mendapatkan peringkat kedua.

Pengumuman peringkat lomba cerdas cermat dilangsungkan setelah semua perlombaan berakhir. Seluruh siswa dan guru pendamping yang hadir saat itu, diminta untuk berkumpul di aula SMA Jaya Karsa, di mana lomba itu dilaksanakan.

Kini ruangan itu telah dipenuhi oleh seluruh siswa dan para guru pendamping dari tiap sekolah. Walaupun hasil dari perlombaan sudah diketahui, namun para siswa tetap antusias saat pengumuman akan dimulai.

“Saya mengucapkan terima kasih untuk adik-adik yang telah berpartisipasi dalam lomba cerdas cermat hari ini. Begitu juga untuk adik-adik yang bersemangat mendukung teman-temannya,” ujar seorang pria berbusana kemeja batik.

“Untuk semua peserta lomba hari ini, saya bangga dengan kalian semua. Di mata saya, kalian semua sangat hebat. Sekalipun kalian tidak memenangkan perlombaan kali ini, kalian tetap hebat.”

“Kalian semua telah bekerja keras hari ini. Jadi jangan menyerah, hanya karena kalian gagal hari ini. Hari ini adalah jalan kalian menuju kesuksesan yang luar biasa. Tetap semangat belajar, dan terus berprestasi.” setelah pria berbusana kemeja batik itu memberikan kata-kata penyemangat pada peserta lomba, ia pun mengumumkan peringkat lomba cerdas cermat.

Pengumuman peringkat, dimulai dari  lomba cerdas cermat matematika, biologi, kimia, dan di akhiri dengan pengumuman hasil lomba cerdas cermat fisika. Setiap peserta lomba yang mendapat peringkat dalam lomba itu, naik ke atas panggung dan menerima piala.

Saat Yandi dan dua orang siswa lainnya naik ke atas panggung, para siswa dari sekolahnya terus mencibirnya. Mereka lupa bahwa ia yang telah membawa kemenangan bagi sekolah mereka. 

“Dasar sok pintar!” ujar Dinda kesal.

“Paling dia lagi beruntung aja, makanya dia menang. Kalau enggak dia pasti udah malu sekarang,” ujar Rian.

“Benar banget,” ujar Rita menyetujui ucapan Rian.

Tak hanya para siswa yang mencibirnya, para guru pun turut melakukan hal itu. “Paling dia cuma beruntung. Soalnya aja yang gampang,” ujar bu Tina tak suka melihat Yandi memegang piala kala itu.

“Benar bu, saya juga gak percaya kalau dia bisa jawab soal-soal kayak gitu. Pasti itu hasil cakar teman-temannya, dia gak mungkin bisa,” ujar bu Dina.

“Mendingan, nanti pas pelajaran matematika, kita minta bu Rika buat ngetes dia. Saya juga ragu kalau dia bisa,” ujar pak Vino.

Saat semua siswa dan guru dari sekolahnya tak bisa menerima kenyataan, para siswa dari sekolah lain justru kagum dengan kemampuan Yandi. Mereka bahkan terus menceritakan kehebatannya, saat pengumuman sedang berlangsung.

“Ya ampun... tuh cowok gila keren banget. Bisa-bisanya dia cakar secepat itu,” ujar seorang siswi berambut pirang sebahu.

“Setuju banget. Apa lagi pas soal terakhir, dia tuh keren banget. Gak butuh waktu lama pas soalnya dibaca, dia langsung jawab. Terus jawabannya benar lagi,” ujar seorang siswi menyetujui perkataan temannya.

Bagi siswa sekolah lain, Yandi memang pantas mendapat peringkat satu bersama teman-temannya. Bahkan mereka sangat mengakui kemampuan Yandi dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

Acara penutupan langsung dilakukan, setelah pengumuman hasil beserta pemberian piala dan hadiah berakhir. Acara penutupan hanya berupa kata-kata penyemangat dari kepala sekolah SMA Jaya Karsa, dan satu guru dari setiap sekolah sebagai perwakilan sekolahnya.

