Share

4. Jangan Menggodaku!

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2025-02-06 00:02:11

“Sementara, kau pilihlah kaus atau kemejaku di lemari yang pas denganmu,” tukas Devran tak banyak berpikir.

“Terima kasih, Mas!” ucap Nayra mengulas senyum padanya.

Kebetulan tatapan mereka beradu membuat Devran membeku.

Senyum gadis itu manis juga. Batin Devran yang keluar.

Menatap daun pintu yang tertutup itu dia menghela napas. Tidak mau banyak memikirkan bagaimana selanjutnya.

Lebih baik lanjut selesaikan proyek yang banyak human errornya ini. Dia tidak berniat berlama-lama di kota ini.

Kesal sekali, bisa-bisanya papanya malah menghukumnya dengan membuatnya bekerja di kota kecil ini.

Hanya saja, Devran kali ini jadi bingung. Harus tidur di mana? Bukankah kamar sebelah masih berantakan karena banyak peralatan pekerjaannya?

Jadi, Devran akhirnya tidur di sofa depan televisi. Tanpa bantal dan selimut di malam yang dingin.

Merasa tidak nyaman, dia jadi repot sendiri. Berganti posisi tidur ke kanan balik lagi ke kiri. Namun tidak juga bisa tidur. Dia lupa kalau tidak bisa tidur tanpa bantal atau guling.

“Kalau masuk ke kamar gadis itu sudah tidur belum, ya?” gumamnya sembari menggaruk rambut kepalanya.

Devran masih tidak bisa menganggap gadis itu istrinya. Jadi, ia merasa tidak sepatutnya masuk kamar seorang gadis malam-malam.

Tapi...

“Akh, masa bodoh!” Bangkitlah dia dan memutuskan ke kamar untuk mengambil bantal dan selimut.

Namun belum sempat dia mengetuk, gadis itu sudah membuka pintu.

Devran terperanjat melihat Nayra hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dadanya.

Rambut panjangnya yang masih sedikit basah tergerai di bahu.

Sungguh … pemandangan yang dirindukan banyak pria kesepian sepertinya.

Seketika naluri seorang lelaki membuat netranya sulit menghindari pemandangan yang menyembul di balik handuk itu.

Namun, hanya sesaat. Dengan cepat dia menarik kesadarannya kembali. Menyipitkan matanya menatap kesal pada gadis yang baru dinikahinya itu.

“Kenapa berpenampilan seperti itu di depan seorang pria? Jangan menggodaku!” tegurnya.

“Maaf, Mas. Aku tidak bisa buka lemarinya.” Nayra menunduk karena takut Devran marah padanya.

Meski sudah menjadi sepasang suami istri, tapi Nayra tahu pernikahan ini tidak sebagaimana normalnya.

Kedua tangannya bahkan disilangkan di depan dadanya yang membuat pria itu menatapnya tajam.

Devran melihatnya hanya memakai handuk sehingga mengiranya ingin menggoda?

“Pakaianku kan sudah kotor dan basah di keranjang pakaian. Aku habis mandi dan tidak bisa membuka lemari untuk mengambil kemeja, Mas,” jelas Nayra akhirnya.

Devran menghela napas.

Tanpa banyak bicara, pria itu masuk dan membukakan pintu.

Tidak hanya itu, Devran sendiri yang mengambilkan kemeja putihnya untuk sementara dipakai Nayra.

“Pakailah!” ujarnya langsung beranjak mengambil bantal dan selimut kemudian kembali keluar.

“Terima kasih, Mas!” suara gadis itu masih didengarnya saat menutup pintu kamar.

Devran memasang muka datar.

Hanya saja sampai ia bersiap untuk tidur, pikirannya masih saja semrawut.

Selain karena adegan Nayra tadi, bayangan mantan kekasihnya mendadak muncul.

Setahun lebih fokus berkarir tanpa menggandeng wanita adalah bukti bahwa dirinya masih juga belum move on.

***

Di sisi lain, kaki ramping itu melangkah tanpa alas dengan penuh kehati-hatian.

Seolah takut menciptakan suara dan mengusik sang tuan rumah yang masih terlelap di sofa depan televisi itu.

Nayra ingat, dia harus memasak dan beres-beres rumah. Karenanya bangun pagi-pagi untuk segera melaksanakan tugas perdananya ini agar sang tuan rumah tidak menilainya malas.

