Beranda / Romansa / Buddy with Benefits / 4. Dua Kancing Kemeja

Share

4. Dua Kancing Kemeja

Penulis: Jnana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-29 16:46:58

Tanpa terasa, mobil yang dikemudikan Ben akhirnya sampai juga ke tempat tujuan.

Ben membawa mobilnya masuk ke halaman vila yang pagarnya terbuka lebar. Pria itu kembali melirik Camelia dari kaca sentral sembari membuka sabuk pengaman. Kali ini Ben mendapati ekspresi sedikit gugup karena tegang di wajah Camelia.

"Santai saja. Toh mereka semua orang yang sama dengan yang kamu jumpai setiap hari di kampus." Ben mencoba menenangkan Camelia.

Gadis itu lantas menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan. Ia melakukannya beberapa kali sampai ada sensasi menenangkan yang hadir dalam dirinya. Sesudahnya, Camelia tersenyum tipis lalu mengucap terima kasih pada Ben.

Rosaline dan Camelia pun melangkah bersisian memasuki vila.

Sementara Ben  yang ada di belakang mereka, terlihat memperlambat langkah.

Rosaline menoleh pada Ben.

Dengan kode gerakan kepala, Rosaline dan Ben sailing berkomunikasi. Camelia mengangkat sepasang alisnya, merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Ben dan Rosaline terlihat sangat kompak. Berbeda jauh dengan dirinya dan Larry.

"Let's get it started!"

Bersama teriakan itu, suara hingar bingar karena musik yang diputar secara maksimal membuat Camelia segera menutup telinga.

Namun dengan cepat, Rosaline menurunkan kedua tangan Camelia. Gadis itu juga menggeleng cepat begitu Camelia melayangkan tatapan protes.

Camelia dan Rosaline melanjutkan langkah, semakin masuk ke dalam ruangan vila yang nyaris dipenuhi manusia.

Camelia tidak tahu, ke mana Rosaline akan membawanya. Namun, ketika ia menyadari perubahan langkah Rosaline setelah melihat sosok Larry, Camelia paham bahwa sedari tadi Rosaline mencari si tuan rumah, yakni Larry Brown.

"Terima kasih sudah mengundang kami, Larry." Suara manis Rosaline sudah cukup memberi tahu Camelia bahwa sahabatnya itu tertarik dengan Larry.

Namun, buddy Camelia itu hanya menanggapi basa-basi Rosaline dengan anggukan cepat.

Hanya saja, pandangan keduanya mendadak bertemu.

Camelia merasakan Larry tertegun sejenak ketika menatapnya.

"Kamu terlihat berbeda."

Deg!

Entah apa yang dimaksud Larry dengan mengatakan itu, memuji atau malah menyindir? Yang pasti Camelia langsung salah tingkah dibuatnya.

Demi menutupi rasa gugup yang kembali mendera, Camelia pamit untuk mencari minuman.

Berada di dekat Larry dan sesekali bertemu padang dengannya dalam situasi yang seharusnya santai justru membuat Camelia tegang dan tidak bisa rileks.

Dengan gelas berisi minuman di tangan, Camelia melangkah perlahan. Rasa penasarannya begitu besar untuk melihat-lihat keseluruhan vila.

Puas menjelajahi lantai satu yang menjadi lokasi pusat dari pesta Larry, Camelia berniat untuk naik ke lantai dua. Sebelum naik, Camelia segera menandaskan sisa minuman lalu meletakkan gelas kosongnya pada nampan yang dibawa pelayan.

Satu demi satu anak tangga disusuri Camelia.

Sesampainya di lantai atas, Camelia mengedarkan pandangannya.

Hanya saja, dia ragu untuk melanjutkan langkah kala melihat pintu-pintu di sana tertutup.

Namun, ketika ia akan menuju sayap kanan vila, Camelia terhenyak melihat adegan di depannya.

Seolah ada yang memberi aba-aba, seluruh pintu itu seketika terbuka.

Tampak beberapa pasangan muda-mudi keluar dari kamar. Rambut mereka berantakan. Pakaian mereka juga berantakan. Dan riasan di wajah para gadis itu juga berantakan...!

"Apa yang terjadi?" Camelia yang bingung pun bertanya pada dirinya sendiri.

Namun, pasangan muda-mudi itu berjalan melewati Camelia tanpa memedulikannya. Bahkan, ada yang masih asyik berciuman.

Camelia memejamkan matanya, merasa malu atas apa yang dilihatnya.