Setelah acara penutupan berakhir, semua siswa dan para guru yang hadir saat itu kini tengah bersiap untuk kembali ke kediaman mereka masing-masing. Kini mereka sedang menunggu bus untuk menjemput mereka.

Hal yang sama juga terjadi pada SMA Citra. Semua siswa dan para guru yang hadir saat itu, sedang menunggu bus mereka. Saat menunggu, para guru mengucapkan selamat kepada setiap siswa yang berpartisipasi dalam lomba hari ini. Namun mereka melewatkan Yandi, seakan ia tak turut berpartisipasi dalam perlombaan itu. Baik guru maupun siswa hanya menatapnya sinis hingga bus datang menjemput mereka.

Ada dua bus kala itu yang datang menjeput mereka. Para siswa dan guru kali ini dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan jalur tempat tinggal mereka. Setelah pembagian selesai, para siswa dan guru segera menaiki bus yang sesuai arah tujuan mereka.

Tempat tujuan Yandi adalah rute terakhir yang akan dilewati bus yang dinaikinya. Ia yang mengetahui hal itu pun segera melekatkan matanya, dan menuju dunia mimpi. Ia  memakai kedua earphone (alat pendengar) berwarna hitam di telinganya, sambil mendengarkan beberapa lagu bergenre pop yang diputar di ponselnya.

Yandi yang sedang bermimpi indah, tak menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang sambil tersenyum bahagia. “Selamat ya, Yandi. Kamu emang hebat banget. Aku harap kamu gak dengarin perkataan mereka yang gak suka sama kamu.” Tak ada keberanian dalam diri gadis itu, membuatnya hanya memberikan ucapan  selamat dalam hatinya.

Para siswa yang berada dalam bus itu pun memperhatikan gadis itu, yang sedari tadi terus memperhatikan Yandi. “Jangan bilang lo suka cowok pembuat onar itu?” tanya Dito, teman sekelasnya.

“A... apaan sih? Jangan sembarangan deh!”

“Kalau lo gak suka sama dia, ngapain lo lihatin dia mulu dari tadi?”

“Ya... cuma lihat aja. Lagian gue gak ngelihatin dia, kok.” gadis itu berusaha membohongi temannya. Ia tak ingin ada orang yang mengetahui bahwa dirinya menaruh rasa kagum pada siswa pembuat onar itu.

“Oh... gue tahu. Lo pasti ngerasa dia hebat, kan?” tanya Dito yang tak puas dengan jawaban temannya.

“Apaan sih, Dit?”

“Asal lo tahu. Tuh cowok gak lebih hebat dari cewek gue. Dia itu bisa ikut lomba ini, karena cewek gue sakit. Lagian dia gak sepintar cewek gue, jadi lo gak usah kagum ama dia. Mendingan lo kagum ama si Reza, atau Diki ama Ino,” ujar Dito menceramahi temannya.

“Mereka itu lebih pintar dari dia. Udah gitu, mereka juga murid teladan, sama kayak lo. Lagian ngapain lo kagum ama cowok modelan dia? Kayak gak ada orang lain aja?!”

“Tahu ah! Terserah lo! Gue mau tidur,” ujar gadis itu kesal dengan semua perkataan temannya.

“Awas kelewatan. Entar lo gak bisa pulang lagi,” ujar Dito yang mengetahui kebiasaan temannya. Ia tahu bahwa gadis itu sering tertidur, jika melakukan perjalanan jauh. Gadis itu pun sering kali melewatkan tempat tujuannya, jika ia sudah tertidur.

“Gak bakalan.”

“Terserah, gue udah kasih tahu. Entar kalau lo ketiduran, gue gak bisa tolong lo. Soalnya gue bakal turun duluan,” ujar Dito yang akan tiba di tujuannya beberapa saat lagi. 

“Iya, tenang aja. Gue gak bakalan ketiduran, kok. Gue cuma nutup bentar doang ni mata,” ujar gadis itu sambil menutup kedua matanya.

Kekhawatiran Dito kini terjadi. Sesaat setelah ia turun dari bus itu, gadis itu telah terlelap. Ia terus tertidur hingga melewati tempat tujuannya. Bahkan saat bus itu mencapai rute akhir, ia tak kunjung bangun dari tidurnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status