"Lepaskan aku…!" teriak Misyel. Ia memberontak saat anak buah Brian menyeretnya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Brian pada Cindy.
Cindy menggelengkankepalanya, ia benar-benar tidak tahu kenapa ibu dan adik tirinya menjadi seperti itu. Cindy menatap Brian. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Aku hanya menyuruh mereka meninggalkan rumah ini, bukan kah itu yang kamu inginkan?" Jelas Brian.
"Aku tidak pernah menginginkannya hal itu."
"Kamu menginginkannya, hanya saja kamu tidak tega untuk melakukannya sayang," ucap Brian pada Cindy. Itu adalah kenyataannya, tapi mana mungkin Cindy bisa mengusir mereka sedangkan hatinya tidak mungkin tega, meskipun mereka begitu jahat terhadapnya.
"Tapi kemana mereka akan pergi…?" Cindy menoleh ke arah Misyel yang masih memberontak. "Biarkan mereka tetap di sini."
"Tidak. Mereka harus pergi dari rumahmu ini. Dan itu adalah keputusan. Tentang dimana mereka akan tinggal, kamu tidak p
Tanpa banyak pikir, cindy mencari bi Atik dan mengatakan apa yang Brian katakan. Ia naik ke kamar menemui Brian."Sudah kamu katakan sama bi Atik?" tanya Brian saat Cindy masuk kedalam kamar. Cindy hanya mengangguk, ia duduk di kursi depan meja riasnya sambil menatap ke arah Brian, yang tengah mengotak-atik ponselnya di tepi ranjang. "Jangan terus menatapku." Ia menoleh ke arah Cindy. "Jika ingin menciumku, datanglah mendekat," ucap Brian sambil mengangkat alisnya.Seketika Cindy membuang mukanya saat mendengar ucapan Brian. "Aku bahkan tidak pernah bermimpi untuk hal itu."Brian menyeringai lalu ia duduk menghadap Cindy. "Cindy, apa kamu masih menganggapku sama seperti dulu?" tanyanya."Bukankah memang kamu masih sama seperti dulu?" Jawab Cindy.Brian mengerutkan dahinya. Ia melipat kedua tangannya sambil menatap Cindy. "Kamu benar-benar gadis yang tidak peka."Cindy melirik ke arah Brian. "Apa maksudmu?"Brian mendorong jidat Cindy.
"Apa pak Haris yakin?" tanya Brian menyelidik."Kita bisa melihatnya langsung tuan."Brian nampak berfikir sejenak. "Kita pergi sekarang," ucapnya sambil berdiri lalu melangkah diikuti Haris. Langkah Brian terhenti kembali lalu menoleh ke arah Cindy yang saat ini bibirnya bisa di ikat. Brian menyunggingkan senyum dan kembali menghampiri Cindy.Cup…Kecupan di pipi mengagetkan Cindy. "Tunggu aku di rumah sayang," ucap Brian sambil mengacak rambut Cindy dan kembali melangkah meninggalkannya.Cindy melirik kepergian Brian sambil menggerutu. "Menyebalkan. Apa mungkin aku harus selamanya seperti ini? Menjadi istri tapi tidak di hargai." Cindy menarik nafasnya lalai membuangnya. "Ah, Cindy. Apa yang kamu harapan dalam pernikahan yang hanya terjadi karena maksud tertentu? Jika kamu di sepelwkan dan suamimu ingin menikah lagi, itu adalah hal yang sangat wajar. Karena kamu memang bukan orang yang di inginkan," gerutunya pada diri sendiri.Cind
Cindy…!"Teriakan yang terdengar jelas dari kamar Misyel. Adik tiri Cindy yang bermuka dua jika berada di hadapan sang ayah. Cindy pun segera berlari ke arah kamar Misyel setelah mendengar teriakkan sang adik tiri."Ada apa Syel?""Kamu masih tanya ada apa?" pekik Misyel. Cindy menatap Misyel yang tengah menggenggam gaun biru di tangannya. "Apa kamu sengaja mengotori gaun yang akan aku pakai malam ini hah! Aku sudah bilang jangan menyentuh barang-barangku tanpa seizinku.""Aku hanya mengantungnya sesuai perintahmu tadi pagi.""Kamu bohong, kamu pasti sudah mencoba baju ini di tubuh kotormu itu kan? aku tahu kamu sangat iri dengan pe
"Siapa pagi-pagi seperti ini datang bertamu, apa dia tidak melihat ini jam berapa sekarang?" gerutu Sonya sembari melangkah meninggalkan dapur.Sonya membuka sedikit tirai jendela untuk melihat siapa orang yang sepagi ini sudah berdiri di pintu gerbang rumahnya."Pak Haris?" gumamnya. Ia bergegas membuka pintu rumah dan berlari membuka gerbang. "Selamat pagi pak Haris?" sapanya."Hmmmm." jawaban datar dari pemilik tubuh tinggi besar tersebut."Mari masuk pak." Sonya mempersilahkan orang yang bernama Haris tersebut untuk masuk kedalam rumahnya. Dia adalah tangan kanan keluarga Adam, keluarga kaya raya dan terpandang di kota tersebut.
