Home / Pendekar / Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3 / Pengkhianat Sudah Beraksi dalam Senyap

Share

Pengkhianat Sudah Beraksi dalam Senyap

last update Last Updated: 2025-10-10 09:47:48

Arum Hapsari menyelesaikan perkataannya. Nada suaranya kini hanya desiran angin beku di tengah api unggun yang menyala. Kata-katanya menggantung di udara malam, dingin dan menusuk, mengoyak kehangatan persatuan yang baru saja mereka raih.

Keheningan yang tiba-tiba melanda pesanggrahan terasa lebih berat daripada desiran badai. Api unggun menari, pantulannya pada wajah-wajah yang berkumpul menunjukkan keterkejutan, ketidakpercayaan, dan benih-benih kecurigaan.

Suro Joyo merasakan dadanya dihantam rasa dingin. Sebuah pengkhianatan? Ada pengkhianat di antara mereka? Setelah semua janji, semua sumpah yang baru saja diucapkan? Begitu Suro Joyo bertanya-tanya dalam hati.

Ayumanis menatap Arum Hapsari dengan alis terangkat, ketenangan di wajahnya kini tercoreng gurat kekhawatiran. "Apa maksudmu, Nona Arum? Apa ini semacam... penjajakan kesetiaan?" tanyanya, nada suaranya lembut namun memiliki ketegasan yang membelah keheningan.

Westi Ningtyas memegang erat gagang pedangnya, matanya bergerak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Pembelotan Rakyat Wanabisala

    Kedua senapati itu mengerahkan puncak kekuatan mereka. Hawa sakti yang saling berbenturan di antara mereka menciptakan angin puting beliung kecil yang menerbangkan debu dan kerikil. Seluruh pasukan, baik kawan maupun lawan, menahan napas. Mereka tahu, bentrokan berikutnya akan menentukan segalanya."Mampus kau, hiaaat!" teriak Jayengsata, saat ia melesat maju, tombaknya berubah menjadi seberkas petir hitam yang siap menelan segalanya."Kau yang mampus!" balas Lodra Dahana, saat ia mencabut pedangnya dari tanah, membawa serta gelombang energi api yang membentuk sosok seekor singa raksasa yang mengaum tanpa suara.Petir hitam melawan singa api. Dua kekuatan pamungkas akan segera beradu. Takdir Wanabisala, dan mungkin perang ini, akan ditentukan dalam beberapa kejapan mata ke depan.Tepat saat kedua serangan itu hanya berjarak sejengkal dari titik tumbukan, tiba-tiba, dari arah belakang Jayengsata, dari balik gerbang Wanabisala yang tadinya tertutup rapat dan dijaga ketat, terdengar suar

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Pertarungan Maut Dua Pendekar Hebat

    Sorak-sorai prajurit Wanabisala tiba-tiba berubah menjadi teriakan panik. Patih Darbasona, yang tadinya menyeringai, kini menunjukkan ekspresi terkejut yang nyata, seperti ada yang lepas kendali. Bahkan Jayengsata menghentikan gerakannya, matanya melebar tak percaya.Suro Joyo merasakan sensasi dingin menjalar di punggungnya. Ini bukan gempa bumi biasa. Ini adalah kekuatan yang sangat tua dan jahat. Dari celah-celah retakan yang semakin membesar di gerbang, sesuatu yang bukan kayu atau besi mulai terlihat.Matanya merah menyala seperti bara api neraka, mengintip dari balik celah yang retak, dan sebuah taring hitam sepanjang lengan mulai menyembul, merobek paksa kayu dan besi gerbang Wanabisala seperti kertas. Raungan mengerikan yang memekakkan telinga meledak, bukan dari Jayengsata, bukan dari Darbasona, melainkan dari kegelapan di balik pintu, mengoyak suasana fajar.Itu sosok ksatria gagah perkasa yang berdiri tegap di puncak gerbang Wanabisala, jubah perangnya yang berwarna hitam l

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Sambutan Mematikan di Wanabisala

