Cindy menoleh kearah Sonya yang sudah berdiri di ambang pintu dapur sambil berkacak pinggang. "Maaf mah, Cindy nggak sengaja mecahin piring."
Dengan muka memerah Sonya menghampiri Cindy. "Kamu tuh benar-benar anak pembawa sial ya. Belum juga satu hari balik kerumah ini, tapi piring sudah kami pecahin. Bisa-bisa nanti rumah ini juga kamu bakar.""Maafin Cindy mah.""Alaaah, bisanya cuma ngomong maaf saja," ucap Misyel menghampiri."Bagaimana kamu bisa jadi istri Brian anak dari Nyenyak Margaretha jika kamu teledor seperti ini. Yang ada kamu justru akan membahayakan keluarga ini," ucap Sonya."Cindy akan berusaha tidak membuat mereka kecewa mah.""Kamu pikir aku percaya hah! andai saja waktu itu kamu menuruti ucapanku, pasti besok Misyel lah yang akan menikah dengan Brian."Cindy tetap diam tanpa menjawab sepatah katapun ucapan Sonya. Karena dalam hati, sebentar ia ingin memberontak dan meBukankah kedatangan Margaretha seperti yang diinginkan, tapi kenapa ia justru merasa takut saat melihat wajah nyonya besar yang tak bersahabat saat ini?"Di mana gadis itu?" ucap Margaretha yang terdengar dingin."Cindy ada di dalam Nyonya.""Panggil dia secepatnya kemari.""Ba-baik."Sonya berlalu dan segera menemui Cindy yang tengah melipat pakaian. "Anak brengsek, segera temui Nyonya Margaretha dan katakan ini adalah ulahmu agar batal menikah dengan Brian. Jika kamu berani mengatakan aku yang melakukan, maka bersiaplah aku kirim ayahmu ke neraka." Cindy mengangguk, ia segera mengikuti langkah ibu tirinya untuk menemui Margar
Sonya dan Rudi menoleh kearah Margaretha yang tengah menatap mereka."Aku tidak peduli tentang siapa dan apa tujuannya luka pada pipi gadis ini dibuat. Tapi aku akan membunuh kalian semua jika acara pernikahan Brian besok sampai terjadi kegagalan," ucap Margaretha."Tapi siapa yang akan menikah dengan tuan Brian Nyonya?" tanya Misyel memberanikan diri.Margaretha tersenyum ke arah Misyel dan menjawab pertanyaannya. "Tentu saja dia," ucapnya menunjuk Cindy dengan matanya.Seketika semua merasa terkejut tak terkecuali Cindy yang langsung mendongakkan kepalanya. Sonya pun merasa geram mendengar jawaban Margaretha dan ia pun segera mendekati Nyonya besar Adam. "Tapi dia sudah melukai diriny
{Seorang pria dari keluarga terpandang yang terkenal ternyata sudah menikah secara diam-diam. Kekecewaan besar untuk kaum wanita yang mengidamkannya.}{Waah, Brian Adam sudah menikah dengan seorang bidadari.}Saat ini seluruh kota tengah membicarakan tentang pernikahan mereka. Namun di sisi lain, ada seorang ayah yang menatap foto anaknya dalam sebuah kabar sosial media dengan tatapan wajah yang sedih. Air mata yang menetes di pipinya seakan mewakili rasa kekecewaannya terhadap dirinya sendiri. "Cindy maafkan ayah nak," ucapnya.Di kediaman keluarga Adam, Margaretha tengah mengamati setiap isi berita di ruang kerjanya, ia pun menyunggingkan senyumannya lalu menoleh ke arah anaknya. "Brian, dua hari lagi kita akan mengadakan jumpa pers, kamu harus memastikan