Misyel dan Sonya melangkah menuju ruang tamu, namun sesampainya ia di ruang tamu, Margaretha justru menatap Misyel dengan tajam. Terlihat jelas raut wajah penuh amarah, Sedangkan Misyel tertunduk karena merasa takut."Jadi gadis kurang ajar ini adalah anakmu?" pekik Margaretha."I-iya Nyonya. Apa ada yang salah.""Heh, dia gadis yang tadi siang menabrakku dan berani melawanku, sekarang berharap menjadi menantuku. Cihhh! Sonya aku harap kamu tidak melupakan perkataan ku tadi siang?""Sa-saya tidak akan melupakan apa yang Anda katakan Nyonya," ucap Sonya gelagapan. Ia menatap Misyel. "Apa yang sebenarnya terjadi? apa yang kamu lakukan Misyel?"
Cindy langsung menundukkan kepalanya dan hanya bisa bergumam dalam hati. "Siapa dia? mengapa tatapannya sangat menakutkan?"Dialah Brian Adam, sang Casanova yang arogan anak satu-satunya keluarga Adam kesayangan Margaretha. Pria yang akan menikah dengan Cindy hanya untuk menutupi berita buruk tentangnya di media."Jadi ini wanita pilihan Mommy," ucapnya sembari mendekati Cindy. Sedangkan Cindy masih tertunduk takut."Ya. Mamah rasa hanya dia yang pantas."Brian menyeringai. "Apa tidak ada wanita yang lebih cantik darinya? lihatlah gadis jelek ini, dia hanya seorang Upik abu. Mana pantas dia berdampingan denganku," ucap Brian dengan tatapan mengejek.
Jantung Cindy seakan copot saat tangan seseorang menggapai pundaknya dari belakang, bahkan untuk menoleh pun ia tidak bisa memberanikan dirinya."Non Cindy apa yang sedang Anda lakukan disini?" ucap seorang wanita yang tak lain adalah Atik."Bu Atik bikin kaget saja," jawab Cindy dengan lembut."Apa aku mengizinkan kamu berkeliaran di sini?" ucap Margaretha. Seketika Cindy dan Atik menoleh kearah suara dan langsung membungkukkan badannya. "Atik, pergi dan segera bereskan pekerjaanmu. Dan kamu, ikut aku."Atik langsung mengangguk dan berlalu ke dapur, sedangkan Cindy dengan jantung yang tengah berdebar kencang melangkahkan kakinya mengikuti Margaretha. Ia masuk kedalam sebuah ruangan di mana B
Dengan cepat Misyel menarik Cindy kearahnya dan langsung memeluknya. "Ternyata kalian ada di sini," ucap Rudi saat mendapati kedua putrinya."Eh, papah lagi cari kita ya?" ucap Misyel lembut."Iya, tadinya papah mau kasih tahu ku jika Cindy sudah pulang, tapi kelihatannya papah telat kasih tahu kamu," ucap Rudi sambil tersenyum."Tadi Misyel dengar suara Mba Cindy jadi Misyel langsung bangun. Seneng deh pah akhirnya mba Cindy balik ke rumah," ucap Misyel. Sementara Cindy hanya diam."Baiklah kalau begitu papah akan sarapannya dulu. Kalian lanjutkan saja temukangennya," ucap Rudi sambil melempar senyum kepada kedua putrinya. Dan iapun meninggalkan mereka kembali.