Share

Bab 3. Kencan

"Lang, tolong kunci mobilnya nanti lo taruh di kamar gue aja." pinta David saar mesin mobil sudah mati. Mobil David itu sudah parkir di garasi huniannya. Rumahnya yang megah dan luas membuat mungkin 10 mobil bisa masuk ke garasi ini.

"Tumben, Bro. Mau kemana Lo?" tanya Gilang dengan sapaan yang khas jika berada diluar kantor atau tidak sedang dihadapan keluarga David.

"Kencan." jawab David singkat sambil membuka pintu mobil dan keluar dari sana.

"Sama siapa, Bro?" tanya Gilang sambil berteriak karena penasaran. Bosnya kumat lagi kah?

"Sandra." jawab David lirih dari luar mobil dan membuat Gilang tak mendengarnya dengan jelas.

"Siapa?" teriak Gilang dari dalam mobil. Tetapi David malas untuk mengulangi jawabannya lagi dan berlalu pergi memasuki rumah.

"Dia bilang siapa ya? San- San siapa? Ahh awas aja kalau dia kumat lagi! Udah tau situasi genting begini, disuruh cari istri malah mau kencan buta!" Gilang tak henti-hentinya menggerutu di sepanjang ia berjalan menuju ke kamar David.

Gilang mengetok pintu sebuah kamar dan langsung terdengar suara berkata 'Masuk'. Ia membuka pintu dan melihat David sedang melepas jas dan dasinya. Ia segera menggantungkan kunci mobil tersebut di atas etalase kaca bernuansa simpel tetapi elegan.

Etalase tersebut terletak di seberang pintu kamar David. David menggunakan etalase itu untuk menaruh benda-benda favoritnya, yaitu action figure dari semua tokoh kartun maupun layar lebar.

"Bro, lo tadi nggak serius 'kan bilang mau kencan buta?" tanya Gilang seusai menggantung kunci mobil.

"Kapan gue pernah serius, hm?" David balik bertanya sambil merebahkan diri di sofa dan memainkan ponselnya.

"Gue serius nanya, woy!" Gilang pun mulai geram karena gaya slengekan David mulai keluar kalau berurusan dengan wanita.

"Lo ngerti nggak sih masa depan lo tergantung sama hal kayak gini?" lanjut Gilang dengan nada mulai meninggi.

"Kan lo yang nyuruh gue ngehubungi mantan. Gimana sih lo! Ya gue ikutin saran lo. Nih gue lagi nge-chat Si Sandra." sahut David kesal sampai terbangun dari rebahannya.

"Oh. Sandra." ucap Gilang singkat merasa malu karena sudah berburuk sangka, "Sandra yang seksi itu ya?"

"Giliran seksi aja lo inget. Inget, anak lo dah satu! Gue tampol lo!" Tangan David mengudara siap memukul Gilang yang telah duduk di sampingnya. Tapi tentu saja itu hanya candaan David saja. Gilang pun hanya cekikikan.

"Kenapa Sandra?" tanya Gilang ingin tahu dengan menjulurkan kepalanya untuk mengintip isi obrolan dengan Sandra.

"Entahlah. Kepikirannya dia aja. Ngapain si lo? Kepo amat! Pulang sono lo!" usir David sambil menjejak kaki dan menjauhkan ponselnya dari Gilang.

"Iya iya, Tuan Muda! Gilang undur diri dulu." sahut Gilang sambil berdiri lalu membungkukkan badannya bak pengawal raja, "Permisi, Tuan! Semoga besok kencannya sukses. Masa depan cerah!"

David pun hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah laku sahabatnya tersebut. Ia melanjutkan obrolannya di pesan singkat sesuai Gilang menutup pintu kamarnya.

Sandra : Besok jadi kita lunch bareng?

David : Jadi san. Aku jemput di mana? Aku jemput kamu jam 10.

Sandra : Jemput di apartmen aku dong. Btw, apartmen aku udh pindah ya. Di sini.

Sandra mengirim sebuah map location. David pun membuka map tersebut. Ia tak asing dengan nama dan lokasi apartemen tersebut. Jelas saja, itu adalah salah satu apartemen mewah yang sangat kondang di kota ini. Terlebih lagi apartemen itu adalah hasil karya perusahannya dan menjadi tender pertama yang berhasil David raih 8 tahun lalu.

David tak menyangka Sandra akan tinggal di sana dengan latar belakang Sandra. Terakhir ia berhubungan dengannya, Sandra adalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendistribusian makanan siap saji. Jika itu masih menjadi pekerjaannya saat ini, sudah pasti gajinya tak cukup untuk membeli bahkan menyewa sekalipun.

David tersenyum sinis.

David : Oke. Aku kabari klo udh sampe sana.