"Apa kamu mengkhawatirkan anak manja itu?" ucap Sonya yang ikut terjaga."Perasaanku tidak enak," jawab Rudi."Itu hanya perasaanmu. Percayalah jika anak gadismu yang manja itu akan baik-baik saja." Rudi hanya menghela nafasnya, ia menoleh kearah Sonya yang sudah memejamkan matanya kembali.------"""""-----Cindy melangkah keluar kamar mandi, ia menatap Brian yang terlelap di ranjang. Ia pun melangkah mengambil pakaian untuk menutupi tubuhnya yang hanya tertutup handuk. Cindy enggan tidur seranjang dengan Brian, ia memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu, ia pun terlelap hingga pagi hari.Margaretha yang melihat Cindy t
Cindy memilih pakaian yang paling bagus menurutnya, sebuah dress peninggalan ibunya dulu yang selalu ia simpan. Ia mengepang rambut panjangnya. Sungguh Cindy terlihat seperti gadis cantik pada era sembilan puluhan. Ia melangkah keluar dan menunggu Margaretha di ruang tamu. Tentu saja dia berusaha untuk tepat waktu sesuai perintah Margaretha.Margaretha yang tengah menuruni anak tangga terkejut melihat penampilan Cindy, dengan langkah yang cepat ia menghampiriku Cindy. "Apa kamu sedang main-main denganku hah!" ucapnya Deny intonasi suara yang tinggi. "Lihatlah penampilan jelek mulai ini, kamu terlihat seperti seorang pembantu.""Tapi Nyonya, hanya ini pakaian yang paling bagus yang saya punya," ucap Cindy.Margaretha menatap tajam Cindy. Ia melihat dan mengg
"Saya akan membiasakannya Nyonya," jawab Cindy."Dan juga caramu menyebutku.""Baik Nyonya," jawab Cindy kembali yang langsung mendapat tatapan tajam. "Emm, maksud saya. Baik mah," ucap Cindy kembali."Bagus."Mobil melaju dengan pesat dan akhirnya sampai di sebuah restoran mewah. Grand Royal Restaurant, sebuah restoran mewah yang terkenal di kota tersebut. Dan tidak sembarang orang bisa masuk kedalamnya."Aku tidak peduli apapun yang kamu lakukan selama itu tidak menjadi hal yang buruk bagiku. Berperilakulah selayaknya istri orang berpandang dan jangan sampai membuatku malu di depan teman-temanku. Apa kamu mengerti?" ucap Margaretha
Cindy masuk kedalam rumah, ia melihat Margaretha yang sudah duduk di ruang tamu dengan menyilangkan kakinya. Ia menatap tajam ke arah Cindy. "Kemari!" ucapnya bernada tinggi. Cindy melangkah mendekati Margaretha, meski hatinya dipenuhi rasa takut."Kamu memang bisa melakukan tugasmu sebagai menantimu dengan benar di hadapan teman-temanku. Tapi otakmu tidak bisa bekerja dengan benar untuk meyakinkannya seseorang," ucap Margaretha."Maaf Nyonya," Cindy hanya mengucapkan kata maaf secara pelan dan lembut."Kali ini aku tidak menghukummu, tapi jika kami melaju kesalahan lagi, itu adalah akhir untuk hidupmu." Margaretha melangkahkan kakinya, ia menaiki tangga menuju kamarnya. Cindy merasa haus, ia pun melangkahkan ke dapur untuk mengambil minum.
Sementara Cindy hanya diam memejamkan matanya. Cindy sedikit menggerakkan pundaknya, ia merasa bergidik geli saat Brian menyentuh pundaknya dengan lidahnya kembali."Tuan, bukankah kita harus pergi ke suatu tempat," ucap Cindy.Brian menyeringai. "Segera bersiaplah, aku akan menunggumu." Brian kembali berdiri dan mulai memakai pakaiannya. Ia keluar kamar Cindy, sementara Cindy dengan rasa sakitnya berusaha bangun menuju kamar mandi. Untuk kedua kalinya ia di sentuh oleh Brian tanpa perasaan, kedua kalinya juga ia merasakan sakit di tubuh dan hatinya. Ia membersihkan badan, lalu mengenakan pakaian yang di pilih Brian tadi.Cindy keluar kamar menemui Brian yang sudah duduk di ruang tamu menunggunya. Dengan dress berwarna maroon yang ketat sehingga membuat bentuk tubuhnya