Bagaimanapun dia tidak mau diusir dari tempat ini dulu.

Nayra yakin, ibu tirinya tidak akan berhenti mencarinya dan dia masih harus bersembunyi.

Tidak banyak perabot di dapur. Tapi melihat isi lemari es yang penuh bahan makanan, Naira jadi tidak kesulitan merencanakan menu makanan apa yang akan dibuatnya.

Nanti dia akan coba bertanya pada Devran, apa makanan kesukaannya. Nayra akan membuatkannya.

Sementara itu, mendengar suara gemeretak dari arah dapur, Devran sontak membuka matanya dan memasang raut waspada.

Masih belum sadar penuh dia segera bangkit meraih payung panjang yang diletakkannya di guci sudut ruangan untuk berjaga-jaga kalau saja ada maling di rumahnya.

Langkahnya sudah masuk dapur.

Namun tidak tahunya, Nayra juga hendak keluar dapur, hingga keduanya hampir bertabrakan.

“AAA!”

.

.

.

Next~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   221.

    “Buang saja kalau itu dari wanita iblis itu!” Renata langsung bereaksi keras mendengar nama Tamara disebut.“Ma?” Alana menenangkan mamanya.“Kau tidak lupa kan, karena dia cucu dan cicitku hampir celaka!” Renata masih tidak mau berkompromi.“Iya, Ma. Ludwig hanya menduga. Bisa jadi bukan.” Farah ikut menyahuti.“Tapi, aku yakin, kok. Itu dari Tamara.” Ludwig berkeras dengan pendapatnya.Bukan masalah hadiah itu mau dibuang atau tidak. Ludwig juga tidak akan menahan kalau saja semua orang tidak menyukai hadiah dari Tamara. Tapi dia tahu, Tamara akhir-akhir ini lebih banyak membisu dan tak suka banyak bicara. Diam-diam dia juga bertanya kabar putri Devran pada asistennya. Ludwig juga tak banyak bertanya tentang kondisi istrinya itu. Sejak kejadian itu, dia juga sebal dan mendiamkan Tamara. Hanya saja selama ini mereka masih serumah. Masih tidak tega dia meninggalkan Tamara dalam keadaan sakit. Kakinya yang dulu dioperasi harus kembali dioperasi lagi beberapa hari ke depan pasca keja

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   220.

    Bayi yang disepakati orang tuanya bernama Zahra itu, sudah hampir tiga bulan usianya. Tapi pihak keluarga belum mengadakan acara sekedar sukuran. Mereka mengikuti saran dokter agar bayi yang lahir sebulan sebelum hari perkiraan lahiran itu tidak boleh berinteraksi dulu dengan banyak orang agar higienitas terjaga.Kini setelah tiga bulan, bayi itu sudah bertambah gembuk dan menggemaskan. Keluarga Emeraldo sudah tidak tahan ingin mengenalkan pada dunia bahwa keluarga mereka punya putri yang cantik.“Kau tidak lupa menyuruh orang menjemput ustad untuk ikut mendoakan cicitku, Alan.” Renata memangku Zahra yang terlelap itu. Selalu saat melihat bayi itu, Renata beraca-kaca.“Iya, Ma. Sudah ada yang jemput, kok. Tapi kenapa malah nangis?” Alana mengelus lengan mamanya.“Aku orang yang paling beruntung, Alan. Masih bisa menggendong cicitku...” Renata terisak.Tangisannya itu mengusik si bayi mungil yang sedang tertidur. Mahluk kecil itu menggeliat, lalu menatap Renata dengan tatapan penuh

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   219.

    “Papa Ludwig sedang melihat cucunya, Mas. Biarin dulu!”Nayra meminta Devran untuk tidak mengusik pria itu. Devran mencuri-curi lirik pada pria yang tampak mengulas senyum sembari menempelkan telapak tangannya di kaca untuk menyapa cucunya. Dia sebenarnya sudah mulai respek pada ayah biologisnya itu. Setelah beberapa saat kemudian, Ludwig baru berjingkat. Namun sebelum beranjak pergi, masih terdengar dia berkata, “Kakek pergi dulu, mimpi yang indah ya, anak cantik!” Lalu ketika membalikan badan untuk pergi, seketika wajahnya terlihat terkejut mengetahui Devran dan Nayra ada di sana.Ada sikap canggung yang masih ditunjukan kediua pria itu saat saling bertatap muka. Sehingga Nayra yang harus mencairkan suasana.“Papa Ludwig?” Nayra mengulurkan tangannya untuk menyalimi mertuanya itu.Ludwig tersenyum menerima uluran tangan Nayra.“Tadi aku mengunjungi teman di rumah sakit, mampir jenguk putrimu.” Ludwig beralasan. Nampak masih menjaga image di depan Devran. Padahal dia memang d

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   218.