Dia pun segera menjauh. Namun, langkah Camelia terhenti di depan sebuah pintu yang tertutup. Ada nama Larry yang ditempel di pintu. Tanpa sadar, tangan Camelia terulur, menyentuh gagang pintu dan bermaksud membukanya.

"Itu kamarku."

Tetiba sebuah suara terdengar dari arah belakang Camelia. 

Gadis itu sontak berjingkat sembari memegangi dadanya. 

Namun begitu berbalik, Larry sudah berada di hadapannya.

Hanya saja, pemandangan di balik punggung Larry sukses menyedot fokus Camelia.

Dari pintu yang terbuka, Camelia dapat melihat seorang pemuda sedang menindih seorang pemudi yang sesekali mengerang di bawahnya. Mereka berdua tanpa busana. Detik berikutnya Camelia melihat si pemuda bergerak perlahan, membuat gerakan mendorong secara berirama yang mampu membuat si pemudi di bawahnya terentak.

"Ah... Faster!"

Deg!

“Ya Tuhan!” pekik Camelia seraya memalingkan muka.

Tak sengaja, dia menubrukkan tubuhnya ke arah Larry. Mencoba mencari perlindungan pada dada bidang Larry yang wangi.

Di sisi lain, Larry yang belum mengetahui apa yang sebenarnya sudah dilihat Camelia, hanya bisa membalas dengan semakin merapatkan kepala Camelia pada dadanya. 

“Ada apa?” 

Pertanyaan itu menyadarkan Camelia. 

Dengan wajah merah padam, Camelia mendongakkan wajahnya, menatap Larry yang masih memandangnya penuh tanya.

“Pesta apa yang kau adakan ini, Larry? Sungguh ini adalah pesta teraneh yang pernah kudatangi.”

“Apa maksudmu?” tanya Larry tidak mengerti.

Dengan dagunya, Camelia menunjuk ke arah kamar di seberangnya yang terbuka pintunya. Terdengar suara erangan dan desahan berat yang membuat wajah Camelia memerah. Larry langsung menoleh ke belakang. Sepasang alisnya langsung terangkat mendapati hal yang tidak asing baginya, namun ternyata membuat Camelia histeris.

Larry yang masih memeluk bahu Camelia, akhirnya ikut menonton. Sesekali laki-laki itu menelan ludah, sementara tangannya yang berada di bahu Camelia kini perlahan bergerak turun. Tanpa sadar Larry mengelus punggung Camelia. 

“Kau mau?” tanya Larry masih terus mengelus punggung Camelia yang mendadak bergerak gelisah.

Sensasi sentuhan Larry terasa asing. Ia belum pernah merasakan ini. 

“A-apa?”

Bukannya menjawab, Larry justru menunduk, memperhatikan wajah polos Camelia. “Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Di kamarku.”

Digandengnya tangan Camelia lalu mengajaknya masuk ke kamar yang tertulis namanya di pintu.

Begitu masuk, Larry langsung menyentuh kedua tangan Camelia. “Kamu tadi bertanya tentang pesta apa ini. Seperti inilah pesta yang biasa kuadakan di negaraku.”

“Mm, maksudku berhubungan intim?”

Larry mengangguk mengiyakan. Laki-laki itu kemudian tertawa melihat air muka Camelia yang menurutnya tampak jenaka.

“Karena aku juga melakukannya, Camelia,” imbuh Larry sambil mengarahkan tangannya ke depan dada Camelia.

Refleks, Camelia mundur menghindar. Kali ini Larry hanya tersenyum dan justru melangkah mendekati Camelia, mencoba mengikis jarak antara mereka berdua. “Kamu terlihat berbeda kali ini, meskipun masih sedikit monoton.” 

“Bolehkah aku membuatmu terlihat sedikit tidak monoton?” ucap pria itu semakin agresif.

Camelia sontal merasakan lidahnya kelu sehingga ia tidak mampu menjawab pertanyaan Larry.

Kakinya bahkan melemas begitu tangan Larry menyentuh sebuah kancing kemejanya.

Untungnya, Larry dengan sigap menangkap tubuhnya. 

“Kamu baik-baik saja?” tanya Buddy-nya itu.

Camelia cepat menggeleng mendengar pertanyaan Larry. Ia memang sedang tidak baik-baik saja. Larry pun berinisiatif menggendong Camelia untuk kemudian merebahkannya ke atas ranjang miliknya. 

“Jangan, Larry.” Suara Camelia terdengar seperti rintihan. Larry pun urung menggendong Camelia. 

