"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
"Tuan, tolong bebaskan utang saya. Saya akan memberikan putri saya untuk Anda sebagai gantinya."Diana terperangah mendengar ayahnya memohon-mohon sambil mendorong tubuhnya ke hadapan seorang pria yang duduk dengan angkuh. Hati Diana teriris diperlakukan seperti barang.Tadinya Diana pikir, ia diajak sang ayah hanya untuk menemui salah satu partner bisnis.Diana juga sempat menolak, apalagi kehadiran ayahnya itu sangat tiba-tiba. Tetapi Dody, ayahnya, membujuknya dengan menjanjikan akan menyekolahkan adiknya. Dan jika partner bisnisnya mau membantu, perekonomian Diana pun akan terbantu.Maka dari itu, Diana menyetujui permintaan ayahnya, meski ia sempat bingung mengapa ayahnya juga menyuruhnya untuk berdandan menggunakan pakaian haram ini.Dan ternyata….Pria blasteran bernama Michel Rahardian itu menatap tubuh Diana sambil berdecak remeh.Diana mengenali pria itu karena sering melihatnya tampil di TV."Dia ini tidak ada nilainya untukku. Tidak berharga dibandingkan dengan nyawamu, D
BRUK!Diana terhenyak karena pria yang tadi mendekapnya kini jatuh tersungkur di lantai. Diana menatap takut pada Michel yang beralih menatapnya tajam."Tuan...." lirih Diana yang bingung harus melakukan apa karena Michel telah menyelamatkannya, tapi dia juga masih takut jika Michel akan membawanya.Dan saat Diana masih menatap ke arah Michel, pria yang tadi jatuh langsung berdiri dan melayangkan tangan, bersiap memukulnya. Diana yang masih belum pulih dari rasa terkejutnya, hanya bisa menutup mata dengan spontan.Hening. Lalu detik berikutnya, justru hanya terdengar suara erangan kesakitan.Diana membuka mata perlahan. Ternyata, Michel sudah lebih dulu menghentikan pria mabuk tersebut dengan menepis pergelangan tangannya dan memutarnya ke belakang tubuh pria itu.Michel lalu memukul pria itu dengan sekali pukulan di pipi. Karena pria tersebut sudah sangat mabuk, ia langsung terkapar tak sadarkan diri.Diana sangat ketakutan sekarang. Tidak ada hal yang bisa ia lakukan, selain tetap
Diana membereskan kamar Michel sesuai dengan apa yang diperintahkan pagi ini.Sebenarnya tidak banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan, karena kamar Michel sudah rapi dan tidak banyak debu. Tetapi Diana tetap membersihkannya, meskipun harus mengulangi mengelap meja, karena ia tidak memiliki kesibukan."Bagaimanapun caranya aku harus segera bebas dari sini," guman Diana setelah selesai membereskan tempat tidur Michel.Namun, belum sepuluh detik Diana menutup mulutnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Michel dan langsung masuk begitu saja, hingga membuat Diana yang sedang menatap ke arah luar balkon terlonjak kaget."Nona, Tuan Michel memanggil Anda. Silakan ikuti saya," ujar Jake, asisten pribadi Michel. Tanpa banyak bicara, ia segera keluar sebelum Diana sempat bertanya lebih jauh.Setelah Jake menghilang di balik pintu kamar, Diana tersenyum cerah, mengira bahwa Michel akan membebaskannya. Dengan wajah berseri-seri, gadis itu keluar dari kamar dan menghampiri Jake yang menung
"Nona!" Diana tersentak kaget, waslap yang ia pegang jatuh ke lantai. Ancaman Vanessa yang tadinya terngiang-ngiang di telinga langsung buyar ketika seorang pria berseragam pelayan berjalan tergesa ke arahnya. "Apa yang Anda lakukan, Nona?" Tatang—pelayan itu—berteriak karena melihat Diana sedang memanjat naik ke atas kursi untuk membersihkan pintu kaca di kamar Michel.Karena terkejut mendengar suara lantang itu, Diana hampir saja terjatuh, tapi berhasil diselamatkan oleh Tatang."Saya cuman mau bersihin pintu kaca ini aja kok, Pak," jawab Diana takut. "Saya tidak berniat kabur," tambahnya karena pria itu masih menatapnya penuh selidik.Tatang lantas bernafas lega. Pandangannya beralih melihat piring sisa makan Diana yang berada di atas nakas dan mengambilnya."Kenapa makanan Anda tidak dihabiskan, Nona? Apa tidak enak?" Tatang bertanya guna memastikan alasan Diana untuk melapor pada Michel."Saya tidak lapar, Pak.""Baiklah. Kalau butuh sesuatu, Anda bisa panggil saya. Tapi jangan
Michel menatap tajam Diana dan kedua pelayan wanitanya yang ternyata sedang sibuk menjalankan tugas dari Tatang untuk membantu Diana mandi dan berganti pakaian tapi ditolak oleh Diana yang malu tubuhnya dilihat orang lain."Tuan, maaf. Pak Tatang meminta kami untuk membantu Nona Diana bersiap untuk melayani anda tapi Nona Diana menolak." Kedua pelayan wanita yang terkejut tersebut segera menunduk menghadap Michel.Salah satu pelayan mengadu dan membuat Diana seketika terdiam ketakutan seraya menelan ludah kasar. Diana memegangi baju haramnya dan menutupnya dengan kedua tangannya."Kalian berdua boleh pergi." Michel mengusir kedua pelayannya dan maju selangkah ke arah Diana yang dengan spontan melangkah mundur."Kau menghindariku?" Michel mencengkram kasar pakaian Diana dan menariknya hingga robek yang membuat Diana terdiam ketakutan."Tidak, Tuan. Maaf," jawab Diana terdengar gemetaran.Diana masih berusaha menutupi bagian sensitifnya dengan kedua tangannya."Tuan, apa anda ingin mand