    Untung Nayra sudah menabung banyak asi sebelum dia lahiran. Jadi meski saat ini malah tidak bisa memberikan asi karena pengaruh obat, bayi mereka tetap bisa menikmati makanannya.Walau terlahir sebelum waktunya, untungnya seminggu perawatan membuat mahluk mungil itu perlahan bertambah bobotnya.“Anakku itu, Mas?” Nayra yang di dorong menggunakan kursi roda diantar Devran ke ruang NICU, melihat putri mereka dari dinding kaca.“Iya, Sayang. Dokter bilang perkembangannya pesat sekali.” Devran mengelus pundak Nayra dan mencium puncak kepalanya.Tatapannya beralih dari si mahluk mungil yang sedang terlelap di dalam sana menuju sang istri.Devran berlutut di samping Nayra dan menatapnya dengan berkaca-kaca.“Kenapa, Mas?” Nayra jadi ikut sedih melihat pria jutek dan dingin saat ini terlihat begitu melankolis.“Kau hebat sekali, Nay. Kau masih bisa menjaga putriku dengan baik di tengah terpaan masalah yang terus merongrongmu.”“Terima kasih banyak, Nay.” Devran menambahi sembari menciumi t

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   217.

    “Perlengkapan bayi?” Farah hampir terpekik. Rasanya campur aduk mendengar hal itu.Berarti bayi Nayra baik-baik saja? Mereka akan punya cucu dalam hitungan menit?“A-ada tidak, Ma? Beli di mana?” Devran sampai lupa kalau dia punya banyak asisten atau orang-orang di depannya ini juga dengan senang hati membantunya. Tapi malah mau beli sendiri. “Dev, biar aku minta Musa menyiapaknnya. Kau kebalilah ke dalam.” Alana langsung gerak cepat.“Tidak-tidak, Rudi ada di depan, aku akan memberitahunya untuk beli di koprasi rumah sakit saja.” Ludwig langsung menelpon asistennya.“Kelamaan, aku saja yang beli!” Farah langsung mengambil tasnya dan berjalan menuju koperasi rumah sakit untuk membeli perlengakapan bayi.Rasa kesal dan sebalnya sudah hilang. Kini sepanjang langkahnya diisi dengan rasa sukur bahwa sebentar lagi mereka akan menggendong mahluk mungil yang tangisannya akan selalu dirindukan.Dengan cepat mengambil keranjang dan memilih popok juga bedong dan lainnya. Tak lupa perlengkapan

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   216.

    “Hhg. Aku tak perlu mengatakannya dari mulutku, tapi dunia sudah tahu wanita seperti apa dirimu, Tamara. Mereka melihatmu yang culas dan ambisius. Apa kau masih butuh sebuah pernyataan dariku juga?”Farah bukannya menguntit semua berita tentang Tamara. Tapi, setiap dia membuka sosial media atau televisi atau saluran berita lainnya, nama baik Tamara seperinya sudah mulai hancur di mata para penikmat berita itu.Yang mereka tahu, saat ini Tamara menikahi Ludwig yang menjadi CEO perusahaan besar itu dan meninggalkan Alana karena tersingkir. Jadi saat ini hanyalah berita miring tentang kehidupannya saja.Sang ratu pesta yang kerap mengadakan jamuan mewah di kalangan para artsi ini, kabarnya pun mulai ditinggalkan setelah perselisihannya dengan sang model yang kini ikut menghujatnya di sosial media itu setelah bebas dari penjara. “Jangan sok tahu, kamu!” Tamara kesal.Nayra yang tahu kondisi mulai tidak kondusif langsung menarik lengan mamanya. “Ayo, Ma. Kita pergi! Nanti nenek cari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status