    Kemenangan sementara! Para prajurit bersorak. Sorakan kemenangan pertama setelah pertempuran yang keras. Tapi, euforia itu tidak bertahan lama.Keempat raksasa lainnya, seolah merasakan kematian pemimpin mereka dan hilangnya sumber energi utama, berhenti sejenak. Tapi, bukan untuk mundur. Sebaliknya, dari retakan-retakan di tubuh batu mereka, cahaya merah yang lebih terang mulai berpendar, berdenyut seperti jantung yang baru lahir. Tubuh mereka yang rusak justru mulai tumbuh, membengkak, dan berubah.Batu-batu di tubuh mereka mulai melebur dan membentuk kembali, bukan lagi menjadi raksasa yang sama, melainkan sesuatu yang lebih mengerikan, lebih ramping, tapi jauh lebih buas. Tanduk-tanduk tajam mencuat dari kepala mereka, cakar-cakar runcing muncul dari tangan dan kaki mereka. Otot-otot batu mereka tampak lebih padat, lebih menakutkan. Cahaya merah di mata mereka kini membara, dan aura kegelapan yang mereka pancarkan berlipat ganda, memenuhi lembah dengan hawa dingin yang mematikan.

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Pemusnahan Prajurit Siluman

    "Ini bukan sekadar penjaga gerbang," gumam Lodra Dahana, senapati tangguh dari Garbaloka, suaranya sarat akan ketegangan, tapi tetap tegas. Ia berdiri tegak, perisai besar berhias ukiran naga di satu tangan dan gada berat di tangan lainnya, siap menghadapi ancaman apa pun yang akan datang.Di sampingnya, Arum Hapsari menajamkan pandangannya, kedua bilah pedangnya yang melengkung memantulkan cahaya redup dari senja yang mulai turun, seolah api biru menari-nari di bilahnya. Aura spiritual yang khas dari murid Bledeksewu mulai menyelimuti dirinya, mempersiapkan untuk pertarungan sengit.Keempat raksasa lainnya, meskipun sedikit lebih kecil dari pemimpin mereka, masih setinggi pohon kelapa dewasa, tidak menunggu aba-aba. Dengan raungan yang mengguncang bumi, mereka bergerak. Dua melesat ke sisi kanan formasi, dua ke sisi kiri, seolah mengikuti taktik perang yang mengerikan. Setiap langkah mereka menyebabkan tanah bergetar, awan debu membumbung tinggi, dan pohon-pohon di sekitar mereka tum

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Menghadapi Serangan Makhluk Mengerikan

    Di sisi lain, Arum Hapsari sudah mengatur pasukannya. Murid Bledeksewu itu memimpin beberapa pendekar pilihan, menciptakan formasi pertahanan yang solid, menangkis serpihan batu dan tanah yang terlempar oleh gerakan raksasa. Westi Ningtyas, dengan gesitnya, menghindari pukulan tangan raksasa yang menyapu. Panah-panah dan tombak-tombak mulai ditembakkan ke arah makhluk itu, tapi sepertinya hanya menggores kulit luarnya, menimbulkan suara benturan logam di atas batu yang keras.Suro Joyo merasakan getaran tanah di setiap langkah raksasa itu. Ia sadar, serangan biasa tidak akan melumpuhkan makhluk ini. Matanya terfokus pada titik-titik lemah yang mungkin ada: mata yang menyala merah, atau bagian tubuh yang tampak lebih lunak di antara sisik-sisik tebal. Ia teringat ajian penyerap energi yang diajarkan gurunya, Ki Tambung. Mungkinkah ia bisa menyerap sebagian kekuatan makhluk ini? Atau setidaknya melemahkannya?Tapi, raksasa itu tidak memberinya waktu untuk berpikir panjang. Dengan raunga

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Serangan Mendadak yang Mematikan

    Ayumanis, dengan kelincahan yang luar biasa, berputar di antara kerumunan. Pisau-pisau kilatnya berkelebat cepat, memutus urat-urat tangan pucat atau menusuk leher tak berdarah makhluk-makhluk itu. Setiap gerakan adalah tarian maut yang presisi, tapi ia bisa melihat kelelahan mulai membayangi wajah para prajurit di sekelilingnya. Mereka tidak dilatih untuk menghadapi teror seperti ini."Makhluk apa ini?" teriaknya, suaranya sedikit tertahan saat ia harus melompat mundur dari sergapan tiga makhluk sekaligus.Westi Ningtyas, di sisi lain, menggunakan kecakapannya dalam menangkis dan menghindar. Pedang panjangnya berkelebat, memblokir cakar-cakar yang mengancam dan sesekali menyerang balik dengan tusukan cepat. Tapi, ia merasa merinding. Tatapan makhluk-makhluk itu, atau lebih tepatnya, ketiadaan tatapan dari rongga mata kosong mereka, jauh lebih mengerikan daripada musuh mana pun yang pernah ia hadapi. "Mereka tidak punya titik lemah biasa!" serunya, saat pedangnya menembus tubuh salah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status