“Kamu sudah merasa lebih baik? Boleh kulanjutkan?” tanya Larry hati-hati.

Entah setan apa yang merasuk, Camelia pun mengangguk meskipun hatinya ragu.

Larry tersenyum. Ia kemudian berjalan ke arah pintu lalu menguncinya.

“Kenapa dikunci?” Camelia merasa bodoh karena telah melontarkan pertanyaan seperti itu, tapi ia tidak peduli. Larry mengatakan bahwa ia tidak ingin diganggu ketika bersama Camelia.

“Memang apa yang akan kita lakukan?”

Seketika, Larry menatap ke dalam bola mata Camelia yang jernih. Betapa polosnya gadis di depannya ini. Jangan-jangan…. Buru-buru Larry menepis dugaannya sendiri.

“Aku sudah katakan tadi. Aku ingin membuatmu terlihat sedikit tidak monoton,” ulang Larry sambil kembali membawa tangannya menyentuh bagian depan kemeja Camelia. Sebuah kancing di posisi kedua dari atas menjadi sasaran jemari Larry.

Tidak butuh waktu lama untuk kancing itu lepas dari rumahnya. Larry kemudian menata bagian atas kemeja sehingga sedikit terbuka di bagian dada. 

“Menurutku ini masih kurang. Aku buka satu kancing lagi ya?” tanya Larry yang lagi-lagi tetap beraksi meskipun Camelia belum memberi izin.

Kali ini bukaan di bagian dada Camelia semakin lebar dan rendah. Belahan dada Camelia pun kentara terlihat.

“Kurasa ini terlalu rendah. Pakaian dalamku sedikit terlihat,” ucap Camelia tidak percaya dengan pantulan dirinya di cermin. Itu seperti bukan dirinya. Itu seperti sosok lain yang menurutnya terlalu berani dan terlihat nakal. 

“Larry, ini….” Camelia pun berbalik untuk melayangkan protes, namun gerakan Larry lebih cepat.

Dengan ganas, Larry menyasar dada Camelia yang mulus dan memberinya tanda kemerahan yang terlihat kontras. 

“Bukankah lebih menarik melakukannya dibanding hanya melihatnya, Camelia?" ucap pria itu dengan sorot mata yang ... menggelap.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Buddy with Benefits   36. Tantangan Berantai

    “Ehm,” David sengaja berdeham dengan suara keras. Dan itu cukup membuat teman-temannya berhenti tertawa sehingga suasana kembali hening.“Kau ingin mengatakan sesuatu?” tanya Gio. Memang hanya Gio yang hafal segala tindak-tanduk teman-temannya, termasuk kebiasaan-kebiasaan kecil mereka.“Ya. Aku ingin mengumumkan siapa pemenang tantangan ini. Kurasa kalian semua sudah tahu siapa pemenangnya,” ujar David kemudian menjeda kalimatnya. Gio mendesah dengan suara keras. Merasa jengah dengan sikap David yang terkesan mengulur waktu.“Tentu saja kami tidak tahu. Kenapa kamu tidak langsung saja menyebutkan nama pemenangnya, Dave,” ujar Gio kesal. Ruang virtual langsung berubah senyap.“Pemenangnya adalah Larry, tapi,” lanjut David yang membuat teman-temannya selain Larry urung bersorak karena kalimat yang menggantung. Larry yang sejak tadi lebih banyak diam, tampak semakin waspada. Sorot matanya yang tajam dan terarah pada David, seolah mampu menembus layar komputer kemudian melukai David.“Ta

  • Buddy with Benefits   35. Serupa Berlian Langka

    Tubuh Camelia menegang tatkala Larry mengisap kuat puncak payudaranya. Sementara kedua tangan laki-laki itu menangkup sepasang payudara Camelia. Camelia jelas menggelinjang karenanya. Sepasang kaki jenjangnya bergerak acak sejak tadi, menimbulkan gesekan dengan permukaan ranjang.Tangan Larry lalu bergerak turun sambil membelai lembut permukaan kulit Camelia. Bagaimana Larry bisa lepas dari Camelia jika gadis itu begitu sempurna. Satu tangan berhenti di bagian perut Camelia. Tangan lainnya terus bergerak turun menuju pangkal paha.Camelia semakin intens meracau juga mendesah. Ini semua karena Larry yang bermain-main dengan lipatan sensitif tubuhnya. Camelia bisa merasakan jemari Larry yang membelai sekaligus menjelajah bibir bawahnya, mencari-cari bagian yang akan dimainkan dengan jemarinya. Camelia mengerang. Bibir seksinya terus membisikkan nama Larry.“Bagaimana aku bisa bosan jika kamu selalu seperti ini, Camelia?” Pertanyaan retoris Larry langsung lenyap seperti tertiup angin.“L