Sandra : Oke Vid. Sampai ketemu besok.

======

Siang yang terik di hari Sabtu. Semoga menjadi pertanda baik bagi David untuk memulai kencannya. Begitulah doa David di benaknya. Sejujurnya, David merasa tidak bergairah untuk menemui Sandra lagi. Apartemen mewah itu benar-benar terbayang-bayang semalaman oleh David.

Ah sudahlah! Mungkin aja dia udah dapet promosi dari kantornya dan naik jabatan. Positif thinking aja lah, Vid.

David terus mengucapkan kalimat-kalimat bermakna positif dalam pikirannya. Ia tak ingin merusak hari ini. Hari di mana menjadi penentu masa depannya.

"Halo, San. Aku udah di basement nih." David langsung menghubungi Sandra begitu tiba di tempat parkir.

"Nggak ke atas dulu, Vid?" tanya Sandra.

"Nggak usah. Kita langsung aja, soalnya restorannya jauh dari sini." jawab David tegas.

Tak perlu menunggu lama, Sandra pun keluar dari lift apartemen. Rambutnya kini sebahu, persis seperti foto yang ia upload terakhir kali di akun media sosialnya. Ia mengenakan kemeja merah muda polos dan celana jins biru pekat. Ada motif robek-robek di celananya. Sepatunya heels membuat kakinya nampak semakin jenjang. Kacamata mewah merk ternama ia taruh di atas kepala seperti bando. Tasnya pun bermerk.

David diam-diam mengamati dandanan Sandra yang casual namun terlihat mewah dari dalam mobil. David keluar dari mobilnya dan melambaikan tangan ke arah Sandra.

"Hai, Vid!" sapa Sandra langsung menyosor untuk cipika-cipiki.

"Hai, San. Makin cantik aja." balas David sekenanya.

"Thank you, Vid."

David membalasnya dengan senyuman dan membimbing Sandra menuju pintu mobil di satunya. David membukakan pintu mobil untuk Sandra.

"Kamu sekarang sibuk banget ya. Aku denger sekarang kamu ngewakilin papa kamu ya?" tanya Sandra membuka bahan pembicaraan. David pun tidak heran jika Sandra mengetahui jabatan David sekarang. Pasti ia pun juga mencari informasi terkini tentang David. Meskipun jarang aktif di media sosial, tapi namanya sudah banyak tercatat di artikel-artikel internet. Terlebih susunan organisasi perusahaannya juga selalu di update web resmi perusahaan.

"Yah, begitulah." jawab David singkat.

"Udah berapa lama?"

"Udah sekitar 3 tahun belakangan ini."

"Sejak kita putus?" tanya Sandra dengan mata membulat.

"Nggak lama dari itu. Yah, beberapa bulan kemudian." jawab David mencoba mengingat-ingat. Ia melihat mimik wajah kecewa Sandra dari sudut matanya. Seolah berkata, Andai kita nggak putus.

David memang suka gonta ganti pasangan. Namun ia tak pernah asal dalam memilih. Ia selalu memilih gadis-gadis yang tidak terlalu bucin terhadap dirinya. Itulah mengapa wanita yang David temui selalu mengincar hartanya saja. Jadi ketika David bosan atau sudah lelah dengan sifat matrealistis wanita itu, Ia akan mencari yang lain tanpa perlu menunggu putus secara sah. Lain halnya dengan Sandra, meskipun David tahu dan sadar Sandra juga menyukai hartanya, alasan mereka putus adalah karena David sudah tidak perhatian dan lebih sibuk memilih pekerjaannya. Padahal tanpa Sandra sadari, dibalik kesibukannya itu ada perjuangan berat yang harus dilalui David hingga posisi saat ini.

"Kamu masih kerja di perusahaan itu?" tanya David.

"Udah enggak sih. Aku udh pindah 2 tahun lalu." jawab Sandra dengan menyebutkan sebuah nama perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor. Bidang yang sama saat ini digeluti oleh David.

"Kenapa nggak ngelamar di perusahaanku aja?"

"Udah."

"Terus?"

"Nggak lolos."

"Kenapa nggak telepon aku minta dilolosin?" tanya David berusaha bercanda tapi terdengar seperti merendahkan.

"Vid, Vid. Kita aja putus gara-gara kamu sibuk. Masa aku telepon cuma mau minta tolong terima sebagai bawahanmu. Mau taruh di mana muka aku?" jelas Sandra dengan nada getir.

"Iya iya, oke sorry kalau gitu." ucap David cengengesan sambil mengusap punggung tangan Sandra yang terletak di atas pahanya.

"Kamu ya, masih aja ngerendahin aku!" seru Sandra dengan wajah manyun.

"Iya iya, aku minta maaf." bujuk David agar Sandra berhenti ngambek.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status