  • Buddy with Benefits   34. Bayaran

    Camelia memandangi ponsel Larry yang baru saja diletakkannya di atas meja kecil di samping tempat tidur. Sejak beberapa saat yang lalu, benda pipih itu sukses mengejutkannya. Membuatnya berkali-kali mengatakan tidak mungkin, meskipun itu di dalam hati. Camelia tidak menyangka bahwa Larry memanfaatkannya untuk hal yang tidak bisa diterima akal. Sebuah hal sinting, yakni ikut serta dalam sebuah tantangan gila. Larry membuat keputusan tanpa melibatkannya, tanpa mendengar pendapatnya terlebih dahulu.Pikiran Camelia seolah melangkah lebih jauh, membawanya pada bayangan-bayangan yang tak urung membuatnya bergidik hingga Camelia sampai pada suatu simpulan bahwa Larry tidak pernah menghargainya. Dan lebih jauh, bukan mustahil jika Larry tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Menyadari hal terakhir yang terlintas di benaknya, wajah Camelia pun berubah sendu. Menunggu sambil mengharapkan cinta Larry bukanlah keputusan final yang akan dia ambil. Camelia akan menunjukkan pada Larry tentan

  • Buddy with Benefits   33. Tantangan Gila

    Camelia mengunci mulutnya rapat-rapat meskipun dagunya terasa sakit. Ia tidak mau meminta belas kasihan pada Larry. Camelia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia masih bisa menahan rasa sakit itu sekaligus yakin bahwa Larry tidak akan bertindak semakin jauh.“Mengganti dirimu dengan gadis lain itu urusanku, Camelia. Kamu cukup fokus pada tugasmu,” tegas Larry. Camelia masih bergeming, tapi untunglah cengkeraman Larry perlahan mengendur.Larry kembali melanjutkan kegiatannya menggosok punggung Camelia. Mata Larry tidak bisa lepas dari punggung Camelia yang putih bersih. Lekukan tubuh gadis itu juga begitu indah sehingga membuat Larry tidak tahan untuk tidak mengambil gambar bagian belakang tubuh Camelia yang telanjang.Larry meraih ponselnya lalu membuka fitur kamera. Dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang, Larry membidik objek indah di depannya. Otak Larry langsung merangkai aktivitas-aktivitas selanjutnya yang akan ia lakukan. Tentu saja Larry akan mengunggah foto itu pada a

  • Buddy with Benefits   32. Gadis Penurut

    “Itu bukan keberuntungan, huh,” cibir Ben. Camelia tertawa. Ia bukannya tidak tahu bahwa Ben sedang marah, tapi tidak ada gunanya juga marah, bukan. Semua sudah terjadi dan menyesal sudah sangat terlambat.“Aku memang sengaja memilih kata beruntung untuk menghibur diriku, Ben. Meskipun apa yang kamu pikirkan benar bahwa tidak ada keberuntungan seperti yang kualami.” Respons Camelia justru semakin membuat Ben sedih. Mereka berdua kemudian memilih untuk menikmati pesanan mereka, es kopi dan roti isi. Ben sesekali melirik Camelia. Gadis itu memakan roti isinya dengan lahap. Camelia menghabiskan roti isinya sebelum Ben. Ben menduga Camelia belum makan sedari pagi.“Kamu lapar?” tanya Ben sambil menyedot es kopi miliknya. Camelia mengangguk tanpa ragu. Gadis itu kemudian tersipu malu karena terlalu cepat menghabiskan roti isi.“Kamu tidak sarapan di hotel tadi?” tanya Ben lagi. Camelia menggeleng. Sebenarnya ia kelaparan, tapi selera makannya langsung hilang setelah insiden Larry memberiny

  • Buddy with Benefits   31. Jebakan Balas Budi

    Ben melihat Camelia berlari menuju tangga. Sambil berusaha menjaga jarak, Ben membuntuti Camelia. Ternyata gadis itu menuju ruang kelas yang akan mereka tempati pada jam kuliah berikutnya. Ben menahan langkahnya, berusaha membuat dirinya tidak ketahuan. Begitu pintu ruang kelas tertutup. Ben segera mendekat. Di depan pintu, Ben memasang telinga, berusaha mendengarkan sekecil apapun suara yang berasal dari dalam ruang kelas.Ben mendengar suara isakan Camelia. Gadis itu menangis. Ben ingin segera menghambur masuk lalu menenangkan Camelia. Ia tidak tahu, kali ini apa lagi yang menimpa Camelia. Ben tadi hanya sempat melihat Camelia keluar dari kantin sambil berlari. Sebelum membuntuti Camelia, Ben melongok ke dalam kantin. Ada Larry dan Rosaline di sana. Mungkin mereka berdua yang menyebabkan Camelia menangis.Pintu dibuka Ben dengan penuh kehati-hatian. Ia tidak ingin mengejutkan Camelia. Ben tidak mendapati sosok Camelia setelah memindai seluruh ruangan. Kursi-kursi itu sepenuhnya koso

  • Buddy with Benefits   30. Bukan yang Teristimewa

    Camelia nelangsa. Ternyata Larry memperlakukannya sebagai wanita yang bisa dibeli. Apa yang tadi laki-laki itu katakan? Membeli rasa malu? Andai Larry mengklarifikasinya lebih dulu pada Camelia, maka Camelia dengan senang hati akan menjelaskannya.Terlepas dari rasa malu yang dikeluhkan Camelia, sebenarnya Camelia menginginkan perlakuan Larry yang berbeda padanya. Camelia pernah mendengar bahwa Larry tidak pernah menyentuh gadis-gadis yang ia kencani di apartemennya. Lalu sekarang? Ternyata Camelia sama saja dengan para gadis itu, sama-sama bukan yang teristimewa.Air mata Camelia menitik, tapi bibir gadis itu menyunggingkan senyuman. Sebuah senyuman miris. Camelia menertawakan dirinya sendiri. Ternyata perasaannya yang dalam pada Larry tidak pernah terbaca oleh laki-laki itu."Kuharap itu cukup," imbuh Larry. Camelia cepat mengusap pipinya. Gadis itu mencoba menguatkan dirinya juga hatinya. Camelia mengamati Larry yang mengambil sepatunya. Larry duduk di single chair kemudian memasan

  • Buddy with Benefits   29. Membeli Rasa Malu

    Camelia menoleh ke samping kirinya, ke arah Larry yang masih memperdengarkan dengkuran halus, pertanda laki-laki itu masih terlelap. Senyum di wajah Camelia pun terbit. Dalam hati, gadis itu tidak percaya bahwa ternyata Larry bisa kelelahan juga. Tadinya, sempat terlintas dalam benak Camelia kalau Larry mungkin saja mengonsumsi obat-obatan sebelum mereka berhubungan intim tadi, tapi dengan cepat pula dugaan itu ditepis Camelia.Tentu saja itu tidak mungkin karena Larry bukanlah tipikal laki-laki yang menyukai hal-hal instan. Menurut Larry—seperti yang diingat Camelia–mengonsumsi apa pun untuk mendapat manfaat secara instan dapat merusak tubuh. Waktu itu Camelia hanya menanggapi ucapan Larry dengan senyuman, merasa bahwa itu bukanlah hal yang besar, tapi setelah apa yang mereka lakukan tadi, Camelia jadi memuji prinsip hidup yang dipegang Larry.Larry memang kuat dan perkasa, Camelia tahu itu. Dua hal itu juga yang membuat para gadis menyukai Larry. Bahkan, tidak jarang Camelia mende

  • Buddy with Benefits   28. Main Belakang

    Puas.Hanya satu kata itu yang kini tengah bersarang di otak serta hati Larry. Semua ini karena apa yang baru saja Larry lakukan bersama Camelia. Larry tahu bahwa ini bukanlah kali pertama ia berhubungan intim dengan Camelia. Namun sensasi “bermain” dengan posisi Camelia di atasnya sungguh menakjubkan. Camelia yang terlihat lepas serta menikmati permainan yang dikendalikannya secara penuh, membuat Larry terhanyut dalam semangat serta gairah membara gadis itu. Kamu memang tidak pernah gagal dalam memuaskanku, Camelia. Lagi-lagi, pujian Larry hanya tertahan di dalam hati laki-laki itu.Woman on top. Larry berusaha menjejalkan salah satu gaya bercinta itu dalam folder ingatannya. Itu adalah posisi yang disukai Camelia, menurut pengakuannya. Posisi yang juga menjadi angan-angan paling liar gadis itu.Larry menyaksikan Camelia yang masih terus bergerak di atasnya. Gadis itu terlihat masih berusaha mendaki puncak kenikmatannya. Dalam posisi seperti ini, Larry hanya bisa memandangi Camelia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status